NovelToon NovelToon
Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Vampir / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Harem
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Katsumi

Mengisahkan kehidupan seorang siswa laki-laki yang telah mengalami patah hati setelah sekian lamanya mengejar cinta pertamanya. Namun, setelah dia berhenti ada begitu banyak kejadian yang membuatnya terlibat dengan gadis-gadis lain. Apakah dia akan kembali ke cinta pertamanya, atau akankah gadis lain berhasil merebut hatinya?

Ini adalah kisah yang dimulai setelah merasakan patah hati 💔

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terkadang Mimpi Adalah Kenyataan

Sesampainya di gerbang sekolah, Ferdi baru aja mau masuk ke area kelas saat empat sahabatnya, Fino, Aldi, Adit, dan Bayu, langsung menghampirinya dengan senyum-senyum jail.

"Weh, pagi-pagi udah mesra aja sama yang baru~" goda Aldi sambil nyikut Ferdi pelan.

"Fix, ini sih cowok satu udah move on," tambah Adit ikut-ikutan, lengkap dengan cengiran khasnya.

Ferdi cuma mendengus malas, "Biasa aja napa."

Tapi yang bikin suasana langsung berubah adalah sosok Hina yang masih ada di sebelah Ferdi. Awalnya sih senyumnya biasa aja, ramah dan lembut, tapi begitu denger kata "mesra", ekspresinya langsung berubah. Tatapannya jadi tajam, auranya dingin banget. Detik itu juga, dia berubah jadi Ketua OSIS full power.

Aldi dan Adit yang notabene sekelas sama Hina langsung panik. Wajah mereka pucat kayak abis liat nilai ulangan jeblok.

"E-Eh, gua bercanda doang kok," ucap Aldi reflek, mulai gelagapan.

Adit juga langsung pasang wajah innocent, "Iya, kita kan deket ya... Hehe..."

Hina nggak bilang apa-apa, cuma melirik mereka berdua dengan senyum tipis yang... serem. "Jangan lupa laporan piket minggu ini dikumpulin hari ini ya. Aku tunggu sebelum jam istirahat. Telat, catat."

"Siap, Komandan!" Aldi dan Adit langsung tegap seolah siap apel pagi.

Fino ngakak setengah mati, "Tuh kan, gua udah bilang, bercanda ama ketos ada risikonya."

Bayu cuma tepuk-tepuk pundak Aldi. "Neraka itu nyata, bro. Dan duduk di barisan depan kelas."

Ferdi, yang ngeliat semuanya sambil nyantai, cuma geleng-geleng kepala. "Makanya jangan sok."

Hina kemudian kembali tersenyum manis ke Ferdi, lalu jalan pelan masuk ke gedung sekolah. Tapi Aldi dan Adit masih syok di tempat.

"Ya ampun... kenapa harus gua yang sekelas sama dia..." keluh Adit lirih.

"Gue mending dihukum guru, sumpah..." sahut Aldi pelan.

"Udah-udah, ayo masuk kelas dulu. Yah, walau kelas kita beda-beda sih," ucap Fino sambil merangkul bahu Ferdi sebentar sebelum melepasnya lagi.

Mereka berlima pun berjalan memasuki gedung sekolah dengan langkah santai.

"Oh iya, Fin," kata Ferdi sambil menoleh, "Obatku udah mau habis. Bisa bilangin ke ayahmu?"

Fino langsung mengangkat alis, lalu membuka tasnya. Dari dalam, ia mengeluarkan sebuah plastik hitam kecil dan menyerahkannya ke Ferdi.

"Ini. Ayahku udah nitipin tadi pagi," ucap Fino sambil tersenyum.

Ferdi menerima plastik itu dengan anggukan pelan. "Makasih, Fin."

Adit yang mendengar ikut menyela, "Sekarang berapa hari sekali, Fer?"

"Tiga hari sekali satu pil," jawab Ferdi, matanya menatap lurus ke depan, tapi satu tangannya memegang dagu seakan menghitung sesuatu.

"Ouh..." Adit mengangguk kecil, tapi matanya terlihat berat.

Saat mereka melintasi lorong menuju kelas masing-masing, Fino, Aldi, dan Bayu perlahan melambat dan mengambil posisi di belakang. Sementara Adit tetap berjalan di samping Ferdi.

