NovelToon NovelToon
Kisah Kita

Kisah Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: RJ Moms

Apa yang kalian percaya tentang takdir? Bahwa sesuatu hal yang tidak akan pernah bisa kita hindari bukan? Takdir adalah hal yang mungkin saja tidak bisa diterima karena berbeda dengan apa yang kita harapkan. Tapi percayalah, rencana Allah itu jauh lebih indah meski kadang hati kita sangat sulit menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RJ Moms, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengorbanan yang sia-sia

“Aku langsung pulang ya,” ujar Gunawan saat dia mengantar Amelia pulang ke rumahnya.

“Gun.” Amelia meraih tangan Gunawan. Memegangnya erat dengan tangan gemetar dan dingin.

“Ada apa, sayang?” Tanyanya dengan mata yang tulus dan penuh kasih sayang.

“Pria yang tadi itu ….”

Gunawan tersenyum. Wajahnya terlihat semakin menawan karena matanya ikut tersenyum.

“Aku pergi ya.”

“Sebentar lagi.” Amelia menarik pelan jari Gunawan.

“Dia laki-laki yang membuat aku sulit masuk ke dalam hati mu bukan?”

Amelia hanya menunduk sambil menggoyangkan badannya pelan. Mencoba mengalihkan perasaan yang tidak menentu.

“Aku sudah berusaha sebisaku. Sisanya aku akan menyerahkan semua keputusan padamu. Tidak akan memaksa dan tidak akan meminta untuk memilih. Jangan terbebani, ok.”

Tubuh Amelia terdiam. Dia menunduk dengan bahu mulai bergoyang naik turun. Amelia menangis.

Gunawan menghampiri, lalu memeluknya sekilas.

“Jangan menangis. Kalau semisal kamu ingin kembali padanya, aku tidak akan menahan.”

Tangisan Amelia pecah.

“Aku pergi.”

Gunawan sedikit memaksa menari tangannya yang digenggam erat oleh Amelia.

Dia memakai helm, lalu mulai menyalakan motornya. Setelah jauh dari rumah Amelia, air mata Gunawan menetes. Dia menarik tuas gas hingga motor melaju dengan cepat.

Amelia segera masuk ke dalam rumah, mencari Ira yang sudah pulang terlebih dahulu bersama uwa.

Ira tengah tertidur. Sementara Harlan dan Rehan pergi ke suatu tempat untuk mengobrol berdua.

“Sepertinya gue gak harus nanya kabar lo. Dari look aja gue udah bisa lihat kalu lo sangat baik.”

Harlan menunduk seraya tersenyum.

“Sorry.”

“Bukan salah lo. Kenapa minta maaf?’’

“Gue udah salah oergi ninggalin Amelia.”

Gue gak tau alasan lo apa, tapi gue dan Amelia percaya lo punya alasan yang kuat buat pergi tanpa kabar.”

Hening.

“Tapi terlalu lama, bro.”

“Gue baru berani menampakkan diri sekarang.”

“Jika tujuan lo ke sini buat kembali pada Amelia, lebih baik lo gak pernah muncul.”

“Apa karena anak tadi?”

“Dia bukan sekedar anak-anak.”

“Sepertinya lo gak terima gue bilang dia anak-anak.”

“Dia lebih dari seorang anak muda. Dia yang selalu ada buat Amelia, dia juga yang mengobati hati Amelia yang sudah lo patahkan. Lo tau? Amelia setia sama lo samapai bertahun-tahun, tapi apa? Lo gak pernah muncul. Lo gak tau hidup gue ancur sehancur hancurnya. Dia sampai putus sekolah dan memendam keinginan nya untuk menjadi seorang dokter. Adik gue, dia cuma butuh lo ada. Setidaknya lo bisa berkabar meski cuma lewat hp.”

“Gue juga serba salah. Gue diminta pergi sama bokap lo. Gue diminta kembali kalau gue udah sukses, dan sekarang gue udah sukses. Gue mau membahagiakan dia, broh. Geu—“

“Kebahagiaan dia saat ini adalah gunawan. Gue mohon lo jangan hancurkan kebahagiaan adik gue lagi.”

“Reha, tolong kasih gue kesempatan sekali lagi.”

“Ngomong-ngomong, yasmin deketin gue bukan karena dia suka sama gue. Dia suka sama lo.”

Rehan pergi begitu saja meninggalkan Harlan.

Tidak ada yang berubah dari hati Harlan untuk Amelia. Dia masih seperti yang dulu. Mencintai dan menyayangi Amelia dengan segenap jiwa dan raganya.

Hanya saja harga diri Harlan sedikit terusik oleh ucapan Alex waktu itu.

“Kalau kamu mencintai anak saya. Perlakukan dia seperti ratu. Jika bia harus melebih saya. Karena apa? Karena Amelia tidak bisa hanya makan sayuran yang ditanam ibu kamu.”

Dengan sedikit rasa ragu, Harlan mengetuk pintu rumah Amelia. Gadis yang baru saja selesai solat magrib, berjalan menuju pintu depan dengan mukena yang masih menutupi tubuhnya.

“Iya, sebentar.” Ujarnya sopan.

