NovelToon NovelToon
Accidentally Yours

Accidentally Yours

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Mutia Kim

Velora, dokter muda yang mandiri, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya karena satu janji lama keluarga. Arvenzo, CEO arogan yang dingin, tiba-tiba menjadi suaminya karena kakek mereka dulu membuat perjanjian yakni cucu-cucu mereka harus dijodohkan.

Tinggal serumah dengan pria yang sama sekali asing, Velora harus menghadapi ego, aturan, dan ketegangan yang memuncak setiap hari. Tapi semakin lama, perhatian diam-diam dan kelembutan tersembunyi Arvenzo membuat Velora mulai ragu, apakah ini hanya kewajiban, atau hati mereka sebenarnya saling jatuh cinta?

Pernikahan paksa. Janji lama. Ego bertabrakan. Dan cinta? Terselip di antara semua itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Arvenzo koma

Pintu ruang operasi akhirnya terbuka setelah berjam-jam yang terasa seperti siksaan. Lampu merah di atas pintu padam, digantikan wajah letih dokter yang masih mengenakan pakaian operasi.

Velora langsung berdiri dari kursi tunggunya, tubuhnya bergetar hebat. “Dokter! Bagaimana kondisi suami saya?!” suaranya pecah penuh harap dan cemas.

Mela, Pradipta, Wardhana dan Tomi ikut mendekat, wajah mereka tak kalah tegang.

Dokter menarik napas panjang, lalu menatap mereka dengan sorot serius. “Kami berhasil menghentikan pendarahan dan menjahit luka di perutnya. Namun...” ia berhenti sejenak, seakan mencari cara agar kabar itu tidak terlalu menyakitkan.

Velora menggenggam erat kedua tangannya sendiri, matanya membesar. “Namun apa, Dok?”

“Namun kondisi Tuan Arvenzo masih sangat kritis. Ia kehilangan banyak darah karena tusukannya cukup dalam, dan tubuhnya mengalami syok berat.” Suara dokter berat, penuh kehati-hatian. “Saat ini beliau masuk dalam kondisi koma. Kami tidak bisa pastikan kapan akan sadar.”

Kalimat itu jatuh seperti palu ke dada semua orang yang mendengarnya.

Velora langsung limbung. “Koma...?” suaranya parau, tubuhnya melemas seakan dunia runtuh di depannya.

Mela buru-buru memeluk menantunya yang menangis histeris. “Ya Tuhan, anakku...” bisiknya, ikut bergetar. “Tabahkan hatimu, sayang.”

Sementara itu, Pradipta mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras menahan emosi. Wajahnya suram, tetapi matanya menatap ke arah dokter dengan sorot dingin. “Apa kalian sudah lakukan semua yang terbaik buat putraku?”

Dokter mengangguk mantap. “Kami sudah lakukan semua prosedur penyelamatan, Tuan. Sekarang, tinggal menunggu kekuatan beliau untuk melawan.”

Velora semakin menangis di pelukan Mela. “Tidak... jangan biarkan dia pergi, Ma. Aku belum siap kehilangan dia.”

Tangisannya bergema di koridor rumah sakit, membuat semua orang terdiam.

Arvenzo dipindahkan ke ruang ICU. Tubuhnya terbaring di ranjang putih, selang infus menempel di lengannya, monitor jantung berdetak dengan suara monoton beep... beep... beep... yang membuat ruangan terasa mencekam.

Wajah pucat nya tampak begitu rapuh, jauh berbeda dari sosok dingin dan kuat yang selalu ditampilkan di depan semua orang.

Velora duduk di kursi kecil di samping ranjang. Tangannya tak pernah lepas menggenggam tangan Arvenzo, seolah itu satu-satunya cara untuk menghubungkan mereka berdua. Air matanya sudah kering, tapi matanya tetap basah dan merah.

“Ar...” Velora berbisik, suaranya pecah. “Kamu tahu nggak aku seberapa takutnya kehilangan kamu? Aku bahkan nggak bisa berhenti gemetar sejak tadi.”

Ia menunduk, mencium tangan Arvenzo yang dingin. “Kamu selalu keras, selalu dingin, tapi kamu tetap suamiku. Dan aku ternyata nggak siap kalau kamu pergi.”

Velora terdiam sesaat, menatap wajah suaminya yang tenang dalam koma. Ia menutup mata, mengingat bagaimana pria itu sempat tersenyum samar di dalam ambulans, meski tubuhnya bersimbah darah.

