Seira Adam Hanida adalah Ayi Mahogra atau Ratunya Kharisma Jagat yang harus memimpin pasukan kharisma jagat di zaman modern untuk melawan Bagaskara yang menggunakan makhluk ghaib untuk mengendalikan manusia agar menyembah iblis yang dia sembah.
Untuk melawan balik, Bagaskara hendak menculik anak kedua Ayi dan menggunakannya agar bisa mewujudkan kutukan kuno, kutukan itu adalah, setiap Ayi Mahogra atau ratunya kharisma jagat, kerajaannya akan runtuh digulingkan oleh anak perempuannya sendiri. Karena itu Ayi Mahogra meminta suaminya Malik Rainan dan juga pasukan kharisma jagat membawa kabur anaknya agar selamat dari penculikan dan dia bisa menjaga umat manusia dan kerajaannya dari serangan Bagaskara.
Selama proses pelarian ini, Malik dan pasukan kharisma jagat menemui banyak kesulitan karena serangan dari Bagaskara dan pasukannya, lalu apakah mereka berhasil melindungi anak perempuan Ayi Mahogra atau dia akan menjadi anak yang terkutuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muka Kanvas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 33 : Mayat tenggelam 5
“Maaf nih pak, kami jadi mengganggu lagi, tapi jujur Reisa dan saya ini penasaran, karena bapak bilang kan nggak mungkin ya kalau ibunya Reisa itu meninggal karena bunuh diri di sungai itu, karena beliau menganggap sungai itu sakral, bahkan kalian mengadakan ritual di sana agar sungai menjaga airnya tidak meluap ke desa di sekitar sungai.
Nah, yang buat kami penasaran adalah, sejak kapan bapak kenal ibu Reisa dan akhirnya kalian melakukan ritual.
Jujur saja ya pak, kami ini bergerak secara individu, tidak ada bantuan Polisi maupun bantuan pihak yang profesional, karena kematian ibunya sudah dianggap bunuh diri, kecuali kami menemukan bukti yang kuat, mungkin kami bisa mengajukan kembali membuka kasus kematian itu.
Makanya kami ke sini untuk mencoba mengurutkan kejadian, berharap ketemu titik terang dan mungkin bisa menemukan bukti agar kasus itu bisa dibuka kembali, pak.” Dita yang buka suara soal ini ke pak RT yang ada di desa itu, desa yang paling dekat dengan sungai. Dita dan Reisa sudah ada di rumah pak RT yang menyambut mereka dengan baik.
“Ya, saya juga sebenarnya menunggu kedatangan kalian lagi loh, sudah beberapa hari, kalian akhirnya datang juga, sembari saya ceritakan, kita ke sungai itu sekalian yuk, biar kalian juga ada bayangan saat saya ceritakan.”
Mereka bertiga akhirnya ke sungai, saat ke sungai, Reisa melihat beberapa orang memakai pakaian serba putih, ada lelaki dan perempuan sedang menabur bunga di sana.
“Itu orang-orang yang sedang berdoa dan menghormati ibunya Reisa, mereka selalu menyempatkan waktu untuk datang ke sungai ini dan menabur bunga, berdoa supaya ruh ibunya Reisa tenang.”
“Supaya ruh ibuku tenang? Apakah ruh ibuku tidak tenang pak?” Reisa paham yang coba disampai oleh bapak RT itu.
“Mohon maaf harus menyampaikan ini, tapi harus disampaikan, karena ini mungkin hal yang buruk. Jadi … setelah mayat ibunya Reisa ditemukan, kami terkejut, karena sudah mendekati waktu ritual, kami sedih tidak memiliki guru lagi, kami mencoba untuk menjalani hidup seperti biasa, tapi tak bisa karena setiap malam, kami mendengar suara denting, seperti ini.” Ketua RT itu mengambil salah satu peralatan yang dibawa oleh orang-orang yang katanya mendoakan ibunya Reisa di sungai itu.
Rupanya lonceng kecil yang berwarna emas yang kalau digoyangkan akan berbunyi denting tak beraturan, kincling, kincling, beberapa saat Reisa merasa ada yang aneh, terasa tenang dan sejuk, seperti ada angin yang membelainya.
Tapi Reisa buru-buru mengendalikan dirinya dan mendengar pak RT menjelaskan lagi.
“Dulu saat melakukan ritual ibuny Reisa selalu membawa lonceng emas seperti ini di tangan kanannya, lalu di tangan kiri dia akan menabur bunga pada sekitar sungai, bunga tujuh rupa.
