Meski telah menikah puluhan tahun Dara tidak mampu merebut hati sang suami Hadi Prayoga.
karena mereka menikah karena perjodohan yang diatur oleh keluarga mereka atas usulan dari Dara.
Dara mencintai Hadi sejak pertemuan pertama mereka yang membuat Dara meminta pada orang tuanya untuk mengatur perjodohan mereka.
waktu perjalan selama 14 tahun pernikahan mereka sudah dikaruniai anak yang menginjak usia remaja. tapi cinta yang Dara harapkan tak kunjung datang.
Dara terus mengejar cinta suaminya hingga melupakan kewajibannya sebagai orang ibu yang membuat anak Dara, Davin membencinya.
Bagaimana kisah rumah tangga antara Dara dan Hadi apakah ada keajaiban sehingga Hadi dapat mencintai istrinya? atau Dara menyerah karena Hadi tak dapat membuka hatinya untuk Dara?
saksikan kelanjutan ceritanya dan mohon support untuk karya pertamaku Terima Kasih 🙏🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biokunai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24.
Dara bangun dati tidurnya karena hari sudah pagi. Saat membuka mata ia merasa kepalanya sakit dan matanya bengkak karena terlalu banyak menangis kemari.
"kepalaku sakit,-"keluh dara merasa kepalanya sakit saat membuka mata.
Ia mencari air dinakas dan meminumnya hingga tak tersisa. Setelah meletakan gelas kosong ke atas nakas ia melihat sekitar dan menyadari dia berada dikamar tamu dan saat akan turun dari ranjang ia melihat mbok asih datang dengan membawa nampan ditangannya.
"nyonya sudah bangun? Selamat pagi, ini mbok bawakan sarapan untuk nyonya."ucap mbok asih menyapa majikannya dan meletakan nampan yang berisi sarapan di atas nakas samping ranjang.
Dara tak merespon sapaan mbok asih ia hanya menatap kegiatan mbok asih yang sedang meletakan nampan ke atas nakas disampingnya.
"nyonya mau sarapan dulu atau mau mandi? Kalau mau mandi biar mbok siapkan air hangat dan baju gantinya."tawar mbok asih.
Dara masih diam mengumpulkan nyawanya yang baru bangun tidur dan merasakan sakit di kepalanya yang belum hilang.
"apa yang nyonya rasa? Apa ada yang sakit? Biar mbok ambilkan obat atau nyonya mau ke rumah sakit?"ucap mbok asih peka dengan keadaan dara yang seperti sedang menahan sakit.
"ngga apa-apa mbok, saya baik-baik saja."ucap lirih dara.
"nyonya yakin? Kalau memang merasa tidak nyaman atau sakit bilang saja. Nanti mbok panggil pak man untuk antar ke rumah sakit."kekhawatiran mbok asih bukan tak beralasan, karena kemarin dara baru saja mengalami hari yang berat dan tak menutup kemungkinan jika nyonyanya itu sekarang merasa kurang sehat karena kejadian kemarin begitu menguras tenaga dan emosi sang nyonya.
"benar saya tak apa mbok."balas dara.
"syukurlah kalau seperti itu, jika nanti nyonya merasa tak nyaman atau sakit segera bilang pada mbok ya. Kita akan pergi ke rumah sakit." ucap mbok asih yang masih khawatir karena melihat wajah dara yang pucat dan mata yang bengkak karena kelamaan menangis.
"baik, mbok terima kasih."ucap dara.
"baiklah kalau seperti itu."mbok asih mengalah.
"mbok kemarin, saya.. Bagaiman bisa sampai di sini?"tanya dara dengan nada terbata karena ia tak ingat sampai bisa berada dikamar tamu.
Karena seingatnya ia berada di kamar mandi di kamarnya saat hadi berteriak dan mendobrak pintu kamar mandi.
Karena saking sesak perasaanya dara sampai lupa menangis dipelukan suaminya lalu tertidur karena kelelahan menangis dan berakhir hadi membawanya ke kamar tamu bahkan mengangi bajunya yang basah karena berendam di bathtub.
"semalam tuan yang membawa nyonya ke kamar ini saat nyonya tertidur."sahut mbok asih tak menjelaskan betapa kacaunya keadaan dara saat hadi menggendongnya dan membawanya ke kamar tamu semalam.
"mas hadi yang membawaku ke mari?" tanya dara tak percaya jika suaminya yang membawanya.