“Aku janji, kalau kamu bangun aku akan lebih jujur sama perasaanku. Aku akan berhenti berpura-pura nggak peduli sama kamu. Jadi tolong, Ar... bangunlah. Jangan tinggalkan aku sendirian.”

Mela yang berdiri di dekat pintu ikut menyeka air matanya, melihat betapa tulusnya tangisan menantunya. Pradipta sendiri hanya bisa menghela napas panjang, menatap anak lelakinya dengan mata yang berkaca-kaca namun tetap berusaha tegar.

Malam itu, Velora tidak bergeser sedikit pun. Ia tetap di samping ranjang, kepalanya bersandar di tangan Arvenzo, menolak tidur walau tubuhnya lelah.

Hari-hari sejak Arvenzo koma terasa panjang dan melelahkan. Velora berusaha tetap menjalankan tugasnya di rumah sakit sebagai dokter. Ia menangani pasien-pasien dengan berbagai keluhan, dari yang ringan hingga yang kritis, meski pikirannya sering melayang pada satu nama, Arvenzo.

Siang itu, setelah memeriksa pasien terakhir di ruang rawat inap, Velora melepas stetoskop dari lehernya. Kakinya otomatis membawanya menuju lantai tujuh, ke ruang ICU.

Begitu pintu dibuka, aroma antiseptik langsung menusuk indera. Deretan monitor dengan bunyi beep ritmis terdengar jelas.

Arvenzo masih terbaring di sana, tubuhnya dipenuhi kabel dan infus. Wajahnya pucat, seakan tidur panjang tanpa mimpi.

Velora menarik kursi dan duduk di samping ranjangnya. Tangannya terulur, menggenggam jemari dingin milik suaminya.

“Ar... aku baru saja selesai visit pasien. Banyak orang yang bisa aku selamatkan hari ini, tapi yang paling ingin aku selamatkan adalah kamu.”

Suaranya bergetar, meski ia berusaha terdengar tenang. “Aku tahu kamu kuat. Kamu bukan tipe orang yang gampang menyerah. Jadi jangan tinggalin aku dalam keadaan seperti ini.”

Matanya basah, tapi ia cepat-cepat menghapus air mata dengan punggung tangan. Ia tahu, sebagai dokter, ia harus terlihat kuat. Namun sebagai seorang istri, hatinya remuk.

Ia menunduk, meletakkan dahinya di tangan Arvenzo. “Kalau kamu bisa dengar aku, bertahanlah. Aku akan tetap di sini, kapan pun kamu siap kembali membuka mata.”

Hening hanya diisi suara mesin medis. Tidak ada jawaban.

Akhirnya, Velora bangkit pelan. Ia harus kembali bekerja, pasien lain masih menunggunya. Tapi sebelum melangkah keluar, ia menoleh sekali lagi, menatap suaminya dengan penuh harap.

“Aku akan kembali nanti, Ar. Jangan kemana-mana sebelum aku datang lagi.”

Pintu ICU menutup perlahan, menyisakan Velora yang membawa pulang rasa cemas bercampur rindu.

...****************...

Dalam kegelapan yang sunyi, Arvenzo merasa tubuhnya ringan. Tidak ada rasa sakit, tidak ada luka, hanya kehangatan lembut yang menyelimuti. Ketika matanya perlahan terbuka, ia mendapati dirinya berdiri di sebuah taman luas dengan bunga-bunga bermekaran. Cahaya matahari terasa hangat, dan angin berembus menenangkan.

“Venzo...”

Suara itu membuatnya tertegun. Suara yang begitu familiar, suara yang sudah lama tak ia dengar. Ia menoleh, dan di sana berdiri sosok perempuan dengan gaun putih sederhana, senyumnya meneduhkan... Vania.

“Vania...” suara Arvenzo bergetar, matanya berkaca-kaca. Ia segera berlari, memeluk gadis itu erat. “Aku kangen banget sama kamu. Aku pikir aku nggak akan pernah ketemu kamu lagi.”

Vania membalas pelukan itu, namun ada ketenangan sekaligus kesedihan di matanya. “Aku juga kangen kamu juga, Ven. Tapi kamu tahu, kita sudah berada di dunia yang berbeda.”

Arvenzo menggeleng keras. “Tidak! Aku masih bisa merasakan kamu di sini, nyata seperti dulu. Kenapa kamu harus pergi secepat itu?” Suaranya pecah, penuh luka yang selama ini ia pendam.

Vania mengusap pipi Arvenzo, menyeka air matanya. “Aku memang sudah pergi. Kamu harus ikhlas, Ven. Aku tidak ingin jadi alasan kamu menutup hati selamanya.”

