"5 milliar untuk rahimmu! Lahirkan seorang pewaris untukku! Setelah dia lahir, kau boleh pergi!"
Nayla bingung untuk mengambil keputusan secepat itu. Tetapi dia sangat membutuhkan uang untuk biaya operasi Ayahnya yang mengalami kecelakaan lalu lintas beberapa waktu lalu.
"Jika sampai satu tahun, aku tidak kunjung melahirkan. Apa kompensasinya?"
"Kau harus tetap mengembalikan uangku dengan menjadi budak wanitaku!"
Bagaimana reaksi Nayla? Akan kah dia tetap melanjutkan syarat pernikahan kontrak dengan CEO di tempat dia bekerja? Bagaimana nasib Keluarga Nayla Suherman selanjutnya? Akan kah tumbuh benih-benih cinta di dalam nya. Yuk kepoin cerita Nayla dan Mahendra Wijaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Camelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Butuh Perjuangan
Selamat membaca..
🍒
🍒
🍒
Perjanjian adalah perjanjian. Perintah seorang Mahen pun tak bisa ditolak. Sekeras apa pun Nayla menolak dan menghindar, Mahen pasti akan menemukan cara untuk menundukkan Nayla.
Dag Dig Dug..
Jantung Nayla berdebar kencang. Bola matanya tak lepas dari pintu kamar mandi. Sudah hampir sepuluh menit, Mahen berada di dalam kamar mandi. Begitu juga posisi Nayla saat ini, tak berubah. Ia tetap duduk di pinggir ranjang king size yang akan dijadikan tempat eksekusi oleh pria tampan yang bernama Mahendra Wijaya.
Ceklek
Mahen keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk putih yang melilit di pinggang. Air menetes dari rambutnya yang basah. Ia tampak seksi dan menawan dengan perut yang terdapat 6 kotak berjajar. Aroma maskulin menguar dari tubuh Mahen yang baru saja selesai mandi. Seketika membuat Nayla semakin merinding, jantungnya berdetak sangat cepat, pikiran Nayla kacau dibuatnya.
Pria tampan yang melangkahkan kakinya menghampiri seseorang yang duduk di pinggir ranjang, sembari melirik benda bundar yang menempel di dinding. Jam menunjukkan tengah malam, waktu pergantian hari akan tiba.
Ia meremas ujung dress yang dipakainya, menundukkan pandangannya. 'Kenapa pria tampan seperti dia memilih aku yang hanya seorang gadis yang serba pas-pasan? Sedangkan istrinya adalah seorang artis yang sangat cantik dan lagi naik daun, saat ini. Mungkinkah aku dapat menggapai hatimu, pria tampan? Rasanya harapan itu begitu jauh untuk bisa jadi kenyataan. Tapi, jika melihatmu dari dekat, kenapa jantung ini tak bisa berdetak normal. Apa aku sudah terkena penyakit jantung dadakan? Atau seharusnya aku sadar diri, sadar posisi? Karena bisa dipastikan aku kalah telak dengan artis terkenal! Kalah tampang, kalah bondo (modal)! Cinta butuh perjuangan, kata orang! Tapi, buat apa aku memperjuangkan? Kan sudah tertulis DILARANG JATUH CINTA! Namun, aku tak rela melepaskanmu, pria tampan! Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Karena tidak semua wanita akan kau pilih!' mendadak rasa ciut nyali Nayla keluar di permukaannya. Ia asik berperang sendiri dengan hatinya.
"Jangan mengagumiku dalam hati! Bicara sendiri seperti orang gila baru!" bibir Mahen menyentuh daun telinga Nayla. Hal itu langsung membuat bulu kuduknya berdiri.
Refleks Nayla mengangkat pandangannya. Ia sedikit menahan nafas. Tubuhnya membeku. Wajahnya pun langsung memerah. 'Kenapa dia bisa tahu?'
Cup..
Mahen mencium bibir Nayla lembut, sekejap.
"Kamu!" suara Nayla bergetar. Netra nya membulat sempurna, dikejutkan oleh ciuman pria tampan yang berdiri di hadapannya.
"Aku ingin kamu" lirih Mahen tepat di runggu Nayla. Detak jantungnya seakan berhenti, Nayla merasa tidak bisa bernafas.
"Haruskah malam ini?"
Pertanyaan Nayla dijawab dengan senyum samar pria tampan itu.
"Aku takut!" lirih Nayla menundukkan pandangannya kembali.
Nayla mulai merasakan sesuatu yang aneh mulai beraksi di tubuhnya. Ia menggeser posisinya ke samping salah tingkah.
Pikirannya dilanda ketakutan dan kegelisahan. Sekuat tenaga ia mengenyahkan segala ketakutannya yang berkecambuk. Ia harus tetap menyerahkan kehormatannya. Dipaksa atau dengan kemauannya sendiri. Cepat atau lambat pria tampan yang menjadi suaminya sekarang ini, pasti akan menyentuhnya. Melawan dengan segala kekuatan pun percuma. Karena kekuasaan pria tampan itu lebih didengar.
