Jaka, seorang siswa SMA yang biasa-biasa saja, seketika hidupnya berubah setelah ia tersambar petir. Ia bertemu dengan makhluk asing dari dunia lain, hingga akhirnya memahami bahwa di dunia ini ada kekuatan yang melebihi batas manusia biasa. Mereka semua disebut Esper, individu yang mampu menyerap energi untuk menembus batas dan menjadi High Human. Ada juga yang disebut Overload, tingkatan yang lebih tinggi dari Esper, dengan peluang mengaktifkan 100% kemampuan otak dan menjadi Immortal.
Lalu, takdir manakah yang akan menuntun Jaka? Apakah ia akan menjadi seorang Esper, atau justru seorang Overload?
Ikuti perjalanannya dalam kisah Limit Unlock.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Mendekati Hari Perkumpulan A.S.E
Bab 17. Mendekati Hari Perkumpulan A.S.E
Sesosok pemuda duduk santai di pojok dekat jendela. Matanya menatap keluar, tetapi pikirannya menerawang jauh.
Seperti sebuah rekaman yang diputar ulang, dia teringat akan pertemuan pertamanya dengan Amira.
Dan semua perubahan yang terjadi padanya akhir-akhir ini tidak bisa dipungkiri, semuanya karena gadis misterius itu.
Tiba-tiba suara Amira menggema di dalam dunia jiwanya.
“Hei... apakah kamu sedang merasa terharu sekarang?” ucapnya dengan nada menggoda.
Mendengar itu, Jaka hanya tersenyum kecut sambil menghela napas.
“Jujur saja, aku tidak tahu bagaimana harus menjawabmu, Amira. Aku seperti merasa dilema. Ada perasaan senang dan gelisah yang datang di saat yang sama,” ucapnya dengan ekspresi yang sedikit rumit di wajahnya.
Saat mendengar itu, seketika Amira terdiam. Dia sendiri juga tidak tahu harus menjawab bagaimana. Karena terlalu asyik menikmati segala sesuatu yang menurutnya menarik di planet ini, dia melupakan satu hal yang sangat penting, yaitu keberadaannya yang seharusnya tidak ada di dunia ini.
Akhirnya dia tersadar.
(Benar juga! Kehadiranku di sini sebenarnya menyeret Jaka masuk ke dalam masalahku! Tanpa sadar, aku telah membahayakan nyawa orang lain. Seseorang yang tidak ada sangkut pautnya dengan para Esper dan Overload.)
Pada saat itulah ekspresinya spontan berubah. Ada rasa bersalah yang begitu besar yang menyergap hatinya.
Entah kenapa, tiba-tiba pundaknya terasa begitu berat seolah rasa bersalah itu sendiri telah menjelma menjadi sebuah gunung yang menekan tubuhnya hingga tak berdaya.
Dia ingin mengucapkan sebuah kata maaf, tetapi sebelum kata-kata itu terucap, suara Jaka kembali terdengar.
“Amira! Apa kau tahu? Terlepas dari kegelisahan yang aku rasakan karena ternyata banyak sekali orang-orang kuat di luar sana, aku justru merasakan suatu perasaan yang begitu luar biasa."
"Mungkin pertemuan denganmu semacam takdir. Mungkin ini terdengar agak konyol dan kekanak-kanakan. Untuk sejenak aku merasa diriku begitu istimewa karena dari sekian banyak makhluk yang ada di alam semesta, takdir justru mempertemukan kita."
"Aku merasa dipilih oleh takdir itu sendiri. Mengenal dunia kultivasi. Mengenal bahwa ternyata dunia ini sangat luas. Kekuatan yang selama ini aku anggap sekadar fantasi ternyata benar-benar ada."
