Demi bisa mendekati cinta sejatinya yang bereinkarnasi menjadi gadis SMA. Albert Stuart rela bertransmigrasi ke tubuh remaja SMA yang nakal juga playboy yang bernama Darrel Washington.
Namun usaha mendekati gadis itu terhalang masa lalu Darrel yang memiliki banyak pacar. Gadis itu bernama Nilam Renjana (Nilam), gadis berparas cantik dan beraroma melati juga rempah. Albert kerap mendapati Nilam diikuti dua sosok aneh yang menjadi penjaga juga penghalang baginya.
Siapakah Nilam yang sebenarnya, siapa yang menjaga Nilam dengan begitu ketat?
Apakah di kehidupannya yang sekarang Albert bisa bersatu dengan Cinta sejatinya. ikuti kisah Darrel dan Nilam Renjana terus ya...
Novel ini mengandung unsur mitos, komedi dan obrolan dewasa (Dimohon untuk bijak dalam membaca)
Cerita di novel ini hanya fiksi jika ada kesamaan nama dan tempat, murni dari kreativitas penulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Welcome Dirga!!
Fajar sudah meninggi saat Dewi Renjana (Rere) menyiapkan air hangat di baskom untuk membasuh tubuh Dirga. Rere mengajukan diri menjaga Dirga agar Euis dan Pras bisa istirahat di hotel bersama kedua putrinya yang baru saja datang ke Jakarta.
Gadis itu terus menunduk, rasa gelisah masih melekat di dadanya. Ia khawatir Dirga kembali terkejut saat melihat dirinya. Sekaligus ada rasa penasaran yang tidak bisa ia abaikan atas ucapan Dirga yang mengatakan kalau pernah melihatnya terlindas truk beberapa Minggu lalu.
Rere mencepol tinggi rambutnya, lehernya yang jenjang dan putih lebih bersinar saat tersorot cahaya matahari yang menerobos masuk di sela jendela. Sepasang mata sejak tadi mengamati garis wajahnya dengan mata yang tidak berkedip, dia seakan tidak dapat mempercayai saat terbangun bisa melihat gadis pujaannya duduk di samping tempat tidurnya. Matanya pura-pura terpejam, saat Rere menggaruk pipinya karena gigitan nyamuk.
Namun, kepura-puraan nya tidak berlangsung lama. Seekor binatang kecil seperti anak lalat masuk ke lubang hidungnya.
"Haaacciiiiimmm... !!" pipi Dirga sontak merona. Ia malu bukan main karena cairan di hidungnya ikut melompat dan menempel di pipi Rere.
"Ma-maaf Nil... Maaf! Hidungku gatal." Dirga berusaha bangun untuk mengusap pipi Rere karena sedikit cairan kental dari hidungnya menempel di sana.
"Jangan bangun A Dirga, engga apa-apa kok. Nanti aku bisa lap pake tissue." Rere menahan tubuh pria itu untuk kembali tidur. Dengan gerakan lembut ia mengusap cairan itu dengan tissue. Gadis itu mengulas senyuman kikuk saat Dirga terus menatapnya tanpa berkedip.
"Nil, kamu gak sekolah?" tanya Dirga masih terus menatap Nilam dengan intens.
Rere mengernyitkan kening, "Nil? Ah iya aku lupa! Kita belum sempat kenalan waktu itu ya A... namaku Dewi Renjana, biasa dipanggil Rere." Rere mengulurkan tangannya dengan senyumnya yang cerah.
"R—rere?! Bukannya nama kamu Nilam Renjana?" ucap Dirga. "terus kenapa kamu panggil aku Aa Dirga? Siapa Dirga?" tanyanya lagi.
"Dari bayi namaku Dewi Renjana, A Dirga. Memang nama Aa, Dirga bukan? Apa aku salah?" tanya Rere dengan wajah bingung.
"Kamu lagi bercanda sama aku ya, Nil?! Kamu ingin punya panggilan lain untukku," kelit Megan yang berada dalam tubuh Dirga.
Rere mengeluarkan dompet kulitnya dari dalam tas, lalu mengambil KTP yang baru saja jadi karena umurnya baru menginjak 17 tahun. "Nih, kalau Aa Dirga gak percaya." Rere menyodorkan KTPnya.
Dirga membaca dengan teliti dan menelisik foto lalu menatap wajah gadis yang bernama Rere. "Kenapa mirip sekali? Kamu nggak punya saudara kembar?" telisik Dirga.