Pintu terbuka.

Keduanya sama-sama terdiam tanpa kata. Saling menatap dengan perasaan masing-masing. Melihat Amelia memakai mukena, Harlan semakin jatuh hati padanya. Wajah Amelia terlihat cerah dan bersih.

“Kak Harlan.”

“Hai. Apa kabar?”

Amelia tidak menjawab.

“Kak, maaf. Aku gak bisa ngasih ijin kakak buat masuk. Bang Rehan udah gak ada di sini. Takut ada fitnah.”

“Aku tau.”

Amelia melihat mobil yang terparkir di depan pintu pagar.

“Seneng melihat kakak udah sukses sekarang. Apa kabar Ibu, kak?”

“Semua ini demi kamu, karena jamu dan untuk kamu.”

Amelia tersenyum di ambang pintu. Tangannya masih memegang handle pintunya.

“Mengerjakan sesuatu itu jangan demi orang lain, kak. Harus demi diri sendiri agar kita bahagia.”

“Tapi kebahagiaan aku adalah kamu.”

“Aku sudah ada Gunawan.”

Harlan seperti ditusuk belati tajam. Dadanya terasa begitu pilu.

“Apa dia jauh lebih baik dari aku?”

“Setidaknya dia selalu berusaha untuk ada buat aku. Tidak seperi seseorang yang pergi tanpa kabar. Membawa hampir seluruh hatiku hingga aku merasa nyaris ingin mati.”

“Maaf.”

“Tidak apa-apa. Aku sudah mendapatkan hatiku kembali dari orang lain. Hatiku yang dulu sudah hilang.”

Tangan Amelia bergetar. Jelas jika dia sedang menipu dirinya dan juga Harlan.

“Satu saja kesempatan, aku butuh satu kesempatan saja.”

“Kesempatan kakak saat kakak mengaktifkan ponsel dan tahu bahwa aku sedang terpuruk. Kakak pergi. Saat itulah aku sadar bahwa aku tidak seberharga itu.”

“Mel,” Harlan mencoba meraih tangan Amelia. Amelia menghindar.

“Aku masih punya wudhu, kak.”

Harlan mundur satu langkah. Dia sadar, seberapa besar nya pun dia ingin kembali pada Amelia, kesalahannya jauh lebih besar.

“Aku tidak akan meminta kamu menerimaku saat ini juga. Tapi aku akan berusaha untuk mendapatkan kamu bagaimanapun caranya.”

“Kak ….”

“Aku pergi demi kamu dan untuk kamu. Bukan kamu yang menderita, aku pun sama. Aku hanya ingin membuktikan pada papa kamu kalau aku bisa menghidupi kamu dengan layak.”

“Tapi papa udah gak ada, Kak. Kakak mau buktikan pada siapa?”

“Kamu!” Harlan berteriak.

Melihat Harlan yang emosional, Amelia sangat terkejut.

“Ma-maaf. Aku hanya kesal karena usahakan ternyata tidak dianggap sama kamu.”

“Bukan aku tidak menganggap usaha kakak. Aku hanya tidak bisa menerima kakak kembali. Iya, jujur. Peraan aku sama kakak memang tidak berubah, tapi aku juga tidak bisa menyia-nyiakan pengorbanan Gunawan buat aku. Jahat sekali rasanya kalau aku meninggal dia.”

“Kamu kasian kan sama dia, bukan cinta?”

“Apapun itu, aku tetap tidak bisa meninggalkan Gunawan. Maaf.”

Entah kenapa tapi hati Harlan sangat tertekan mendengar ucapan Amelia. Dia merasa darahnya mendidih hingga ubun-ubun.

Dia tertawa sambil mengusap wajahnya kasar.

“Kak, udah malam. Aku mau tidur. Kakak hati-hati di jalan.”

Harlan menatap kesal pada Amelia. Dia berkacak pinggang dengan mulut gemetar menahan amarah.

Lihat saja, Mel. Bagaimanapun caranya aku akan mendapatkan kamu kembali. Jika aku tidak bisa, maka dia pun tidak bisa memiliki kamu.

Dengan dada yang masih terasa sesak dan panas, Harlan kembali ke dalam mobil lalu dia pergi.

1
Esti Purwanti Sajidin
hadir ka 1 vote
Chaw_Mully: Masya Allah, Sarangheo kakak 🫰🏻
total 1 replies
The first child
iya bang re, habis manis banget/Drool/
The first child
baca novel dapet bonus belajar agama/Smile/
Chaw_Mully: Hanya sikit. Aku juga masih belajar hehehe
total 1 replies
Scar
Tengkiuuu thor, bikin liburanku jadi lebih seru!
Chaw_Mully: Makasih ya udah mampir. Sehat selalu kakak 🫶🏻
total 1 replies
Yoko Littner
karya ini layak dijadikan film, semoga sukses terus thor ❤️
Chaw_Mully: Masya Allah terharu banget aku. Tanchuuuu ya kakak 🥹🫶🏻
total 1 replies
Mamah Mput(Bilanoure)
wah, ibunya gak suka apa gimana sebenernya? penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!