Hanina Zhang, merupakan putri seorang ulama terkemuka di Xi’an, yang ingin pulang dengan selamat ke keluarganya setelah perjalanan dari Beijing.
Dalam perjalananya takdir mempertemukannya dengan Wang Lei, seorang kriminal dan kaki tangan dua raja mafia.
Hanina tak menyangka sosok pria itu tiba tiba ada disamping tempat duduknya. Tubuhnya gemetar, tak terbiasa dekat dengan pria yang bukan mahramnya. Saat Bus itu berhenti di rest area, Hanina turun, dan tak menyangka akan tertinggal bus tanpa apapun yang di bawa.
Di tengah kebingungannya beberapa orang mengganggunya. Ia pun berlari mencari perlindungan, dan beruntungnya menemui Wang Lei yang berdiri sedang menyesap rokok, ia pun berlindung di balik punggungnya.
Sejak saat itu, takdir mereka terikat: dua jiwa dengan latar belakang yang berbeda, terjebak dalam situasi yang tak pernah mereka bayangkan. Bagaimana perjalanan hidup Dewi Hijab dan iblis jalanan ini selanjutnya?
Jangan skip! Buruan atuh di baca...
Fb/Ig : Pearlysea
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pearlysea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab_34 Monster
Wang Lei memanggilnya dengan nada pelan, berbeda sekali dari bentakan kerasnya pada Xiao Mei barusan.
Hanina tidak menoleh. Kedua tangannya bertumpu di pangkuan. Air mata yang sempat mengering, kembali menggenang tanpa dia sadari.
"Aku tidak mau di ganggu. Pergi saja." ujar Hanina datar tanpa menoleh.
Dahi Wang Lei mengernyit menatap punggung gadis berhijab merah muda itu.
"Aku tidak berencana mengganggumu, tapi aku perlu tahu kenapa kamu menghindariku?"
"Aku tidak menghindarimu."
"Lalu kenapa malah duduk sendirian disini bukanya menemaniku sarapan?"
"Apa perlu aku? bukanya sudah ada Xiao Mei?!"
"Hanina kamu_"
"Pergilah... Aku tidak apa-apa, hanya ingin sendirian di sini." potong Hanina, parau.
Wang Lei mendengus, memasukan sebelah tangannya ke saku celana. Dari suaranya, Hanina terdengar seperti menahan tangis
"Kamu menangis?" tanya Wang Lei.
"Ya. Aku merindukan orang tuaku... cepat pulangkan aku Wang Lei, aku tidak tahan terlalu lama di sini."
"Aku pasti tepati janjiku, Senorita. Sekarang ayo masuk dulu... Ada sesuatu yang ingin kuberikan untukmu."
Hanina memutar kepalanya, "Wang Lei aku mohon... Biarkan aku sendiri dulu..."
Rahang pria itu mengeras, menahan diri agar tidak memaksa. Tatapannya menelusuri wajah Hanina yang sembab, lalu mengalihkan pandangannya ke kolam keruh di depan mereka.
Sunyi beberapa detik. Hanya terdengar suara gesekan dedaunan kering yang di terpa angin.
"Aku tidak suka menunggu," gumamnya rendah, lalu ia menjatuhkan diri duduk di sisi Hanina. Jaraknya cukup dekat, tapi tidak sampai menyentuh. "Kalau kau ingin sendiri... biar aku menunggu di sini. Diam saja. Tidak akan ganggu."
Hanina mendecak kesal, ucapan Xiao Mei masih mengiang di telinganya tentang bagaimana pria itu menaklukan wanita kemudian memperlakukannya seperti sampah. Apalagi setelah mendengar suara menjijikan semalam, semakin memperkuat dirinya untuk terus waspada, meski dia sendiri masih dilanda dilema tentang Bagaimana hidupnya selanjutnya.
Tanpa permisi Hanina beranjak meninggalkan Wang Lei dengan langkah cepat, membuat pria itu mengatupkan rahangnya.
"Hanina!" panggilnya, mengejar langkah gadis itu yang memasuki pintu belakang rumah.
Hanina tak menoleh sedikitpun, langkahnya tegas hingga akhirnya menaiki tangga, Wang Lei terus mengejar sambil meminta penjelasan, namun Hanina tak bergeming sampai kemudian menutup pintu kamarnya dengan keras.
Wang Lei hendak menahanya tapi terlambat, gadis itu sudah mengunci pintunya dari dalam.
Dia terdiam di depan pintu yang kini terkunci rapat. Dengan napas berat tangannya sempat terangkat hendak mengetuk, namun dia urungkan. Bukannya tak ingin memaksa masuk, tapi tatapan Hanina barusan sudah cukup membuatnya sadar bahwa gadis itu sedang membangun tembok tinggi antara mereka yang tak dia mengerti.
Dia memejamkan mata mengatur emosinya, pikiranya mulai bekerja memikirkan apa yang membuat Hanina bersikap seperti itu padanya? Menghindarinya seperti mangsa yang lari dari predator. Hanina tiba tiba menjadi dingin seperti ini pasti ada seseorang yang berusaha mempengaruhinya.
Xiao Mei. Wajah wanita licik itu langsung muncul di benaknya.
"Dasar jalang, matilah kau di tanganku!" Dengan tergesa-gesa dia menuruni tangga, menemui Xiao Mei yang sedang sarapan di meja makan. Rasanya dia ingin membanting wanita itu hingga berantakan tak terbentuk.
Xiao Mei yang sedang asyik menikmati sarapan buatan Hanina tak menyadari langkah kaki Wang Lei hingga sebuah tangan merebut sumpitnya dengan kasar lalu melemparnya ke sembarang arah.
Xiao Mei terkejut menatap pria yang kini menyorotinya dengan tajam.