Sama seperti yang kami lakukan sekaran, tapi bedanya, ritual itu bukan untuk para leluhur, tapi untuk ibumu, kami ingin dia tenang.
Karena bunyi lonceng itu jujur, beberapa waktu lalu sempat mengganggu, tak ada yang berani keluar untuk melihat dari mana suara lonceng itu, kami hanya membiarkannya saja, menganggap meski itu adalah ibumu Reisa, maka kami yakin, dia pasti bermaksud melindungi kami.
Meski kami merasa takut, tapi kami berusaha menerima itu.”
“Jadi, kalian juga dihantui oleh ibuku?” Reisa bertanya dengan sedih.
“Bukan Reisa! Bukan dihantui, justru mungkin ruhnya itu sekarang merasa sangat sedih karena tak ada yang bisa membantunya, dia pasti meminta tolong sama siapa saja yang bisa bantu dia, kita bisa bantu dia Reisa!”
“Caranya gimana Dit?” Reisa bertanya.
“Besok kita akan menginap di sini, suara itu terdengar sesekali atau setiap malam pak?” Dita bertanya tentang suara denting yang mereka dengar.
“Ya, hampir setiap malam, tapi tidak semua warga yang mendengar, kadang di gang 2, kadang warga di gang 3, gang tempat tinggal saya. Kadang juga di gang lain sepanjang sungai ini, tapi hampir setiap hari selalu ada yang mendengar.
Meski sempat heboh, tapi kami berusaha tenang dan tidak membenci ibuny Reisa kok, karena kebaikan dia sungguh banyak pada desa ini, makanya kami akhirnya menerima, selama kami tidak saling ganggu.”
“Pak, itu kan suara denting yang familiar ya? Suara yang seding dibunyikan oleh lonceng yang ibunya Reisa pakai saat ritual, tapi apakah, apakah ada yang pernah keluar dan memastikan, siapakah yang menyalakan lonceng itu? apa benar ibunya Reisa?” Dita bertanya.
“Begini … begini ya Dita, Reisa, sebenarnya ini saya juga nggak mau bagi, tapi karena saya ingin kalian mendapatkan informasi sebanyak mungkin, maka saya akan ceritakan ini.
Jadi, suatu malam, ada seorang lelaki yang kerjanya sehari-hari hanya memancing, dia pulang kemalaman dari memancing di sungai itu, kalau tidak salah, itu hari ketiga ibunya Reisa meninggal, sudah ada kabar tentang suara denting itu juga, tapi warga belum takut keluar malam.
Jadi warga itu pulang dengan menggunakan sepedanya, dia melewati jembatan itu untuk pulang, karena kalau memancing dia menyebrang dulu.
Saat melewati jembatan, itu sudah pukul 7 malam, belum terlalu malam tapi juga sudah melewati maghrib, dia mengendari sepedanya melewati jembatan, tapi saat sudah sampai di tengah jembatan, dia terkejut, ingin menjalankan sepedanya lagi, tapi dia ragu, karena dia depannya, mungkin jaraknya sekitar 5 meter dari tempatnya berdiri, berhenti dari mengendarai sepedanya, cukup dekat untuk tahu siapa sosok yang ada di hadapannya.
Lelaki itu juga tahu betul siapa sosok di hadapannya dan dia ketakutan, dia melihat ke belakang awalnya, dia bermaksud kabur, tapi dia tak mau meninggalkan sepedanya, maka dia akhirnya memutuskan untuk berjalan melewati sosok itu, saat sudah sangat dekat, lelaki itu mencoba untuk berjalan tenang tidak mau melihat, lebih tepatnya pura-pura tidak melihat.
Tepat saat mereka berpapasan, sosok wanita itu tiba-tiba menghentikan langkahnya, karena sebelumnya wanita itu berjalan dengan membunyikan lonceng yang suarannya tidak beraturan, tapi samar suara yang terdengar, dia menghentikan langkah dan berkata, ‘Kalau sudah malam pulang, kasihan istrimu menunggu di rumah, hari ini kau yang memancing ikan, besok ikan yang akan memakan tubuh busukmu.’ Wanita itu berkata dengan lirih, lelaki itu seketika sulit bergerak dan tak bisa berjalan lagi, jantungnya berdebar tak karuan, tapi dia juga tak bisa berbuat apa-apa, maka dia hanya mengangguk dan membiarkan wanita itu melewatinya, saat wanita itu lewat, hawa dingin sungguh terasa menyiksa karena membuat bahkan dinginnya seperti menusuk tulang, lalu pada jejak langkah yang dia tinggalkan, ada bekas air yang seolah-olah wanita itu baru berenang di sungai dan bajunya basah, tapi wanita ini tentu tidak hanya mandi di sungai tapi dia juga telah menjadi penghuni … penghuni sungai itu.