"Kayaknya obat itu udah nggak bisa nahan lebih lama lagi," bisik Fino lirih.

"Yah... kalau mau dipaksa nahan, dosisnya harus dinaikin," timpal Bayu dengan nada cemas.

"Tapi efek sampingnya bakal makin kuat, kan?" Aldi ikut bergumam khawatir.

Tiba-tiba, Ferdi menghentikan langkahnya dan menoleh curiga. "Apa sih yang kalian bisik-bisikin dari tadi?"

Seketika ketiganya kaget.

"Ah! Bukan apa-apa!" jawab mereka hampir serempak, masing-masing dengan senyum kaku dan canggung.

Ferdi memandang mereka satu-satu, tapi akhirnya menghela napas. "Ha... yaudah, kelasku belok sini. Duluan, ya."

Ia pun berbelok ke lorong lain menuju kelasnya.

Begitu Ferdi menghilang dari pandangan, Adit bergabung kembali dengan yang lain.

"Jadi... gimana?" tanya Adit dengan nada lebih serius.

Fino menunduk sedikit sambil memegang dagunya, "Sebenarnya... obat itu emang udah makin lemah efeknya. Ferdi udah minum sejak SD. Awalnya satu pil sebulan cukup, terus turun jadi tiga minggu sekali, lalu seminggu... dan sekarang tiga hari."

"Berarti... tinggal nunggu waktu aja ya?" gumam Bayu.

"Kurasa dia masih bisa tahan sampai ujian kenaikan kelas," ucap Fino pelan.

"Berarti... sekitar dua bulan lagi," Aldi menatap kosong ke arah lorong tempat Ferdi tadi pergi.

Semua terdiam beberapa detik.

Aldi menghela napas berat. "Kalau aja si Yuka nggak nyia-nyiain dia waktu itu..."

"Sudahlah, ga ada gunanya nyalahin dia terus," potong Bayu cepat.

"Yah... benar juga," balas Aldi lirih.

Langkah mereka melambat, beban yang tak terlihat seolah menggantung di atas kepala mereka semua.

"Walaupun dia diterima sekalipun... kurasa dia bakal langsung ninggalin si Fer kalau tau kondisi sebenarnya," ucap Adit, nadanya terdengar cukup lantang.

Tanpa disadari, Yuka dan Kayla yang baru keluar dari toilet berada tak jauh dari situ. Yuka spontan menoleh, merasa suara itu familiar.

"Mereka ngomongin apa...?" gumamnya lirih, matanya mengarah pada Adit dan yang lainnya.

Yuka mulai berjalan pelan, mengendap-endap di belakang, mencoba mendekat tanpa menarik perhatian.

"Suaramu terlalu besar, Dit!" tegur Aldi panik sambil menoleh.

"Ah, maaf-maaf," Adit mengangkat tangan seolah tak bersalah, lalu menoleh sebentar ke belakang, matanya langsung bertemu dengan Yuka yang berusaha sembunyi di balik pilar.

Dia tersenyum samar.

"Kasian banget si Fer... udah berjuang setahun setengah tapi tetep disia-siain. Mana kondisinya makin memburuk..." ucap Adit dengan nada yang lebih keras dari sebelumnya, jelas bukan kebetulan. Ucapannya seperti sengaja dilempar agar Yuka bisa mendengarnya.

"OI!" Aldi langsung menyumpal mulut Adit dengan tangan. "Mau nyebar gosip lo?!"

Namun sudah terlambat.

Yuka berdiri terpaku, matanya melebar dan tangannya mengepal. Seketika ia berbalik dan berlari menjauh dengan suara langkah yang menggema di lorong.

Keempat anak itu menoleh.

"Jadi kau sengaja ya," Fino menatap Adit dengan ekspresi datar.

"Eh? Sengaja apaan?" Adit mengangkat bahu, berlagak bodoh, meski senyumnya tak bisa disembunyikan.

"Huft~ sifat aslimu mulai kelihatan tuh. Dasar rubah licik," gumam Bayu sambil menyilangkan tangan.

Adit hanya tertawa pelan. "Yah... kadang kebenaran memang harus dibocorin secara tidak langsung."

