Anna dan Ananta dua gadis kembar yang sengaja di pisahkan sejak masih bayi. Setelah dewasa, keduanya tidak sengaja kembali bertemu dan sepakat untuk bertukar tempat karena merasa tidak puas dengan kehidupan mereka masing-masing.
Kehidupan keduanya bertolak belakang. Anna hidup sederhana di kota kecil, sedangkan Ananta hidup serba berkecukupan di Ibukota. Anna dicintai dengan tulus oleh Raksa, pemilik hotel tempat Anna bekerja sebagai Cleaning Service. Sedangkan Ananta sudah menikah dengan Rendra, salah pengusaha muda kaya raya. Sayangnya Ananta tidak dicintai.
Ikuti keseruan cerita mereka. Tolong jangan lompati Bab yaa.
Terima kasih sudah mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nittagiu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengerjai Ananta
“Mana belanjaan kamu, Sayang? Tadi kan izinnya mau pergi berbelanja.” Rendra mendekat. Ia meraih tubuh Ananta, dan membawanya masuk ke dalam pelukan. Membuat gadis yang baru saja kembali itu, begitu terkejut dibuatnya. ‘Ini baru permulaan, Ananta. Siapkan saja jantung mu menerima hukuman dariku karena sudah berani membuat gadis itu pulang ke rumah nya.’ Sambung Rendra di dalam hati.
“Iya, tadi aku keluar mau beli sesuatu. Tapi enggak jadi.” Jawab Ananta. Ia berusaha melepaskan dekapan Rendra di tubuhnya, lalu meninggalkan laki-laki itu begitu saja. Ini kan yang dilakukan Anna selama hampir lima hari ini.
Gadis itu masuk ke dalam rumah tanpa mempedulikan Rendra yang masih berdiri di halaman. Melihat sikap Ananta, Rendra tertawa. Sepertinya, istri aslinya ini sedang meniru kelakuan istri palsunya. Wah, keren banget kemu, Rendra. Punya istri asli, istri palsu dan simpanan. Melihat Ananta semakin menjauh, Rendra pun ikut masuk ke dalam rumah. Laki-laki itu melangkah cepat agar bisa menyusul istrinya itu.
‘Sayang?’ Ananta terus memikirkan kata sayang yang baru saja terucap dari bibir Rendra. Sejak kapan laki-laki itu memperlakukannya dengan begitu baik. Apa ini nyata? Sudah sedekat apa hubungannya dengan Rendra saat Anna di sini. Sial!
“Mami dari mana?” Tanya Ananta, saat memasuki ruang keluarga dan mendapati Mami sedang duduk di sofa yang ada di dalam ruang tamu. Di Bandara tadi, Anna sudah memberitahu, saat bangun pagi ini, mami mertuanya sudah tidak berada di rumah.
Mendengar suara Ananta, Mami yang sedang asik dengan ponsel di tangannya, segera menoleh. “Sini, Nak.” Wanita paruh paya itu menepuk sofa kosong di sampingnya. Meminta menantunya itu duduk di sana. “Tadi mami keluar sebentar. Ada urusan mendesak jadi enggak sempat bilang. Takut ganggu kalian berdua.” Sambung mami dengan senyum menggoda.
Pikiran Ananta mulai berkelana. Apa yang terjadi semalam? Kenapa Anna tidak membicarakan apa pun padanya.
“Semoga hasil semalam langsung jadi ya, Mi.” Rendra yang tiba-tiba berada di dalam ruangan itu, ikut menimpali pembicaraan sang mami. Laki-laki itu ikut duduk di samping Ananta, dan merebahkan kepalanya tepat di paha gadis itu. “Mami sudah tidak sabar pengen punya cucu, kan?” Ia membenamkan wajahnya tepat di perut Ananta, membuat gadis itu sangat terkejut.
Tanpa pikir panjang, ia mendorong kepala Rendra yang ada di atas pahanya, lalu segera beranjak. Wajahnya pucat pasih. Keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya.
“Ini tidak mungkin!” Ucapnya pelan, namun, masih bisa didengar oleh Rendra dan Maminya.
“Apa yang tidak mungkin?” Tanya Rendra. Laki-laki itu pun berpura-pura ikut terkejut.
“Apa yang kamu lakukan semalam?” Ananta sudah menatap tajam ke arah Rendra, seakan ingin menguliti laki-laki itu. Tidak, jika benar laki-laki brengsek ini telah meniduri kakak kembarnya, maka ia akan mengulitinya hari ini.
“Apa yang terjadi dengan mu? Kenapa kamu melupakan kejadian semalam. Kamu yang menginginkannya.” Rendra masih mempertahankan sandiwara nya.
“Ya Tuhan.. Itu bukan aku, Rendra.” Ananta luruh ke atas lantai. Ia merasa bersalah karena hal itu menimpa kakak kembarnya. Tidak, semua ini karena dirinya.
“Maksud kamu apa?” Rendra ikut duduk di atas lantai. Ia menatap lekat wajah istrinya yang sudah memerah. Bahkan air mata mulai menetes membasahi pipi yang sudah memerah itu.