Lalu siapa lagi, pak man? Yang benar saja,tidak akan mungkin. Walaupun hadi tak mencintai istrinya tapi ia tak akan membiarkan ada orang lain menyentuh istrinya. Itu prinsip hadi, selagi dara adalah istrinya maka dara adalah tanggung jawabnya
"iya tuan yang membawa nyonya, bahkan tuan yang mengantikan sendiri baju nyonya yang basah."jelas mbok asih yang membuat dara melirik pakaian yang tengah ia pakai.
Dan benar bajunya berbeda dari baju yang ia kenakan kemarin. Dara jadi berpikir tentang ucapan mbok asih yang bilang hadi yang mengganti bajunya kemarin.
"berarti mas hadi melihatnya,-"pipi dara bersemu seperti seorang gadis saat memikirkan suaminya melihat tubuh polosnya saat mengganti bajunya kemarin.
Ayolah dara kau bukan lagi anak remaja atau penganti baru. Kau sudah menikah selama 14 dan sudah memiliki anak yang kini sudah remaja. Tapi masih saja bersikap malu-malu pada suaminya sendiri.
Mbok asih mengerenyitkan keningnya bingung melihat nyonyanya yang menangkup kedua pipinya dengan tangannya dan rona merah di pipi nyonyanya yang bergitu kentara.
"apa nyonya terkena demam ya karena berendam kemarin? Tapi kalau aku bertanya pasti nyonya mengelak dan mungkin akan marah. Sudahlah lihat saja, jika kondisinya sudah tak mengkhawatirkan baru aku paksa pergi ke rumah sakit." ucap mbok asih dalam batin sambil memantau keadaan nyonyanya.
"lalu dimana mas hadi sekarang, mbok?"tanya dara pada mbok asih setelah ia mengendalikan perasaanya yang berdebar membayangkan perlakukan suaminya semalam padanya.
"tu.. tuan,-"mbok asih bingung mau menjawab apa jika ia berkata kalau tuannya pergi dari semalam dan belum kembali sampai saat ini. Ia takut kembali menyulut emosi nyonyanya yang baru saja membaik setelah mengamuk kemarin.
"apa dia sudah berangkat bekerja?"tanya dara lagi karena tak mendapatkan jawaban yang diharapkan dari mbok asih.
"ah.. itu.. Iya sepertinya tuan sedang berada dikantor."jawab mbok asih dengan suara pelan dan tak berani menatap nyonya majikannya didepannya.
Dara mengerenyitkan dahi mendengar jawaban mbok asih yang tak jelas dan terbata-bata menjawab pertanyaannya.
"mbok! Apa yang mbok sembunyikan dari saya?!"ucap dara tegas menatap tajam mbok asih yang masih menghindari kontak mata dengannya saat bicara.
"ti.. tidak ada nya,-"jawab mbok asih dengan nada ragu.
"tatap saya saat saya bicara!"mbok asih tak bisa mengelak dan memberanikan diri menatap nyonyanya yang tengah menatapnya tajam menuntut penjelasan.
"saya tak suka dibohongi. jadi jawab dengan jujur dimana suami saya?!"dara menekan kata-katanya menekankan ia tak ingin dibantah saat ini.
"tu.. tuan hadi semalam. sejak semalam tuan,-"
"Assalamualaikum, dara!"teriak alina mengalihkan atensi mereka.
Tak berapa lama alina datang ke kamar tamu menemui menantunya. "disini rupanya,-"ucap mama alina saat menemukan menantunya yang berada di kamar tamu bersama mbok asih.
"mama, kapan sampai?"ucap dara basa-basi menyambut mertuanya.
"baru saja, mama panggil di depan tak ada yang menyahut jadi mama masuk dan saat ingin ke kamarmu ternyata kau ada disini."jawab mama alina.
"maaf ma, aku tidak mendengar kedatangan mama. Kalau aku tau mama akan datang aku pasti akan menyambut mama."ucap dara tak enak pada mertuanya.
"tak masalah sayang, tak usah dipikirkan."balas mama alina.
"mama mau minum? Biar nanti mbok buatkan untuk mama" tawar dara pada mertuanya.
"iya nyonya mau minum apa biar saya buatkan?"sambung mbok asih menawarkan minum pada nyonya besar.
"engga usah mama engga haus, tapi mbok bisa minta tolong buatkan kopi untuk pak ujang. Soalnya kasihan dia belum sempat ngopi karena saya suruh buru-buru kemari."tanpa menggu dua kali mbok asih berpamitan ke dapur untuk membuatkan kopi untuk supir nyonya besarnya.
Meninggalkan dara dan alina di kamar tamu bedua.
"kamu pucat sekali sayang, apa yang kamu rasa? Kalau sakit bilang jangan diam saja, mama khawatir saat menanyakan kamu pada hadi. Dia bilang kamu sakit, makannya mama langsung kesini setelah mendengar kamu sakit."ucap mama alina.
