Perempuan yang sangat menyukai anak kecil yang dibesarkan di panti asuhan lalu mendapat pekerjaan sebagai pengasuh dan guru les untuk anak laki-laki berumur 5 tahun. Namun tidak disangka, ia menemukan jodohnya yang tidak lain om dari anak tersebut. Berawal dari rasa jengkel lalu menjadi cinta .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fega Meilyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikmati Sunset
Arka membawa Hanna ke rooftop cafe pantai yang dimana cafe tersebut dapat menikmati keindahan sunset.
"Pak Arka suka pantai ya?"
"Kenapa memang?"
"Ya saya diajak ke pantai terus, di pantai yang berbeda juga. Pak Arka pintar mencari tempat yang indah" Hanna tampak berpikir, "oh saya tau! Pak Arka sering ya bawa pacar pak Arka kesini. Hayooo ngaku!"
"Sok tau! Kamu wanita pertama yang saya ajak ke pantai"
"Ah masa, kalau bohong nanti di gigit kambing ompong loh pak" Hanna nyengir menampakkan barisan giginya yang rapi, "tapi makasih ya pak, saya jadi bisa menikmati keindahan senja" sambungnya.
"Kamu suka senja?"
"Suka!" Jawab Hanna singkat.
"Kenapa?"
"Senja itu indah. Karena senja selalu menerima langit apa adanya. Hanya senja yang tau cara berpamitan yang meninggalkan kesan. Walau keindahannya hanya sementara, tapi dari senjalah aku belajar bahwa sesuatu yang terlihat indah sebagian besar hanya sementara" Hanna tersenyum getir.
"Dulu mama sama papa juga suka menikmati senja, sejak itu saya juga menyukainya. Ternyata benar keindahan itu hanya sementara". Hanna menyunggingkan senyum diakhir kalimatnya.
"Kenapa kamu tidak bertemu saja dengan papa kamu? Kenapa harus bersembunyi kemarin?"
"Sebenarnya pak Arka tau darimana sih?"
"Pak Danu! Saya mendengarkan obrolan kalian waktu lalu jadi saya bertanya saja"
"Oh"
"Kok oh?"
"Harus apa?"
"Apa kamu tidak ingin bertemu papa kamu lagi?"
"Tidak perlu pak, melihatnya dalam kondisi sehat dan bahagia sudah cukup untuk saya"
"Saya tau kamu merasa iri kan melihat om Adnan bersama Cathy?"
"Siapa sih pak yang tidak iri? Saya juga anaknya meskipun papa tidak anggap saya anaknya tapi mama pernah bilang bahwa saya harus sabar dan ikhlas menerima dan menjalaninya. Kata mama, suatu saat ada pelangi yang menanti. Saya cukup bersabar aja sampai menunggu waktu itu tiba"
"Apa kamu tidak membenci mereka?"
"Kalau saya membenci mereka apa manfaatnya untuk saya? Tidak ada kan. Saya selalu ingat pesan mama, kalau saya adalah anak papa. Sesalah apapun mereka jangan pernah membencinya".
"Kenapa kamu bisa seluas itu rasa sabar dan ikhlasnya?"
Hanna pindah tempat sehingga duduk berhadapan dengan Arka, "sini pak sini hadap saya, dulu saya juga bertanya seperti itu ke mama. Pak Arka tau apa kata mama?"
"Apa?" Arka menatap lekat mata Hanna.
"Sabar dan ikhlas adalah dua kata yang selalu terdengar klise dan selalu diulang. Justru itu penting, makanya setiap ada masalah atau sesuatu pasti kita diingatkan untuk selalu sabar dan ikhlas kan? Sabar itu bukan menunggu tanpa emosi. Ikhlas juga bukan membuang rasa begitu saja. Mereka adalah bentuk tertinggi dari pengendalian hati, bukan pengosongan hati.
Seringkali kita berpikir bahwa sabar dan ikhlas itu soal bagaimana cara menerima, padahal.... tentang bagaimana cara melepaskan. Melepaskan ekspektasi.
Melepaskan luka yang dipelihara dalam diam, melepaskan pertanyaan yang belum dijawab, melepaskan rasa sakit dihati bahkan melepaskan diri kita dari hati yang belum bisa berdamai".
"Sabar itu bukan proses yang kita tempuh tapi ruang tinggal yang harus kamu huni. Ruang dimana kita tetap bertahan walau rasanya ingin pergi terus mengetuk. Ikhlas pun bukan puncak, tapi dasar. Dasar dari cinta yang benar. Dasar dari iman yang dewasa. Jadi kalau kita merasa sedang dihancurkan oleh keadaan, bisa jadi bukan untuk dilukai. Tapi agar kita disiapkan untuk sesuatu yang lebih utuh. Karena yang memilih sabar dan ikhlas, bukan yang tidak nisa melawan... Tapi dia yang tau, bahwa kekuatan yang paling besar adalah menundukkan hati pada Waktu-Nya, bukan memaksa waktu tunduk pada dirinya".
Arka bertepuk tangan, "wow bijak dan puitis sekali. Saya sukaaa ucapan kamu tadi. Pintar juga kamu bocil" Arka menarik hidung Hanna.
"Pak Arka ngeledek ya? Itu ucapan mama saya!"
"kenapa masih ingat? bukankah sudah lama?"
"ingat dong! hehe karna mama itu suka menulis juga jadi saya selalu simpan tulisan mama".
"aku makin kagum sama kamu Han, susah juga dapatin hati kamu" Ucap Arka dalam hati.