Dalam satu gerakan, kini tubuh mereka sudah tak berjarak. Nayla yang sempat memundurkan tubuhnya hingga terbentur kepala ranjang, dengan cepat Mahen menangkap tubuh Nayla dan menguncinya.
Mahen masih bergeming, lantas dia menatap intens pada Nayla dengan senyum samar yang pelan-pelan muncul di wajah tampannya.
"Kenapa takut? Aku tidak akan menyakitimu! Kau harus tahu, Sweet Cat. Aku sangat pemilih! Tidak semua wanita dapat menghangatkan ranjangku! Jadi bersyukurlah, karena kau mendapatkan tiket gold itu," ujar Mahen, tidak memberikan kesempatan pada Nayla untuk menjawab satu kata pun.
"Memangnya ikut kontes dapat golden tiket?" celutukan polos Nayla yang membuat Mahen tersenyum tipis dan mengangguk.
Jemari Mahen bergerak membelai wajah mulus istri kecilnya. Ibu jarinya menyusuri di sekitar pelipis dekat mata. Sepasang manik mata yang indah membuat Mahen berhenti menjelajah dan menatap intens ke dalam pupil milik Nayla.
"Indah sekali matamu! Apa mata indahmu ini turunan dari wanita yang melahirkanmu?" Mahen membuat pertanyaan pada Nayla untuk menghilangkan rasa gugup di hatinya yang sempat muncul.
Nayla menjawab pertanyaan Mahen hanya dengan senyuman manisnya.
Mahen mengelus surai hitam Nayla yang tampak sedikit berantakan. Menyelipkan anak rambut yang bergelantung menutupi keningnya. Lalu, kedua tangan Mahen menangkup wajah Nayla. Memandang ke arah bibir ranum berwarna merah muda alami milik gadis belia yang dipersunting nya. Perlahan-lahan pria tampan itu memajukan wajahnya, terasa hangat hembusan napas keduanya.
"Aku tahu yang ada dalam pikiranmu saat ini! Antara takut dan penasaran! Wajar bagi gadis seperti kamu yang baru pertama mengalaminya." ujar Mahen berusaha memberikan ketenangan pada gadis yang ada di depan matanya.
Nayla mengambil napas dalam-dalam mengisi rongga di dada, berusaha menjernihkan suasana hatinya, malam ini.
Pria yang memandangnya intens sekarang ini, sangatlah tampan. Dia adalah Mahen Wijaya, suaminya.
Nayla menyemangati dirinya dalam hati. 'Kamu bisa Nayla! Pasti bisa! Dan harus bisa! Laki-laki itu telah mengucapkan janji sakral di hadapan pak penghulu, sah dalam agama! Maka sudah menjadi kewajiban istri untuk melayani dan memberikan hak suami, jika dia memintanya sewaktu-waktu! Ladang pahala yang akan didapat! Namun, jika menolaknya, dosa yang akan diterima!'
Nayla mengangguk penuh semangat dengan sorot mata yang dipenuhi tekad bulat dan kuat. Ia sudah terlanjur menyetujui perjanjian itu dan menjadi istri sahnya. Tanpa disangka Mahen, gadis belia itu berucap. "Aku sudah siap! Ayo kita bercinta!" ajak Nayla dengan tatapan sayu.
Mahen terkesiap. Ia menatap Nayla penuh keheranan. Apa yang diucapkan gadis polos seperti Nayla, nyata adanya? Atau ini hanya mimpi belaka!
"Aku tidak akan memaksamu! Jika kamu belum siap melakukannya, malam ini! Karena aku tidak ingin kau menyesali seumur hidup!" Mahen membelai mesra pucuk kepala Nayla.
"Aku tidak akan pernah menyesali kejadian malam ini, dalam hidupku! Aku yakin!" tegas Nayla tanpa ragu dan malu. Ia menatap dalam ke arah suaminya, meminta kepastian.
"Really!"
Nayla mengangguk, tapi sedetik kemudian. "Tapi aku masih takut. Kata si Ajeng, sakit!"
Mahen tersenyum. Susah payah ia memberhentikan laju gelojak dalam dirinya saat berdekatan dengan istri kecilnya itu. Ada apa ini? Lelucon yang konyol atau hanya tawaran berujung kekecewaan yang didapatnya! Saat ini gadis belia nan cantik itu menawarkan dirinya tanpa pemaksaan.
Mahen tersenyum smirk.
"Tidak sakit! Seperti digigit semut!" jawabnya santai
Nayla menyipitkan mata. "Digigit semut?"
Mahen mengangguk yakin.
"Satu semut nggak seberapa sakit! Tapi kalau semutnya rombongan gimana rasanya?" seru Nayla.
Mahen bergeming. Tak bisa menjawabnya.
💖💖💖💖💖