Rere menggelengkan kepalanya dengan lembut.
"Aa Dirga udah lapar? Aku tadi sempat beli bubur ayam di luar. Aku suapin ya... " bujuk Rere.
"Jadi namaku sekarang Dirga?! Sejak kapan namaku di ganti?" tanya Megan kebingungan, ia menatap kedua telapak tangannya yang sedikit berbeda. Telapak tangan itu memiliki tanda merah darah seperti tahi lalat. "Ambilkan aku kaca!" perintahnya pada Rere.
Rere beranjak dari duduknya lalu mengambil kaca dari dalam tas baju milikinya. Setelah itu ia kembali ke sisi ranjang dan menyodorkan cermin pada Dirga.
Megan nyaris melemparkan cermin saat matanya bisa melihat wujudnya, selama ini Megan tidak pernah bisa melihat wujudnya di cermin. Dia hanya melihat gumpalan kabut saat di dekat cermin, genangan air atau sesuatu yang bisa memantulkan bentuk tubuh dan wajahnya. Di cermin itu terpampang wajah pria tampan berusia 25an dengan hidung mancung, Irish mata kecokelatan dengan sorot mata yang teduh.
"Wajahku setampan ini mengapa si makluk kampret itu ngatain aku manusia kera?! Kalau wajahku setampan ini, kuyakin Nilam lebih memilih aku daripada si kampret!" gerutu Megan.
"Apa... Aa manggil aku?" tanya Rere.
"Eh... Oh... Engga kok, tadi kamu manggil aku siapa? Dir... " Megan mengerutkan keningnya.
"Dirga, kata mommy dan Daddy, nama lengkap Aa, Dirgantara Prasetya As-segaf." Rere mengambil kartu nama yang pernah diberikan majikan bapaknya, Abi Ali.
"Dirga... Dirga... Dirgantara Prasetya." Megan manggut-manggut, tapi kemudian dia menatap wajah Rere lagi. "Mommy dan Daddy? Aku punya orangtua?" tanyanya lagi dengan kebingungan yang melekat di wajahnya. Rere mengangguk.
"Sekarang kemana mereka?!" cecarnya
"Mom dan Dad masih di hotel, sebentar lagi mereka sampai. Lunar dan Venus baru saja datang tadi malam. Mungkin nanti ke sini bareng Lunar dan Venus," ucap Rere.
"Siapa lagi itu, Lunar, Venus. Siapa mereka?" tanya Megan.
"Aa... Apa sakit kemarin itu parah, bikin lupa ingatan? sampai seluruh anggota keluarga Aa sendiri dilupakan. Kalau aku yang dilupakan, aku bisa mengerti. Mereka adik-adik A Dirga sendiri." Rere menatap wajah Dirga dengan intens.
"Adik? Aku punya saudara?!" gumam Megan pelan nyaris tidak terdengar.
Megan balas menatap wajah Rere lalu dengan tepat menatap manik mata Rere, kedua Irish mata mereka bertemu. Sebuah perasaan aneh merayap hadir seakan ada getaran halus di dada mereka. Tatapan itu berbeda dengan milik Nilam. Megan menemukan kepatuhan, rasa percaya diri yang tinggi dan sedikit... tatapan nakal.
Rere lebih dulu memutus pertemuan tatapan mereka, ia mengalihkan pandangan ke arah lain dengan senyum di kulum. Sementara Megan mengusap tengkuknya dengan wajah malu dan melirik Rere dengan tatapan menggoda.
"Baiklah Megan, namamu sekarang adalah Dirga, Dirgantara. Welcome... Dirga!" serunya dalam hati sambil memeluk tubuhnya sendiri dengan perasaan bahagia. Rere yang melihat tingkah lucu Dirga mengulum senyuman dengan wajah menunduk malu.
SMA Tunas Bangsa
"Nilam," panggil Darrel.
Nilam menoleh hingga helaian rambut panjangnya menyebar indah di udara. Darrel sampai menahan napasnya sebentar melihat kecantikan paripurna Nilam saat rambut hitam miliknya bergoyang lembut menyentuh bahunya.
"Ada apa, Rel." Nilam memposisikan tubuhnya menghadap Darrel.
Darrel menyentuh dadanya yang berdetak kencang hingga jantungnya serasa ingin melompat keluar dari sarangnya. "Kamu... Pagi ini cantik sekali." Kakinya melangkah mengikis jarak.