"Wang Lei apa yang kau lakukan?"
Wang Lei menunduk sedikit, kedua tangannya bertumpu di meja makan, sorot matanya menusuk lurus pada wajah Xiao Mei.
"Aku harusnya yang bertanya. Apa yang kau katakan pada Hanina selama aku pergi, hah?"
Xiao Mei mengerjap bingung, lalu mencoba menampilkan senyum sinis. "Aku tidak mengerti maksudmu. Sejak kapan aku harus melapor padamu setiap kali aku bicara?"
Tangan Wang Lei mengepal di atas meja. "Jangan main-main denganku, Xiao Mei. Aku tahu kau berusaha meracuni pikirannya tentang aku."
Gadis itu tertawa tipis, menegakkan tubuh dengan tatapan menantang. "Kalau Hanina menjauhimu, itu bukan salahku. Itu karena dia mulai sadar siapa dirimu sebenarnya."
Wang Lei mengeraskan rahang, tanda merah di leher wanita itu membuat gigi pria itu bergemeretak. Dengan kasar, Wang Lei menarik lengan Xiao Mei, menyeretnya berdiri hingga kursi bergeser keras menghantam lantai.
"Jangan pikir aku bodoh untuk bisa kau tipu, jalang! Kau tidur dengan pria lain semalam untuk memprovokasi Hanina, untuk memfitnahku?!"
"Aku tidak bermaksud memprovokasi.apa untungnya untukku? Lagipula aku cuma mengatakan yang sebenarnya, kalau kau dan aku sering tidur bersama, apa yang salah? itu faktanya, kan?"
"Kau—" Mata Wang Lei melebar tajam, telunjuknya mengacung ke arah wanita itu. Dadanya naik turun, hampir kehilangan kesabaran, sampai kemudian dia menyeret paksa tangan Xiao Mei dengan kasar.
"Lepaskan aku, apa yang kau lakukan?!" teriaknya berusaha menahan diri, tapi tenaganya jelas kalah jauh dengan pria itu yang kini berhasil menariknya keluar rumah.
Hanina yang mendengar keributan itu pun bergegas turun, langkahnya cepat menuruni tangga. Matanya langsung menyaksikan bagaimana pria itu memperlakukan Xiao Mei dengan kasar, menyeret dan mendorong tubuh wanita itu keluar.
"Wang Lei!" teriak Hanina, syok.
Xiao Mei mendengar Hanina berteriak, langsung pura-pura menangis histeris seraya berusaha bangkit dengan tergopoh-gopoh.
"Kau gila, ya? apa yang kau lakukan?" seru Hanina, tubuhnya melintasi Wang Lei lalu membungkuk membantu Xiao Mei bangkit dengan mengenggam bahunya hati-hati.
"Bangun Xiao Mei. " katanya pelan. Sementara pria itu berdiri dengan mengepalkan kedua tanganya hingga urat-uratnya menonjol, menatapnya penuh rasa muak.
Hanina menatap Wang Lei dengan sorot mata penuh amarah dan kecewa.
"Kau pernah mengatakan kau tidak pernah memukul wanita, Apa kau pikir aku akan percaya pada kata-katamu setelah melihat semua ini?!"
Xiao Mei langsung memanfaatkan kesempatan itu. Dia menunduk, bahunya terguncang dengan tangis pura-pura, membuat Hanina semakin menguatkan genggaman tangannya di lengan wanita itu.
"Lihat, Hanina… dia kejam. Kau benar menolaknya. Aku sudah lama ingin memberitahumu, Wang Lei hanya tahu caranya memaksa." saknya, memeluk Hanina seolah mencari perlindungan.
"Jangan dengarkan apapun yang jalang ini ucapkan Hanina, itu tidak benar! Semalam aku tidak tidur dengannya, kalau kau tidak percaya tanya pada Chen Jie, kami berdua ke rumah sakit karena penyakit ibu Chen Jie kambuh Kau_"
"Kau pikir aku peduli kau tidur denganya atau tidak? apa kau pikir aku akan cemburu? kenapa kau bertingkah seolah-olah aku ini kekasihmu?"
Tubuh Wang Lei membeku, matanya seketika meredup, hatinya terasa tersayat mendengarnya. Benar, dia memang bukan kekasihnya tapi andai gadis itu tahu betapa pria itu telah jatuh cinta padanya sejak padangan pertama.
"Kau siapa untuku? dan aku siapa untukmu? kita hanya dua orang asing yang terjebak di situasi yang tak seharusnya. Jangan berpikir aku akan tersanjung dengan sikapmu selama ini."
"Hanina_"
"Apa? kau mau mengancamku? akan menghancurkan hidupku, memperkosaku dan memutilasi tubuhku? Aku tidak takut pada monster sepertimu."
Kepala Wang Lei menggeleng lemah, tak membenarkan ucapan gadis berhijab itu.
"Aku tidak pernah berniat menyakitimu Hanina!"
"Tapi kau menyakiti wanita lain, apa bedanya?!" pekiknya, suara Hanina bergetar air matanya mengembun hampir luruh.
Xiao Mei menahan senyum puas di balik tangis pura-puranya, sembunyi di balik punggung Hanina. "Kau lihat sendiri, Hanina. Dia tidak pantas dipercaya. Sejak awal aku sudah bilang—"
"Diam, Xiao Mei!" bentak Wang Lei, kali ini suaranya serak, nyaris pecah. Kaki jenjangnya maju selangkah, kesabarannya nyaris habis, mata elangnya menatap Hanina dengan sorot mata yang menyiratkan luka dalam.
"Aku monster?" Wang Lei terkekeh getir. Tiba-tiba tatapannya berubah sangat tajam dan kelam.