Apa jadinya jika seorang gadis kabur dari perjodohan orang tuanya dan berencana terlibat dalam permainan pernikahan gila dengan sahabatnya, tapi malah salah sasaran dan berakhir menikahi Paman dari sahabatnya.
"Kau sudah sah menjadi istriku, mulai sekarang bagaimanapun aku memperlakukanmu itu adalah hak-ku!" ujar Max Xavier, lalu memaksakan miliknya masuk ke dalam milik istrinya.
Lyra mulai menyesali ide gila dari sahabatnya, tapi sudah terlambat. Kini dirinya harus melayani nafsu gila dari suami salah sasarannya.
Akankah pernikahan itu bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mike Menyukaimu.
Setelah mengatakan kebenaran tentang Max yang adalah Ayah kandung mereka, karena Archie sudah tau, anak itu hanya diam tak bicara. Sedangkan Ainsley hanya menatap bergiliran wajah Ibu dan Ayahnya lalu gadis kecil itu menghela nafasnya seperti terlihat seperti orang dewasa.
"Aku menerimamu sebagai Daddy-ku, kalau itu bisa membuat Mommy tersenyum bahagia seperti sekarang. Jadi kapan kalian akan menikah kembali? Aku ingin memakai gaun pengiring pengantin," Ainsley menatap orang tuanya tak berkedip.
Pertanyaan yang tidak terduga dari gadis kecil itu sontak saja membuat Lyra dan Max tertawa bahagia. "Oh, putri manisku. Kau mirip siapa sebenarnya? Karena Mommy-mu tak bisa manis sepertimu pada Daddy sejak kami bertemu. Dia selalu bersikap acuh dan sesekali melawan bahkan membentak Daddy-mu ini," ucap Max seraya menggeleng.
"Ahhh, jadi sikapku seperti itu? Lalu kenapa kamu mengatakan mencintaiku?" Lyra pura - pura cemberut.
Max tersenyum geli, ia memeluk Lyra di depan kedua anaknya, " Karena kau adalah Lyra, satu - satunya wanita yang kucintai. Mau kau sering merajuk, marah atau membentakku sekalipun aku akan menerimanya. Kamu tidak tau seberapa berharganya kamu untukku, sayang."
"Ish! Daddy genit!" Ainsley geleng - geleng.
"Hahaha..." Lyra dan Max tertawa bahagia.
Archie melihat keceriaan di wajah Ibunya hanya menghela nafas pasrah, sepertinya ia juga harus mulai menerima sang Daddy.
"Ah, aku lupa menelepon Mike. Kami harus segera membuat klarifikasi secepatnya agar berita tak benar tentang kami cepat hilang," Lyra mencari tas-nya.
"Aku sudah meneleponnya, dia sedang dalam perjalanan kesini. Tapi sebelum dia datang, kita harus bicara sebentar." Ujar Max.
"Baiklah, anak - anak gimana?" tanyanya pada Max.
Max tersenyum, " Pergilah ke ruangan 2 di lantai atas, disana ada konsol mainan apapun yang ingin kalian mainkan."
"Wow! Archie ayo pergi!" Ainsley mulai berlari menaiki tangga, diikuti Archie yang berjalan dengan ogah - ogahan.
Setelah kedua anak itu tidak terlihat, Max menarik tangan Lyra ia berjalan menuju kursi santai panjang. "Duduklah, aku ingin bicara tentang Mike. Sepertinya semua harus aku jelaskan karena aku tak ingin kejadian seperti kemarin terjadi lagi."
"Ada apa?" tanya Lyra seraya duduk.
Max duduk di sampingnya, " Apa kamu tau Mike sudah menyukaimu sejak masa kalian kuliah dulu?"
"Apa?! Itu tidak mungkin! Kami benar - benar hanya berteman, Max." Lyra menyanggahnya.
"Itu bagimu, tapi selama ini Mike selalu menyimpan perasaan lebih dari sekadar teman padamu, Lyra. Saat kamu kabur dariku, Mike mendatangiku dan mengatakan kebenaran itu jika dia sudah mencintaimu sejak lama."
Lyra terdiam, ia benar - benar tak mempercainya. Selama ini Mike tidak pernah menunjukkan sikapnya melebihi sikap seorang teman. "Aku masih tidak percaya!"
Max menghela nafas pelan, " Itu benar, bahkan selama 8 tahun ini Mike tidak ingin bertemu denganku. Dia menyalahkanku akan kepergianmu dan sangat membenciku. Baru beberapa waktu lalu aku berani menemuinya lagi, tapi dia masih membenciku dan masih selalu menunggumu. Bahkan sesekali Mike pergi ke Apartemennya, sepertinya dia selalu menunggu kedatanganmu disana."
"Mike..." lirihnya, Lyra benar - benar masih tak percaya.
"Kau tau, sayang? Tadinya aku berniat mengalah pada Mike jika kau kembali. Aku akan melepaskanmu untuknya, tapi saat aku tau tentang anak kita pikiran itu seketika sirna. Aku hanya ingin bersama anak - anak kita dan bersamamu. Sekali lagi akhirnya aku berbuat egois pada Mike," suara Max terdengar menyesal.
"Apa kau menyesal sudah melukai Mike karena lebih memilihku?" tanya Lyra menatap mata Max yang nanar.
"Tidak, aku tidak pernah menyesal. Hanya sedikit merasa kasihan pada Mike, jadi aku berusaha menemukan Ibunya agar Mike tidak terlalu kesepian saat aku bersamamu, sayang." Max mulai menciumi punggung tangan Lyra.
Lyra tersenyum mendengar ucapan Max, "Terimakasih, Max. Sudah memilihku dan mencintaiku."
Max dengan perlahan mulai mendekatkan bibir mereka, ia memagut bibir Lyra dengan lembut lalu menerobos bibirnya dengan memasukkan lidahnya ke dalam bibir wanita yang dicintainya itu.
"Apa kalian sudah selesai? Atau masih mau melanjutkan kemesraan kalian berdua?" suara seseorang mengagetkan mereka, membuat Max seketika melepaskan pagutan ciumannya dari bibir Lyra.
"Mike! Kau datang..." Lyra berdiri seraya membenahi pakaiannya karena gugup.
"Yeah, aku datang!" Jawab Mike, ia menghela nafas panjang.
Max menatap wajah Mike tajam, ia langsung menarik tubuh Lyra menempel padanya ia ingin memperlihatkan kepemilikannya. Ia hanya ingin keponakannya mulai berusaha melepaskan perasaannya pada wanita yang sudah melahirkan dua anak untuknya itu.