Ia ingin lebih dekat dengan Nilam, merindukan aroma tubuh Nilam yang wangi rempah bercampur aroma melati dan bunga kantil. Kakinya melangkah lagi satu langkah. Namun, tubuhnya langsung terpental menjauh dan tubuhnya terhempas ke rumput.
Nilam mematung melihat kejadian itu, seperti dalam mimpinya semalam yang terasa janggal. Dalam mimpinya, Nilam melihat tubuhnya dilindungi cahaya terang seperti sebuah tabir yang menjadi perisai untuk dirinya. Dan sebuah bisikan lembut agar ia menjaga jarak dengan Darrel.
Darrel bangun dengan cepat seakan tubuhnya terasa ringan seperti bulu. Gerakan melayang membuatnya terlihat bertingkah dramatis. Darrel menelisik Nilam dari atas hingga ke kaki. "Wanita ular itu benar-benar serius dengan ucapannya." gumamnya pelan.
"Kamu kenapa, Rel?" tanya Nilam masih dengan wajah bingung.
Namun Darrel meledeknya dengan meniru ucapan Nilam tanpa suara hanya gerakan bibir, "kamu kenapa, Rel?" Darrel memberengut, tatapan matanya jatuh pada ujung sepatunya yang sedang menggilas rumput dengan kesal. Ia tidak menyangka akan di perlakukan seperti ini oleh manusia setengah ular itu. Bagaimana bisa ia jauh dari Nilam. Aroma tubuh Nilam sudah menjadi candu baginya, ia merasakan ketenangan hanya dengan menghirup aroma tubuh Nilam.
"Rel?!" panggil Nilam sedikit mengeraskan suara.
"Ngga jadi! Aku kesal sama mama kamu!" Darrel meninggalkan Nilam begitu saja, tanpa menoleh lagi.
Darrel meninggalkan kepingan tanya di benak Nilam.
Darrel pergi ke kebun belakang sekolah di mana rumpun tumbuhan bambu tumbuh lebat. Darrel pernah melihat portal dunia ghaib ada di sana. Ia berdiri menantang dengan kedua tangan di letakkan di pinggang.
"Hallo, hai, tok tok tok! Ratu ular... Ratu ular, keluarlah... Kita harus bicara!" teriaknya di depan pohon bambu.
Batang-batang bambu bergoyang dengan gelisah. Suara gesekan di tanah kian terdengar. Suara desisan ular memenuhi ruang udara yang kini berkabut tebal. Sosok manusia bertubuh ular terlihat semakin jelas.
Wanita itu berpakaian kerjaan tidak terlalu mencolok, dengan Tiara sederhana dan jepit rambut khas berhias Rubi dan sapphire. Wajahnya cantik dengan kaki berbentuk ular hitam yang sisiknya menyala. Dia adalah Nyimas Dewi Kemala, adik sepupu Nyimas Maheswari.
"Dasar bocah semprul! Kemana etika kamu? yang kamu panggil Ratu kami bukan teman bermain kamu," ucap manusia setengah ular yang menjadi utusan Nyimas Maheswari.
"Aku harus gimana? Manggil pakai lonceng? Atau bersiul? Atau, pakai kentut... " Darrel yang sedang kesal semakin bertingkah menyebalkan.
Nyi Kemala menggelengkan kepalanya seraya menatap wajah Darrel dengan kesal. "Pantas saja Nyimas ratu berat melepaskan anak gadisnya untukmu, sikapmu sangat tidak pantas!" gerutu Nyi Kemala.
Darrel mendengus kesal, "Aku nggak ngerti cara sopan santun di dunia kalian, tolong sampaikan saja pada Ratu... buka perisai di tubuh Nilam," ucap Darrel sambil berlalu.
Tangannya di silangkan di belakang punggung, ia berjalan berputar-putar seakan sedang memikirkan sesuatu. "Cara yang sopan itu gimana sih! Aku gak bisa kalau gak menyentuh Nilam. Ughh!" Darrel menendang udara dengan wajah merengut.
Di dunia ghaib
"Nyimas, anak Eropa itu sangat tidak sopan.Dia minta perisai di tubuh putri Nilam di hilangkan," ucap Nyi Kemala melaporkan sikap Darrel.
"Biarkan saja. Dia harus belajar tata Krama dulu, baru aku bisa lepaskan putri Nilam untuknya," jawab Nyimas Maheswari.