"Kamu tahu? Aku berasal dari keluarga miskin yang sepertinya sangat sulit untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Tetapi sejak mengenalmu, hanya dalam waktu singkat saja segalanya berubah. Jangan bicarakan tentang orang-orang kuat yang berasal dari planetmu. Mulai dari hal yang sederhana saja, yaitu di Bumi ini. Atau lebih tepatnya, di kota ini."
"Aku sosok kecil yang sebelumnya tidak memiliki pengaruh apa pun. Dengan kehadiranmu memperkenalkanku pada dunia kultivasi dan akhirnya menjadi seorang Overload, seorang yang telah terbangun, menjadi manusia yang dianggap istimewa di antara para manusia. Dengan begitu mudahnya aku bisa memiliki kekuasaan."
"Dulu aku masih terpikir bagaimana cara untuk mendapatkan uang, tapi lihatlah sekarang, dengan begitu mudah aku bisa mendapatkannya."
"Kekuasaan, kehormatan, kekayaan.. tiga hal yang sebelumnya terasa begitu jauh..sekarang semuanya benar-benar berada di dalam genggamanku. Dengan ini aku, yang dulu sebelumnya tidak berdaya, memiliki keberanian dan rasa percaya diri untuk melindungi orang-orang yang aku sayangi. Dan kamu, tanpa perlu dijelaskan lagi, termasuk orang yang ada di dalamnya."
"Aku akui, sekarang aku memang masih lemah. Tetapi percayalah, sama seperti benih pohon, itu akan perlahan-lahan menumbuhkan tunas, menciptakan batang dan daun, hingga akhirnya tumbuh menjadi pohon besar."
"Begitupun aku, tidak selamanya aku akan menjadi lemah. Aku akan terus tumbuh menjadi lebih kuat dan lebih kuat lagi, hingga sampai di titik di mana aku bisa berkata dengan percaya diri bahwa selama aku hidup, aku tidak akan pernah membiarkanmu terluka sedikit pun. Aku tidak akan pernah membiarkanmu diganggu dan disakiti oleh siapa pun."
"Jadi... apa pun yang terjadi, jangan pernah merasa bersalah atau berpikir kamu menyeretku ke dalam masalahmu. Jika ingin menyalahkan, maka salahkanlah para bajingan sialan yang terus memburumu tanpa henti."
"Adapun pertemuan kita, mungkin ini semacam takdir dan jodoh yang sudah diatur oleh langit. Langit mempercayakanmu padaku, dan yakinlah bahwa aku adalah orang yang tepat untuk melindungimu selamanya. Jadi jangan khawatir... pulihkan dirimu dengan tenang dan tunggulah aku.”
Mendengar itu semua, entah kenapa tiba-tiba jantung Amira berdebar dengan sangat kencang. Dirinya tidak terbiasa mendengar kata-kata manis seperti itu.
Bukankah itu sama saja seperti sebuah pengakuan yang menyatakan bahwa dirinya adalah wanitanya?
Memikirkannya saja sudah membuat wajahnya memerah. Ada rasa manis dan juga hangat yang mengalir di dalam hatinya.
Setelah perjuangan yang cukup lama, akhirnya dia berhasil menenangkan diri. Dan sebuah suara yang sangat lirih pun tanpa sadar meluncur begitu saja dari bibirnya.
“Aku akan menunggumu.”
...◦~●❃●~◦...
Satu minggu berlalu dengan cepat. Sejak menaklukkan semua geng di lima sekolah, nama geng RPJ benar-benar dikenal luas di Kota Blue Star. Bukan hanya di kalangan remaja, tetapi juga di kalangan para pebisnis kelas atas.
Dan nama Jaka secara otomatis juga semakin terkenal. Dirinya sebagai ketua geng mulai dipandang bukan hanya seperti remaja biasa. Semua hal ini tentu saja ada kaitannya dengan Nathan, Alex, dan Dava.
Tiga pemimpin geng tersebut memperkenalkan Jaka pada orang-orang penting di berbagai wilayah dan di berbagai tempat penting seperti mal, hotel, restoran, kafe, bahkan gedung ruko yang tingginya tiga puluh lantai.
