Aku begitu mengharapkanmu setelah kau merusakku. Kau yang lari dari tanggungjawab hanya demi reputasimu! Kau juga yang telah menyiksaku dengan meninggalkan benih ini! Dan sekarang kau kembali setelah aku begitu benci? Lalu kenapa kau kembali setelah aku ingin membuka hati untuk orang lain? Kenapa kau kembali dengan caramu yang membuatku bimbang atas semua kehidupan yang aku alami selama ini? Aku harus bagaimana? Kenapa hati ini begitu berat untuk membencimu. Apakah aku mencintaimu atau mencintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Apa kamu gila?
Aldigar sudah sampai kerumah.
Raut wajahnya begitu masam. Pelayan maupun satpam yang membukakan pintu pun tahu kalau suasana hati sang bos sedang buruk.
Ia langsung menuju ke lantai atas. Sebelumnya ia memang berpisah dengan sang Mama setelah menyelesaikan urusan mereka perihal seserahan, karena mama Arlin masih memiliki acara lain dengan teman-temannya hari ini.
Sesampainya dikamar pun ia langsung membersihkan dirinya dan ingin berendam menenangkan diri.
Bayang-bayang suapan itu masih terus terlintas dibenaknya walau ia sedang keramas sekalipun. Ini membuatnya menjambak rambutnya sendiri karena kesal.
"Apa kau gila Aldigar! Kau sendiri yang menyuruh mereka untuk berdekatan dan sekarang kau merasa kesal? Apa-apaan ini!"
Aldigar kembali mengguyur rambutnya dengan shower. Berharap ia tenang dengan guyuran air dingin itu melupakan Finn dengan Zeline yang sedang bermesraan ditaman tadi. Namun, ketenangan ini malah membuatnya teringat akan dirinya yang tidur bersama Zeline waktu itu. Ia masih sangat ingat betapa Zeline begitu seksi dan menggoda dimatanya.
Kenapa kau begitu seksi Zeline. Kau bahkan terlihat sangat cantik waktu itu,
"Astagaaa!" Terkejut dengan pikirannya sendiri.
"Shower sialan! Kau tak guna sekali! Beraninya mengingatkanku pada hal itu!" Langsung melempar shower, bahkan ia tak berhenti mencacinya.
Buang jauh-jauh pikiranmu itu Aldigar!
Tapi kenapa rasanya susah sekali.
"Kau pikir aku sedang senang sekarang! Puyeng yang ada!" Dengan kesal mengambil handuknya untuk mengeringkan tubuh, bahkan shower itu terlihat terkapar begitu saja setelah dimaki Aldigar. Salah apa shower itu Aldigar? Sampai kau segitunya padanya!
Aldigar segera merapikan dirinya. Lalu ia bergegas keluar dari kamar untuk mengambil minum, ternyata Hans (Ayah Aldigar) juga muncul dari balik pintu kamarnya.
"Papa..." Panggil Aldigar yang bergegas menghampirinya. Ia sudah mengambil alih kursi roda itu dari genggaman perawat pribadi sang Papa-nya tadi. Jika bukan karena kecelakaan dan ia masih sehat pasti Papa Aldigar masih memimpin perusahaan itu, bukan diambil alih oleh Aldigar seperti sekarang.
"Bagaimana? Sampai hari ini semuanya berjalan dengan lancar kan Aldigar?"
"Apanya Pa? Kantor atau yang lain?" Tanya Aldigar memastikan.
"Persiapan pernikahanmu? Kalau urusan kantor Papa tentu tidak perlu meragukanmu lagi."
Aldigar mengambil gelas lalu minum sebentar dihadapan sang Papa. Ia pun membawa sang Papa kembali ke ruang keluarga untuk mengobrol.
"Sepertinya semua berjalan dengan lancar Pa."
"Kenapa kau terlihat tak bersemangat? bukankah kau seharusnya merasa senang?"
"Aldigar senang kok Pa. Lebih senang lagi melihat Papa semakin sehat begini. Sebentar lagi pasti Papa bisa jalan lagi kan,"
"Katakan jika kau memiliki masalah Aldigar. Sebulan yang lalu kau tampak begitu ceria, tapi tidak dengan akhir-akhir ini, padahal kau akan menikah. Jangan kau kira Papa tak memperhatikanmu walau Papa tak bisa ngapa-ngapain sekarang,"
Apa jadinya jika Papa tahu kalau aku sudah menghamili sekretaris ku sendiri. Sedangkan aku akan menikah. Baru memimpin perusahaan 2 tahun saja tapi aku sudah bikin ulah.
"Tidak Pa, lupakan saja. Aldigar mungkin hanya nervous akan menikah."
Saat masa sehatnya dulu Papa Hans sangat tegas dan berkompeten dalam hal apapun. Bahkan ia selalu menjaga nama baik keluarga ini dan selalu berpesan pada Aldigar agar selalu menjaga nama baik keluarga ini dengan segala perilakunya. Walaupun begitu Papa Hans juga memiliki banyak anak buah, ia dapat melakukan apa saja jika ia membutuhkan sesuatu termasuk urusan perusahaannya jika ada kendala. Kini Aldigar begitu takut untuk mengungkapkan apa yang terjadi padanya dengan Zeline. Bukan karena tak sanggup bertanggungjawab pada Zeline. Namun, ia takut jika keluarganya tahu dan tak menerima ini keluarganya akan melakukan sesuatu padanya demi nama baik keluarga ini.
