kisah seorang remaja bernama fadli. 16 tahun diri nya baru masuk sma,namun dia tak memiliki orang tua. bukan tak memiliki tetapi kedua orang tua nya tak peduli dengan dia. kedua orang tua nya hanya mengirim dia uang setiap bulan. di saat itulah fadli bertemu dengan seorang wannita berumur 30 tahun bernama fitri. fitri yang tak memiliki pekerjaan memutuskan untuk menjadi pembantu dia mengetuk pintu setiap rumah di pinggiran kota dan menawarkan diri nya sampai dia bertemu dengan fadli, fadli lah yang menerima dia untuk bekerja namun dengan syarat dan kontrak, apa saja syarat dan kontrak nya?.. apa kalian penasaran baca saja dulu bab 1 jika suka bisa di lanjut jika tidak di stop saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilman padli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter #26
Sesampai nya di taman zahra dan citra duduk di sebuah kursi panjang. Citra tampak bingung karena zahra diam saja dia pun akhir nya bertanya "hei.. Mau bicara apa?"
Zahra menarik napas panjang dia menatap citra "mungkin ini adalah hal egois yang aku katakan pada kamu tapi apa kamu bisa menjauhi fadli aku tidak ingin melihat fadli terluka lagi" kata nya tiba- tiba.
"maap tidak bisa aku akan tetap berteman dengan fadli kamu yang egois melarang orang lain berteman dasar bodoh" bentak citra marah.
Zahra yang baru pertama kali melihat citra marah tampak terkejut tetapi dia kembali bertindak tegas "dengar bodoh!!..jangan pernah dekati fadli lagi hari ini dia bertengkar dengan anak- anak dari sekolah mawar dia melawan 10 orang dia di keroyok" jelas nya dengan tegas.
Citra terkejut mendegar hal itu diri nya tiba- tiba khawatir dengan keadaan panik. "fadli di mana?, dimana dia sekarang" tanya nya dengan wajah panik.
"sekarang mungkin dia sudah ada di rumah nya. Aku menyuruh dia untuk pulang karena mengalami beberapa luka lebam akibat bertengkar" jelas zahra dengan tenang.
"maap zahra aku sekarang ingin ke rumah fadli kita lanjutin ngobrol nya nanti saja" ucap citra tiba- tiba.
Citra segera berdiri dan pergi berjalan ke rumah fadli sementara zahra bergumam "kamu tidak bisa mengerti apa kalo saja kamu ngak bertemu dengan fadli mungkin hidup fadli masih tenang sanpai sekarang sial"
Beberapa menit berlalu citra sudah tiba di depan rumah fadli dia mengetuk pintu.
fitri dan fadli yang sedang ada di dalam rumah sedikit terkejut. "siapa ya?" tanya fadli bingung.
"kamu diam saja aku akan membuka pintu nya" jelas fitri.
Fitri segera berjalan ke arah pintu dan membuka nya.
"teman fadli ya ada apa?" tanya fitri terseyum.
"anu.. Maap aku mau bertemu dengan fadli" jelas citra sambil menunduk memohon untuk membiarkan nya masuk.
"tidak perlu seperti itu jangan menunduk angkat kepala kamu. Silakan masuk fadli ada di dalam" kata fitri sambil membuka pintu.
Mendegar itu citra terseyum senang dia langsung masuk ke dalam dan melihat fadli yang sedang duduk sambil makan kue dengan beberapa perban di wajah.
"fadli... kamu baik- baik saja kan?" tanya citra khawatir.
"ya aki baik- baik saja duduk lah citra" jawab fadli.
Citra segera duduk di sebelah fadli sementara fitri memutuskan untuk berdiam diri di dapur sambil memasak.
"anu.. Fadli aku dengar kamu berantem dengan siswa dari sekolah aku apa itu benar?" tanya citra dengan wajah gelisah.
"itu benar... " jawab fadli santai.
"anu... Maap pasti gara- gara aku kamu ribut dengan orang- orang yang ada ri sekolah maap..." kata citra dengan tubuh yang gemetaran ketakutan.
fadli terseyum dia memengang kepala citra dengan tenang dan berkata " apa maksud kamu minta maap?. Itu bukan salah kamu kok santai saja. Sekarang kita bisa beteman dengan tenang mereka ngak akan menganggu kita lagi karena aku sudah buat perjanjian"
Wajah citra langsung memerah dia merasakan tangan hangat di kepala nya. "anu fadli bisa lepaskan tangan kamu dari kepala aku?"