Khusus untuk gedung ruko sendiri berada di bawah naungan keluarga Atmaja, yang artinya Dava secara langsung memperkenalkan Jaka kepada direktur dan jajaran petinggi lainnya.
“Dia adalah Jaka. Mulai sekarang aku ingin kalian menghormatinya sama seperti kalian menghormatiku. Karena setengah dari saham gedung ruko ini adalah miliknya,” kata Dava kala itu.
Dan satu hal lagi, tentang aturan poin dan juga arena neraka yang dia buat, ternyata sangat efektif untuk menstabilkan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Semuanya persis seperti yang diprediksi oleh Jaka. Para siswa kaya berbondong-bondong membeli banyak poin. Bukan untuk bertindak semena-mena di dalam lingkungan sekolah, tetapi jaminan bahwa mereka mendapat perlindungan di luar sekolahlah yang membuat mereka sangat tertarik.
Dan dengan koneksi yang mereka miliki, para anak-anak orang kaya ini mengetahui bahwa sekarang geng Elang telah berubah menjadi RPJ, dan RPJ sendiri sudah menjadi peringkat pertama geng terkuat di seluruh Kota Blue Star.
Artinya, semua sekolah kecuali SMAN Gajah Mada adalah bawahan geng RPJ yang diketuai oleh Jaka. Sejak saat itulah Jaka menjadi seseorang yang sangat dihormati dan disegani di sekolah.
Alasan yang membuat mereka hormat dan segan adalah meskipun sudah menjadi sosok yang terkenal, Jaka tetap bertindak biasa saja. Tidak pernah sombong dan tidak pernah merendahkan orang lain. Justru sifatnya sangat membaur dan bersahabat.
Sementara untuk anak-anak yang punya nyali besar, mereka menjadi semakin sering bertarung di arena neraka. Arena yang sebelumnya dipakai untuk menyelesaikan perselisihan kini menjadi ajang uji keberanian untuk mendapatkan banyak poin.
Karena Jaka sendiri yang mengatakan, jika mereka bisa mendapat seratus poin maka mereka memiliki satu kesempatan untuk menantang sepuluh anggota terkuat RPJ. Dan jika memenuhi syarat, mereka bisa bergabung menjadi anggota.
Hal seperti ini tentu saja tidak akan mereka sia-siakan. Sementara untuk para murid cupu yang tidak bisa berkelahi, tidak peduli mereka pintar atau tidak, semuanya dengan keinginan sendiri bekerja keras dalam belajar untuk mendapatkan nilai yang tinggi.
Untuk apa? Tentu saja nilai-nilai ini digunakan untuk membeli poin, dan dengan poin itu mereka bisa mendapat perlindungan. Karena faktanya, meskipun di luar sekolah banyak sekali geng-geng liar yang mengganggu mereka.
Contoh sederhananya saja, pemalakan saat pulang dari tempat les, dari tempat kerja paruh waktu, belajar kelompok, dan sebagainya.
Kepala sekolah, yaitu Pak Danang, sangat puas dengan sistem yang diatur oleh Jaka. Sejak saat itu semua fasilitas yang dijanjikan sekolah benar-benar diberikan secara penuh. Bahkan uang saku yang sebelumnya enam juta kini berubah menjadi sepuluh juta. Jaka sempat menolaknya dengan halus, tetapi Pak Danang justru berkata,
“Uang ini bukan apa-apa, Nak. Anggap saja ini rasa terima kasih dari pihak sekolah karena berkat bantuanmu, kegiatan belajar dan mengajar di sekolah menjadi lebih stabil dan berada di jalur yang benar. Jadi tolong jangan menolaknya.”
Akhirnya, karena bujukan terus-menerus, Jaka hanya bisa mengangguk.