Arvenzo menggenggam tangannya kuat, seolah takut kehilangan lagi. “Aku nggak bisa, Vania. Setelah kamu pergi, semua jadi hampa. Aku nggak mau jatuh cinta lagi. Aku takut kehilangan lagi.”

Vania tersenyum lembut. “Justru itu, Venzo. Hidup kamu masih panjang. Dan ada seseorang yang sedang menunggumu di sana, seseorang yang sudah Tuhan pilih untuk menemanimu. Velora, istrimu...”

Mata Arvenzo terbelalak. “Velora? Tapi pernikahan kami itu hanya perjodohan. Aku bahkan tidak pernah berniat membuka hati untuk dia.”

Vania menggenggam wajah Arvenzo, menatapnya penuh kasih. “Velora bukan hanya istrimu, Venzo. Dia adalah takdirmu sekarang. Aku ingin kamu berhenti hidup di masa lalu bersamaku. Jangan biarkan cintamu padaku mengikatmu dalam kesedihan. Buka hatimu untuk dia, izinkan dirimu bahagia lagi.”

Arvenzo terdiam, air matanya jatuh deras. “Kalau aku membuka hatiku untuk perempuan lain, apa kamu nggak akan marah?”

Vania tersenyum, senyuman terakhir yang begitu damai. “Aku justru akan bahagia, Venzo. Karena aku tahu, kamu akhirnya menemukan alasan baru untuk hidup.”

Tiba-tiba cahaya di sekitar mereka semakin terang, sosok Vania perlahan memudar. Arvenzo mencoba meraih tangannya, namun jari-jemari itu lenyap seperti kabut.

“Vania! Jangan pergi lagi! Aku belum siap kehilanganmu!” teriaknya.

Suara lembut Vania terdengar samar, bergema di telinganya. “Kamu nggak kehilangan aku, Venzo. Aku akan selalu ada di dalam hatimu. Tapi sekarang, saatnya kamu kembali dan jaga Velora.”

1
Rahma Rain
coba Arvenzo tersenyum sedikit ke arah Velo pasti suasana nya tidak akan secanggung ini.
Rahma Rain
puji dengan kata2 yg manis dong Arvenzo. biar kehidupan rumah tangga mu nggak kaku
Nurika Hikmawati
lebih tepatnya mencoba fokus ya Vel... takut pikiranmu traveling 😂😂
Nurika Hikmawati
walopun Velora dokter di situ, tp emang boleh masuk ke dapur RS trus masak sendiri
Nurika Hikmawati
keluarga arvenzo serem juga ya, tapi Leona juga yg salah. berani bermain api, skg jadinya terbakar sendiri
mama Al
Alhamdulillah velora di terima keluarga Arvenzo
Dewi Ink
velora juga gak bakal ngebolehin, makanya dia turun tangan
Dewi Ink
hemm sepertinya lezat..kasian kalo sakit, gak doyan makanan RS
Istri Zhiguang!
Tapi setiap aku ngeliat sifat dingin Arvenzo, aku selalu keinget dia yang dulu selalu make mantan pacarnya buat nganu/Shy/ ini Arvenzo emang beneran baik dan cinta ke Velora atau cuma bermuka dua aja ya?
Istri Zhiguang!
Semoga Mama Mela gak kayak mertua lainnya yang bakal merintah menantunya sesuka hati
Istri Zhiguang!
Manggilnya langsung ayah/Facepalm/
Rosse Roo
Kiss yg kedua, tp rasanya lebih berbeda eaaa dr yg prtma🤭🤭
Rosse Roo
Aaaaa Lanjut Ar, lanjut di rumah aja. masih di RS soalnya/Facepalm/
Drezzlle
Arvenzo masih malu2 kucing /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
Maunya di suapin ya Ar
Drezzlle
enak ya punya teman yang solid gini
🌹Widianingsih,💐♥️
Deg-degan dong pastinya jantung 💓💓 Velora, sekalinya memandikan lap suaminya sendiri yang selama ini belum tau dalamnya🤪
🌹Widianingsih,💐♥️
Velora jadi nambah gelar baru nih.
Seorang dokter iya profesinya, istri statusnya sekarang jadi perawat dengan pasien suaminya sendiri🤭🤭
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
sepertinya Leona bakal hancur di tangan arvenzo. syukurin deh.
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
arvenzo kl udah marah, nyeremin juga ya Thor. untung aja dia langsung balas perbuatannya si Leona.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!