"ah.. Maap aku kelepasan" jelas fadli melepas tangan nya.
citra menatap fadli dia mendekat " anu kamu membuat perjanjian apa,?" tanya nya dengan tegas.
"anu.. Citra kamu terlalu dekat" jelas fadli dengan wajah yang memerah.
citra yang sadar langsung menjauh dia menunduk wajah nya memerah karena malu.
Fadli sedikit tertawa lalu menjelaskan "aku membuat perjanjian jika aku menang mereka ngak akan menganggu aku dan kamu lagi. Aku juga bilang pasa mereka kalo mereta tak boleh menganggu kamu di sekolah"
Mendegar itu wajah citra semakin memerah diri nya berguman " makasih fadli kamu melindungi aku juga kali ini kamu benar- benar menjadi pahlawan"
Fadli menatap citra yang diam saja dia tampak khawatir "citra?..." tanya nya.
"apa fadli?" tanya balik citra.
"tidak ada aku kira kamu kenapa karena kamu diam saja barusan aku sedikit khawatir. Citra jangan di pikirkan ya soal aku dan tolong jangan khawatir fokus saja pada ujian kamu" jelas fadli dengan senyuman lembut.
Melihat ketulusan fadli citra makin malu dan menunduk dengan wajah yang memerah. Sementara fadli tampak santai saja dia menatap citra.
"hei.. Citra besok pulang sekolah bisa ngak kita pergi makan bersama?" tanya fadli tiba- tiba.
Citra sedikit terkejut tapi dia terseyum "tentu saja biaa besok baiklah besok kita pergi makan bersama pulang sekolah" jawab nya penuh semangat.
Citra dan fadli pun lanjut mengobrol selama beberapa menit sampai akhir nya citra pulang dari rumah fadli.
Fitri mendekat dia memengang kepala fadli dan berkata "ingat ya hari minggu selesai ujian kamu ngak boleh main sama teman kamu. Kamu susah janji akan jalan- jalan bersama aku"
Fadli terseyum "ya tentu saja aku akan pergi bersama kamu kita akan jalan- jalan berduaan saja"jawab nya santai.
Wajah fitri seketika memerah dia berbisik di telinga fadli "apa kita bisa berhubungan lebih dari ibu dan anak kita kan ngak sedarah?"
Mendegar itu fadli benar- benar terkejut dia menjawab dengan tenang "oh iya kamu benar juga aku pernah melihat kamu sedang main dengan jari kamu di kamar waktu itu"
"ah.. Jangan di ingat aku malu tau anu.. Itu karena aku juga butuh pemusa bodoh" kata fitri dengan wajah yang memerah.
"ya aku mengerti tapi maap aku belum tertarik dengan hubungan seperti itu. Mungkin aku akan tetarik jika ingin" jelas fadli menunduk malu.
fitri terseyum dia memengang dagu fadli lalu mencium fadli dengan tenang. Hal itu membuat fadli terkejut "benar kamu boleh menolak tapi lain kali kamu ngak boleh nolak lagi" jelas fitri.
Fitri langsung berlari ke kamar dan mengunci pintu dia duduk di kasur sambil menutup wajah nya dengan dua tangan "gawat aku melakukan nya ah... Malu sekali"
Sementara fadli yang ada di ruang tamu terkejut dengan hal yang terjadi barusan hati nya berdetak kencang. "apa itu barusan?" tanya nya di dalam hati. "bibir nya lembut sekali" sambung nya lagi. "eh.. Ciuman itu barusan adalah ciuman?" tanya fadli bingung.
Wajah fadli tiba- tiba memerah milik nya langsung berdiri kepala nya langsung memikirkan hal aneh. Fadli memukul kepala nya "bodoh jangan pikirin hal aneh" kata nya sambil menenangkan diri.
Setelah itu fadli pun diam. Beberapa jam berlalu saat makan malam fitri dan fadli tampak tak bicara mereja tampak canggung dan tak bisa memulai pembicaraan.
Namun tiba- tiba fadli berkata "baiklah fitri hari sabtu pulang sekolah kita jalan- jalan lalu malam hari nya kita pergi ke hotel ayo kita lakukan"
Mendegar itu fitri terkejut wajah nya memerah namun dia mengangguk setuju.
Setelah makan fadli dan fitri pun tidur bersama di ranjang yang sama sambil berpelukan.
"tahan nanti tunggu saja hari minggu kalo aku memaksa nya sekarang nanti dia bisa marah" bidik fitri pada diri nya sendiri.
fitri menahan nafsu nya dan memutuskan untuk tidur di pelukan hangat fadli.