“Baik, Pak. Saya akan menerimanya. Terima kasih banyak. Dan saya berjanji, selama masih ada saya, maka keadaan seperti ini akan terus bertahan bahkan akan menjadi semakin membaik,” jawabnya dengan percaya diri.
Waktu terus bergulir.
Keadaan finansial keluarga Jaka juga semakin membaik. Ibu Jaka (Julia) dan kakaknya (Reina) merasa begitu senang, bersyukur, dan bangga padanya. Berkat uang yang diberikan oleh Jaka, Julia pun berhenti bekerja dan mulai membuka usaha warung makan, dan tentu saja itu dibantu oleh kakaknya.
Melihat senyuman penuh kebahagiaan yang terlukis di wajah ibu dan kakaknya, Jaka merasa sangat senang dan bersyukur.
“Aku berharap, untuk ke depannya, segalanya akan menjadi semakin membaik,” bisiknya di tengah malam yang sunyi diterangi sinar rembulan.
Tanpa disadari, hampir dua bulan telah berlalu. Atau lebih tepatnya lima puluh enam hari. Hanya tersisa empat hari sebelum genap dua bulan, dan itu artinya pertemuan A.S.E menjadi semakin dekat.
Di Sebuah Tempat Yang Megah — Vila Pribadi Milik Rama.
Semua anggota geng RPJ berkumpul. Berbeda dari sebelumnya, kali ini ada tiga orang yang ikut bergabung, dan mereka tidak lain adalah Nathan, Alex, dan Dava sebagai perwakilan aliansi dari geng masing-masing.
Setelah percakapan ringan dan basa-basi sejenak, acara inti pada pertemuan malam itu pun dimulai. Jaka bangkit dari duduknya, berdiri di hadapan semua orang, matanya yang tajam menatap sekeliling, dan detik berikutnya dia mulai membuka suara.
“Terima kasih untuk kalian semua yang sudah menyempatkan waktu di tengah-tengah kesibukan kalian. Untuk Nathan, Alex, dan juga Dava, aku ucapkan selamat bergabung.”
Mendengar itu, Nathan, Alex, dan Dava mengangguk hampir bersamaan.
Setelah berhenti sejenak, Jaka melanjutkan ucapannya.
“Seperti yang kita tahu, empat hari lagi di Kota Nusantara, A.S.E akan mengadakan pertemuan besar untuk seluruh geng dari berbagai kota. Sesuai kesepakatan yang kita bahas di grup WA sebelumnya, aku, Rama, Nathan, Alex, dan Dava akan menjadi perwakilan untuk hadir pada acara itu. Sementara untuk kalian...”
Mata Jaka beralih ke arah Ali, Yudha, serta tujuh orang lainnya.
“Tetap lakukan kegiatan seperti biasanya. Atur semua wilayah, dan jika ada yang membuat keributan beri peringatan. Jika tidak terima, maka pakai aturan lama... hancurkan mereka. RPJ tidak akan mentoleransi adanya pembangkangan dalam bentuk apa pun.”
Mendengar itu, semua orang tersenyum, terutama Yudha. Dia memiliki seringai lebar di wajahnya.
“Haha! Jangan khawatir, Bos. Selama ada kami, Kota Blue Star akan aman terkendali.”
“Ya, itu benar. Apalagi sekarang ada aliansi dari geng Serigala Hitam, Harimau, dan Cobra. Jika ada keributan, kita bisa saling membantu,” kata Ali menambahkan.
Nathan, Alex, dan Dava mengangguk menyetujui apa yang dikatakan oleh Ali.
Dava adalah orang berikutnya yang angkat suara.
“Ya, kau tidak perlu khawatir. Aku akan mengoordinasi anak-anak untuk membantu RPJ jika ada hal-hal di luar kendali.”
“Baguslah kalau begitu. Berarti empat hari lagi kita bisa pergi ke Kota Nusantara dengan tenang,” kata Jaka dengan senyum tipis yang tersungging di bibirnya.