"aku tak apa ma, hanya kecapekan dan kurang istirahat saja. Kalau sudah istirahat juga akan baikan kok, ma."balas dara pada mertuanya.
"jaga kesehatan, sekarang musim sedang tidak bagus jadi banyak yang sakit. jangan sampai seperti jihan karena kelelahan sampai dirawat di rumah sakit."ucap alina menasehati menantunya.
"jihan dirawat di rumah sakit?"dara kaget mendengar bahwa jihan dirawat di rumah sakit.
Ia tidak tau karena kemarin ia sesang dalam keadaan emosional dan tak terkendali jadi tak memperdulikan apapun.
Dara kaget mendengar kabar jihan yang sakit dan sampai harus dirawat. Ia jadi berpikir bagaimana dengan ketiga anaknya yang masih kecil-kecil dan masih sangat membantu jihan, apalagi putranya davin yang tengah menginap sejak ulangan selesai pasti akan sibuk sekali tak ada yang menjaga dan memperhatikan mereka, pikir dara.
"iya, mama saja tahu dari hadi kalau jihan dirawat dirumah sakit. Karena dia ada disana sejak semalam menemani jihan karena liam sesang ada urusan bisnis ke luar negeri dan tak bisa dihubungi sedang jihan tak punya siapa-siapa untuk menjaganya sedang pembantunya harus menguru anak-anak di rumah.
Apa hadi tidak memberitahu dulu saat pergi semalam untuk menjenguk dan menjaga jihan semalam?"tanya mama alina pada dara karena melihat menantunya itu sepertinya tidak mengetahui kalau hadi menjaga jihan di rumah sakit semalaman.
Dara membalas pertanyaan mertuanya hanya dnegan gelengan, karena ia masih shock mendengar suaminya pergi sejak semalam dan menjaga jihan di rumah sakit.
Dan meninggalkannya tanpa pamit disaat keadaan istrinya sendiri juga sedang tidak baik-baik saja.
Melihat menantunya termenung mendengar ceritanya membuat alina merasa bersalah karena hadi mengatakan apapun pada istrinya jika ingin mengindap di rumah sakit menjaga jihan.
Alina mengumpati anaknya yang begitu bodoh mengabaikan istrinya demi adik iparnya. Walaupun alina juga tau jika jihan juga butuh bantuan tapi setidaknya hadi berbicara dan meminta ijin pada istrinya agar tidak jadi seperti ini.
"hadi itu benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya dia tak ijin dulu pada istrinya dan pergi begitu saja semalaman,-!"ucap alina kesal pada putranya.
"walaupun niatnya membantu tapi tetap saja jangan sampai melupakan kewajibannya seperti ini. Lihat saja nanti mama akan beri pelajaran pada anak kurang ajar itu!" maki alina pada putranya benar-benar tak habis alina dengan jalan pikiran putranya itu.
Dara terdiam larut dengan pikirannya sendiri tak mendengarkan lagi omelan dan makian mama mertuanya pada hadi suaminya.
Yang ia pikirkan sekarang adalah betapa teganya hadi meninggalkan dan memilih menemani jihan, padahal dia juga sedang membutuhkan keberadaan hadi sebagai suaminya. yang ia harapkan menenangkannya dan menghiburnya dari perasaannya yang sedang kalut.
Karena mendengar percakapan hadi suaminya dengan mamanya yang membahas tentang perceraian mereka dan tentang perasaan hadi pada jihan yang ternyata tak pernah sedikitpun berkurang atau berubah pada wanita itu.
"semua perjuanganku tak kau anggap dan semua pengorbananku tak terlihat. Lalu apalagi yang harus aku lakukan untuk mendapatkan cinta dan perhatianmu?
Apa selama ini aku melakukan hal yang sia-sia dengan menginginkanmu?
Apa cintaku benar tak berharga dimatamu mas?
Harus kah aku menyerah dan mengakhiri hubungan yang mengekangmu?
Jika aku menyerah dan mengakhiri penikahan ini kau mungkin akan bahagia dengan hidupmu, tapi aku bagaimana?
Apa aku sanggup hidup tanpamu?
Apa aku sanggup melihatmu dengan wanita lain, apa aku sanggup?"gejolah batin dara
padahal baru saja tadi ia berbunga-bunga mendengar perlakuan suaminya yang perhatian dan perduli padanya.
Tapi kini kenyataan menghempaskan harapan dara jatuh sejauh-jauhnya.
...----------------...
.
.
.
Hadi
Adara
Mama Alina
.
.
.
.
.
Tbc.