Reina, seorang gadis cantik yang sangat mencintai seorang abdi negara dari usia belia hingga sekarang usianya 22 tahun. Reina tetap setia pada cintanya, setia pada sang kekasih yang berhasil menjinakan hatinya.
Akankah kesetian serta cinta yang begitu besar Reina berikan akan terbalas, akan berakhir indah setelah perpisahan mereka selama tiga tahun itu.
Kau bagaikan Sang Elang dan Aku hanya seekor Puyuh
Kau terbang melanglang buana di atas langit sedangkan aku hanya bisa menatap mu dari bawah langit
Siap memiliki,maka harus siap kehilangan!
Kenapa begitu?
Karena begitu cara mainnya
SEBELUM MEMBACA CERITA INI YUK AKU SARANKAN UNTUK MEMBACA CERITA "DUREN SAWIT" DULU YA
KLIK AJA PROFILKU OKE, INI BUKAN SEQUEL TAPI INI CERITA BARU REINA DAN ILHAM
SELAMAT MEMBACA....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mereka Mulai Terang Terangan
Ilham segera melepas tautan bibir mereka membuat Reina segera membuka kedua matanya,bahkan Reina sampai tidak sadar kalau tadi ada peluru yang hampir menembus kepakanya karena dia terlalu hanyut didalam ciuman mematikan sang kasih. Dan saat dia membuka matanya, Reina semakin dibuat heran saat dia melihat Ilham berlari kearah pintu gerbang. Karena jiwa ratu keponya sangat tinggi,Reina mengikuti langkah Ilham walaupun langkah mereka tidak sebanding.
Sesampainya di pintu gerbang, Reina celingak celinguk mencari kekasih. Namun nihil tidak ada siapapun disana, secepat itukah Ilham berlari. Tapi berlari kemana?untuk apa Ilham berlari?memangnya sedang mengejar siapa?
Reina terus saja bertanya tanya kemana kekasihnya itu pergi. Reina menghembuskab nafasnya kasar saat melihat Ilham tidak kunjung kembali. Namun saat dia hendak membalikan tubuhnya, sudut matanya melihat seorang laki laki tengah berlari kearahnya, hingga Reina mengurungkan niatnya untuk berbalik badan. Senyumnya terbit saat laki laki yang berlari kearahnya itu ternyata adalah Ilham.
"Kakak dari mana sih?"
"Masuk kedalam rumah Reina, kunci semua pintu dan jendela jangan banyak bertanya dan membantah ucapan Kakak, paham!"
"Tapi...,loh ini ngapain Kakak ngeluarin pistol Kakak. Mau ngapain sih?maen tembak tembakan, nanti aja sih kan kitanya belum....,"
"Masuk kedalam rumah Reina Prayoga!sekarang!"
Ucapan Reina terhenti saat mendengar ucapan Ilham yang terdengar tegas penuh peringatan.
"Iya iya, maaf."
Ilham menghela nafasnya kasar,lalu sekali tarik tubuh Reina sudah berada didalam dekapannya. Ilham bahkan mengecupi pucuk kepala Reina bertubi tubi. Saat ini jantungnya berdetak lebih kencang, bahkan lebih kencang dari pada saat mereka berciuman tadi.
"Masuk, dan jangan keluar apa pun yang terjadi luar rumah. Kamu paham, dan ingat jangan pernah melepas kalung ini, ingat!"
Reina menganggukan kepalanya didalam pelukan Ilham. Gadis itu mengeratkan dekapannya pada tubuh kekar itu.
"Sekarang masuk kerumah!"
Reina melepaskan dekapannya, lalu menampilkan senyum manisnya pada Ilham. Saat melihat senyuman itu, Ilham tersenyum kecut. Dengan sekali tarik lagi tubuh Reina kembali direngkuhnya dan kali ini Ilham mendaratkan satu ciuman basah serta dalam dikening Reina.
"Maafkan Kakak, gara gara Kakak kamu harus terlibat Pucil,"
"Pucil?"
Reina bergumam pelan saat mendengar Ilham memanggilnya dengan sebutan pucil.
"Pucil, Puyuh Kecil."
Reina tersenyum mendengar panggilan Ilham yang khusus untuknya. Bukannya protes Reina malah merasa panggilan itu begitu menggemaskan baginya.
"Ya Elang, ya udah Rein masuk dulu. Hati hati pulangnya, jangan ngebut nyetirnya oke, dah Elangku sayang."
Reina segera berjalan menjauh dari Ilham, Ilham yang melihat Reina sudah dekat dekat pintu rumahnya, segera mendekat kearah mobilnya yang masih terparkir tidak jauh darinya.
Keesokan harinya
Ilham sudah berada dimarkas, laki laki itu tengah memperhatikan layar laptop milik Ziana sembari memainkan sebuah peluru yang semalam tertancap dibody mobilnya.
"Kayaknya peluru ini peluru ilegal. Peluru model ini banyak sekali dijual dipasar gelap kelas kakap Alpha."
Ilham meremas peluru tajam yang ada ditangannya, pikirannya melayang kemalam kemarin. Ilham menyesal sudah gagal untuk menangkap pelakunya walaupun Ilham berhasil menembak bahu sipenembak misterius itu.
"Kau yakin ini dari pasar gelap?"
"Sangat yakin sekali, jadi sekarang kita harus bagaimana. Orang orang yang terdekat kita mulai menjadi target seseorang!"
"Aku akan secepatnya menemukan manusia manusia itu, bagaimana perkembangan perempuan itu Zi!"
Ziana memutar laptop yang ada dihadapannya agar menghadap langsung kearah sang Alpha yang tengah menahan emosi diwajahnya.
"Silahkan Alpha lihat sendiri,"
JANGAN LUPA VOTE LIKE DAN KOMENNYAAA