Fino hanya menghela napas, menatap ke arah Yuka pergi. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi satu hal yang pasti: kata-kata Adit barusan, akan mengguncang isi hati Yuka.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...----------------...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ferdi duduk diam di kelas, bersandar malas pada kursinya, pandangannya kosong menatap keluar jendela. Cahaya matahari pagi memantul di permukaan kaca, membuat bayangan samar wajahnya terlihat di sana.

Dengan gerakan pelan, ia membuka tasnya dan mengeluarkan plastik hitam pemberian Fino. Di dalamnya ada sebuah wadah kecil transparan. Ferdi membukanya, mata menatap kosong pada deretan pil berwarna merah gelap yang tersusun rapi.

"Sampai kapan aku harus ngonsumsi obat ini..." gumamnya lirih, jari-jarinya menyentuh permukaan wadah itu. "Bahkan aku nggak inget... aku sakit apa."

Ia kembali menyimpan obat itu dalam tas, lalu memeluk lengan di atas meja, dagunya bertumpu pada lengannya sendiri. Tatapannya menunduk, dalam.

"Ingatan masa kecilku... rasanya nggak ada sama sekali. Kosong."

Pikiran Ferdi melayang kembali ke mimpi semalam. Wajah gadis berambut silver yang bermain bersamanya di taman. Gadis lain dengan rambut merah muda yang tak ia kenal, tapi terasa familiar. Lalu... hutan gelap. Kastil besar dengan warna merah darah.

Semua gambaran itu kembali melintas, seolah mendesak ingin diingat.

"Apa... gadis itu Hina?" gumamnya pelan. "Lalu siapa yang satu lagi? Dan kastil itu... kalo aku masuk ke sana, apa yang bakal terjadi?"

Tiba-tiba bulu kuduknya merinding. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, seperti ada sesuatu yang menunggunya di ujung mimpi itu. Sesuatu yang telah lama terkubur dan sekarang mulai bangkit perlahan.

Misteri yang selama ini tertidur, kini mulai bergerak. Membentuk benang-benang samar, yang entah akan menuntunnya ke mana.

Dan Ferdi tahu... cepat atau lambat, semua itu akan menuntut jawaban.

...----------------...

...Prolog End...

...----------------...

1
Saiful Anwar
jadi Ferdi itu vampir. tunggu, jika dia vampir, apa itu setengah vampir/vampir murni?? tapi kok Ferdi baik" ajah saat terkena sinar matahari.
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
asekk di ulti
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
ini ilusnya pake ai kan? gimana caranya biar kek gtu?
Katsumi: yah di ketik di prompt
total 1 replies
Saiful Anwar
kalau Yuka tau si Ferdi udh punya tunangan bisa marah+cemburu=patah hati
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
oh wow, akhirnya ada pov 1🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
pake nanya🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
jdi keinget yg di yumemiru🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊: tpi bagus sih, bikin keinget jdi pen nonton ulang 🗿
total 1 replies
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
dari ferisu jadi ferdi🗿suka bet huruf 'f' keknya
Katsumi: Gak tau, pengen aja
total 1 replies
Saiful Anwar
darling??
kayaknya bertambah saingannya
Mizuki
Temen w yang namanya ferdi terakhir kali bilang gini ke cwek random hasilnya malah kena gampar
Katsumi: wkwkwkw
total 1 replies
Mizuki
scene ngompori temen dari dulu emang jadi template banget😑
Mizuki
Menyelam sedalam Palung Mariana demi Loli
Mizuki
masih menyelam
Mizuki
Langsung saja, yandere, loli, ama tsundere bab berapa?
Mizuki: btw, ini si Yuka gak ada di cover gak sih, w baca di awal-awal gak ada deskripsinya, kek npc banget daripada penggerak plot awal🗿
total 1 replies
bysatrio
jadi, mulai masuk fantasinya? vampir? mereka berlima? apa sama cewek²nya juga nanti?
Katsumi: iya masuk kayak siluman, iblis dan malaikat
total 1 replies
Saiful Anwar
lah ini baru prolog nya? gua kira udah mulai.
Katsumi: iya masih prolog itu v;
total 1 replies
Saiful Anwar
Hhmm saya mencium aroma misteri
bysatrio
apakah ada konflik lain yang sempat terlupa,
Saiful Anwar
dari alurnya hina dan Ferdi kayaknya teman masa kecil
ラマSkuy
nah kan udah kaya ibu ibu aje ngerumpi, akhirnya didatangin langsung sama yang dirumpiin kan🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!