“Itu kakak kembar aku. Mami aku sudah menemukan Mama.” Ananta sudah merangkak mendekati mami mertuanya.
“Apa yang terjadi? Jelaskan apa maksud kamu?” Mami meraih tangan Ananta, lalu menuntun gadis itu kembali duduk di atas sofa tempat di sampingnya.
Ananta masih diam. Pikirannya kalut. Bagaimana bisa Rendra merenggut kehormatan Anna, sedangkan gadis itu sedang dicintai mati-matian oleh Raksa.
“Jelaskan, Ananta!” Kali ini Rendra yang sudah bersuara. Suara dingin yang biasanya Ananta dengar, membuat gadis itu semakin geram dibuatnya.
“Semua ini karena kamu dan Melisa. Kamu selalu membenciku. Marah tanpa aku tahu apa kesalahan ku. Jika bukan sikap keji kalian berdua, aku tidak akan meminta Anna menggantikan ku di sini,” Baru kali ini Rendra melihat Ananta berteriak padanya. Terlihat begitu jelas bahwa gadis yang dia nikahi beberapa bulan yang lalu itu, sedang berusaha menahan amarahnya.
“Aku enggak ngerti apa yang sedang kamu bicarakan,” Rendra bersandar di sofa. Tiba-tiba hatinya menjadi tidak tega melihat Ananta seperti ini.
“Yang kamu nodai semalam bukan aku, tapi kakak kembar ku,” ucap Ananta lirih. “Mami, aku sudah menemukan Mama dan saudari kembar ku,” Ananta sudah menatap mami mertuanya dengan mata basah dipenuhi air mata.
“Aku tidak melakukan apa pun padanya. Aku tahu, dia bukanlah kamu,” Rendra beranjak dari sofa. Jika mami tahu dia sengaja membuat Ananta frustrasi pagi ini, ia pasti tidak akan selamat dari amukan wanita yang sudah melahirkannya itu. Untuk itu, dia harus segera menjauh dari ruangan itu.
“Maksud kamu?” Ananta ingin mengejar Rendra, tapi laki-laki itu hanya melambaikan tangannya dan terus melangkah menjauh dari ruangan.
“Aku mau kembali ke kantor,” Rendra melambai-lambaikan tangannya.
“Rendra sudah tahu jika gadis lima hari ini bukanlah dirimu,” ucap Mami. Ananta terdiam. Ia begitu terkejut mengetahui fakta ini. Jadi apa gunanya selama lima hari ini. “Melihat perubahan yang begitu besar dengan istri nya, dia langsung meminta Arhan untuk menyelidiki kota dan hotel tempat kamu pergi,” sambung wanita paruh baya itu lagi.
“Jadi mami juga tahu jika gadis yang ada di rumah ini, kakak kembar ku?” Ananta tidak percaya dengan kenyataan ini.
“Tuhan memberikan jalan keluar dari masalah hidup kamu selama ini, dengan menemukan mama dan saudari kembar kamu. Mami ikut senang, Nak.”
Mendengar kalimat penuh ketulusan dari mami mertuanya, Ananta langsung masuk ke dalam pelukan wanita paruh baya itu. Selama ini, jika bukan karena wanita ini, mungkin baru sehari menikah, ia sudah menggugat cerai Rendra.
“Maafkan aku sudah berbohong, Mi.” Ucap Ananta, masih sambil memeluk erat tubuh mami mertuanya.
“Mami mengeri kesedihan yang kamu alami di rumah ini. Harusnya kamu bilang kalau berat, Mami enggak masalah jika kamu bercerai dari Rendra. Kamu tetap anak perempuan Mami,” ujar wanita itu.
Mendengar kalimat itu, Ananta kembali tersedu. Air mata kembali membasahi pipinya. Bukan sedih, tapi ia merasa haru karena sikap mami mertuanya ini.
“Terima kasih, Mami,” Ananta melepaskan pelukannya di tubuh Mami. “Selama lima hari ini, aku sudah memutuskan banyak hal, Mi. Aku enggak akan memaksakan cinta ini lagi. Tidak, cinta itu memang sudah tidak tersisa lagi. Mungkin saja, selama ini keinginan untuk memiliki lebih besar dari cinta itu. Aku hanya terobsesi untuk memiliki Rendra, tanpa mempedulikan perasaan nya pada Melisa,” sambung Ananya penuh keyakinan.
Mendengar kalimat panjang lebar itu, Mami tersenyum. “Mami menyerahkan semua keputusan pada kalian berdua. Apa pun hasilnya, mami akan terima dengan senang hati. Dan apa pun hubungan kalian di masa depan, kamu akan selalu menjadi putri kesayangan Mami,” ucap nya sambil menggenggam erat tangan Ananta, untuk meyakinkan putri kecilnya itu bahwa semua akan baik-baik saja. Semua keputusan yang diambil dengan pikiran yang tenang, pasti hasilnya akan baik.