Sejak malam itu, lelaki yang melihat sosok wanita yang kalian pasti sudah tahu kalau itu adalah ibunya Reisa, tidak pernah di luar saat sudah menjelang maghrib, karena takut melihat sosok wanita itu lagi.
Jadi, ya memang hanya dia yang melihat ibunya Reisa, kami memilih untuk tidak keluar saat malam, membiarkan ibunya Reisa yang menjaga kampung kami.” Pak RT menceiritakan itu dengan wajah yang berbinar, perasaannya campur aduk tapi dia tak mau terbawa suasana saat menceritakan.
“Pak, saya juga melihat ibunya Reisa, tapi ibunya itu minta tolong, saya sih nggak bisa gitu-gituan ya, maksudnya ilmu ghaib, tapi kalau ruhnya saja minta tolong, itu artinya dia memang tidak tenang kan ya pak?” Dita mencoba untuk mendapatkan dukungan dari pak RT.
“Baiklah Dita, kita akan menginap besok malam, pak bisa bantu kami menginap di desa ini? supaya kami bisa mendengar denting suara itu, bahkan mungkin kalau beruntung, aku ingin bertemu ibuku aku ingin melihatnya, aku tidak peduli bagaimana pun wujudnya, aku sungguh tak peduli! Aku hanya ingin bertemu dengannya.” Reisa akhirnya setuju usulan Dita, dia sangat ingin bertemu dengan ibunya seperti yang lain, dia takkan takut.
________________________________________________
Catatan Penulis :
Balik lagi, mau minta maaf, ga bisa up part di jam 7 karena jam 7 aja aku baru pulang kantor, karena beberapa proyek yang harus segera diselesaikan laporannya dan bahkan mungkin besok aku harus melanjutkan pekerjaan.
Begitu sampai rumah, rasanya lelah itu terasa, aku rebahan sebentar, makan dan akhirnya punya waktu untuk menulis, karena aku kan sudah janji sama kalian. Walau waktunya molor, tapi aku tetap up kan?
Ngomong-ngomong tentang janji, kalian tahu nggak sih, kalau janji itu adalah hal yang paling sakral yang pernah ada di dunia ini, jadi jangan main-main ya.
Janji juga dianggap sumpah bagi sebagian orang, dulu sekali ibuku pernah cerita kalau nenekku itu pernah disumpahi oleh ayahnya karena berani kawin lari dengan kakekku yang seorang tentara rendahan, zaman itu nenekku adalah anak dari seorang juragan pabrik gula, ini serius ya, bukan fiksi, bukan cerita setan pabrik gula itu.
Sumpah dari buyutku adalah, kalau nenekku takkan pernah bahagia sampai tujuh turunan, akhirnya nenekku tidak pernah berbicara lagi dengan ayahnya setelah kawin lari itu, dia bahkan beberapa kali keguguran dan hidup anaknya begitu banyak hal buruk terjadi, aku adalah generasi ketiga dalam sumpah itu, jujur, aku percaya tidak percaya ya, anggap saja itu pelajaran, bahwa restu orangtua itu penting, kita harus berusaha mendapatkan, tapi bukan berarti sebagai orang tua kita juga boleh sembarangan mengucapkan sumpah.
Balik lagi soal janji, aku juga janji kan sama kalian akan selalu up part baru setiap hari jam 7, aku tidak bermaksud melanggarnya, tapi kalau jamnya molor, dimaafkan ya, jangan disumpah-serapahi, percayalah aku terus berusaha setiap harinya.
I love you all, media healingku adalah pembacaku, semoga tulisanku bisa jadi media healing kalian.
PKJ 2 akan publish setiap hari jam 19:00 (Semoga aku bisa menepati janji)
Jangan lupa like, coment dan follow akun Noveltoonku ya.
Jangan lupa untuk follow aku juga di :
IG : @mukakanvas
Tiktok : mukakanvas_horor
Youtube : @mukakanvas
kalo ibunya termasuk karisma jagad berarti akan ada karuhun yg menurun
coba amati Dita dari jauh
sapa tau ngerti ttg Dita yg diawasi
oleh dokter Hanan
dan juga didatangi ruh mama Reisa
ksrna ada kata nikah karna jodoh adat
yg di suka dita dr Bari kali ya...