Akhinya Aldigar memilih mengobrol santai dengan sang Papa di ruangan itu sambil membahas tentang pekerjaan mereka dan menunggu waktu makan malam tiba.
*
*
Malam ini Aldigar tidak bisa tidur. Ia terus kepikiran akan Zeline dan kekasihnya. Disatu sisi ia memang ingin menikah dengan Jeny kekasihnya, tapi disisi lain ia juga ingin bertanggungjawab sepenuhnya dengan Zeline. Entah kenapa bayang-bayang Zeline juga terus menghantuinya disetiap malam, bahkan sampai detik ini hingga membuatnya tidak bisa tidur dan terbangun. Terlebih mengingat kedekatannya dengan Finn, ini membuatnya bimbang.
Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku batalkan saja pernikahanku dengan Jeny? Percuma saja aku menikah dengan Jeny tapi aku memiliki anak dari perempuan lain, hal ini pasti akan melukai hati dia juga kan. Tapi jika keluargaku tidak terima bagaimana?
Apa mungkin Jeny mau dimadu nantinya jika aku juga menikahi Zeline untuk bertanggungjawab?
"Aldigar???" Panggil Mama Arlin heran, tidak seperti biasanya ia belum tidur dan belum masuk ke dalam kamarnya jam segini. Ia pun ikut duduk disofa menemani, karena ia sendiri memang susah untuk tidur.
"Kamu lagi ngapain sayang?" tanya mama Arlin yang sudah mendekatinya. Melihat secangkir kopi dimalam hari pun membuat mama Arlin semakin heran.
"Mama?" Aldigar pun terkejut tadi, pasalnya ia sedang berpikir keras tentang suatu hal.
"A-aku lagi ngopi Ma."
"Ngopi? Ini jam berapa Aldigar? Ini sudah jam 10 malam! Bahkan lebih. Nanti kalau kamu tidak bisa tidur bagaimana?"
"Habis Aldigar pusing Ma, makanya ngopi." Jawab Aldigar apa adanya, banyak sekali yang ia pikirkan malam ini hingga membuatnya hampir sakit kepala.
"Memang apa yang kamu pikirkan Al? Kamu akan segera menikah, seharusnya kamu senang Aldigar bukan malah pusing."
"Justru itu Ma, Ini membuatku pusing."
"Apa yang membutmu pusing Aldigar? Semua sudah mama persiapan, semuanya sudah Mama atur pernikahan ini dengan baik mulai dari apapun itu. Sekarang hampir beres kamu senang kan? Besok tinggal fitting baju." Bangga mama Arlin. Ia sudah sangat mengharapkan hari bahagia putranya ini akan segera tiba. Aldigar juga sudah berumur, tentu saja pernikahan ini sangat diharapkan oleh sang mama.
"Ma, apa Papa sudah tidur?"
"Sudah. Kenapa? Kamu ingin berbicara dengan papa?"
"Tidak Ma."
Rasanya aku gemas sekali dengan keadaan ini.
"Al?"
Mau tidak mau bukankah Mama harus mengetahui semua ini kan? Tapi bagaimana kalau dia tidak terima? Apapun alasannya aku harus bertanggungjawab kan.
"Aldigar???" Panggil Mama Arlin kembali.
Ada apa dengan anak ini? Apa yang sedang ia pikirkan.
Naluri seorang ibu tentunya sangat kuat dan ikut merasakan getaran jiwa yang sedang dirasakan Aldigar. Dari raut wajah putranya saja ia sudah mengetahui kalau ia sedang memiliki masalah. Mungkin masalah kantor. Tapi setidaknya putranya ini akan bercerita padanya dan siapa tahu ia dapat membantu atau memberinya solusi, pikirnya.
"Al? Ada apa? Apa ada masalah?" Melihatnya semakin diam membuatnya semakin bertanya.
"Ma, apa pernikahan ini bisa dibatalkan?"
"Apa???"
Akhirnya Aldigar memilih untuk mengatakan hal itu setelah 1000 % ia berpikir berulang-ulang.
Sungguh tidak percaya jika perkataan itu yang akan keluar dari mulut Aldigar. Bahkan mama Arlin setengah berteriak tadi mendengarnya.
"Apa yang kau katakan Aldigar! Jangan main-main! Apa kamu gila?!" Karena tersadar suaranya hampir berteriak Mama Arlin langsung membungkam mulutnya sendiri. Ia sangat syok mendengar ini. Ia berharap ini juga mimpi.
"Ma, Aldigar bingung. Aldigar telah menghamili perempuan lain Ma,"
"What!!! Aldigar----"
"Tolong katakan sekali lagi Aldigar! Ini mimpi kan?" Meraba-raba wajahnya sendiri. Sesekali ia juga mencubit tangannya untuk memastikan.
"Aldigarrr, katakan pada Mama kalau ini tidaklah benar!"
"Aldigar tidak bohong Ma. Aldigar harus bertanggungjawab kan?"
Ketegangan mulai menyeruak diruangan itu. Berniat untuk membatalkan pernikahan apakah ini solusi yang tepat untuk Aldigar?
lanjut thor gak sabar nih.. /Chuckle/