Asila Ayu Tahara. Perempuan yang tiba-tiba dituduh membunuh keluarganya, kata penyidik ini adalah perbuatan dendam ia sendiri karna sering di kucilkan oleh keluarganya . Apa benar? Ikut Hara mencari tahu siapa sih yang bunuh keluarga nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonjuwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bimbang
Tubuh Hanura ia gerakan perlahan ketika ia rasa kepalanya sangat berat serta tubuhnya pegal-pegal ia mengangkat lengan besar yang melingkar di pinggangnya, entah sudah berapa lama itu bertengger disana.
Ia menoleh kebelakang di dapatinya Leo yang masih terpejam disana, ia berusaha mengingat kembali kejadian semalam apa ia sudah kelewat batas atau tidak.
Ia melihat pakaiannya dan Leo masih utuh seperti semula hingga akhirnya ia membalikkan posisinya menjadi tidur dengan menghadap ke arah Leo.
Ia melihat wajah tegas yang semalaman mencumbui nya dengan lembut, jemarinya terulur mengelus dari dahi lalu ke mata, hidung dan terakhir berhenti di bibir Leo.
Namun baru saja Hanura tersenyum karna mengingat ciuman panasnya dengan Leo, tiba-tiba jari telunjuknya di kecup pelan oleh Leo membuatnya sedikit terkejut.
"Mau lagi?" tanya nya dengan suara berat khas bangun tidur
Hanura terkekeh "Nggak."
"Masa sih? Apa karna gak enak ya?"
Kini Hanura menukikkan alisnya "Bukan gitu loh."
"Ya terus apa dong?"
"Bukan apa-apa ah udahlah, aku cuma main-main aja tadi." ucapnya sembari mulai menjauhkan tubuhnya
Namun lengan kekar itu kini meraih pinggang rampingnya yang dengan mudah menarik dan mendekap ke arahnya dengan lebih erat.
"Jangan main-main, aku gak suka. Kalo mau, ayo aja aku mah." suara Leo kini lebih parau dari sebelumnya
Hanura yang masih terkejut itu kini memberanikan diri mengecup bibir yang baru saja berhenti berbicara itu.
"Loh kok curang gitu sih, harus nya aku duluan." sulut Leo
"Lama. Keburu telat morning kiss nya, soalnya udah siang tuh." Hanura kini terbangun menunjuk jendela yang mungkin sedari malam tidak di tutup
Leo yang merasa tak terima karna kalah telak itu kini ikut terbangun dan menyambar bibir Hanura untuk ia hujani dengan kecupan juga.
"Aku lebih banyak! Bye!" Leo tampak senang terbukti dengan ia yang kini berjingkrak-jingkrak ke arah kamar mandi.
Hanura hanya tertawa lucu melihat kelakuan Leo.
Ia sedikit merasa bersalah karna jauh di dalam lubuk hatinya ia berniat memperalat Leo untuk ia bisa melupakan Hakim di masa lalu.
Bahkan ketika menciumi harum tubuh Leo yang ia bayangkan adalah Hakim nya saat itu, ia sungguh berdosa kini namun apalah daya Hanura hanya manusia yang berusaha ingin lupa bahkan dengan bagaimana pun caranya.
Ia pulang di antar oleh Leo tentunya bukannya ke rumah Hanura malah meminta Leo mengantarkan nya langsung ke toko roti untuk segera bekerja seperti biasa.
"Aku masuk dulu?" tanya Leo
"Aku rasa pulang aja deh, kamu harus istirahat juga."
"Kamu juga harusnya pulang, jangan malah ke toko."
"Gak apa-apa, sebentar doang pasti. Nanti sore tutup kok."
"Aku boleh nyamperin kamu gak?" tanya Leo dengan nada yang ragu
Hanura membuang nafas nya dengan senyuman "Boleh dong, kenapa gak boleh?"
"Aku takut ganggu."
"Nggak Leo, kamu boleh dateng kapan aja." senyum Hanura sangat hangat
"Yaudah aku turun ya!" ujarnya
"Sayang!"
Panggilan Leo kini menghentikan gerakannya ia kembali menoleh ke arah Leo yang kini bahkan sudah melepas sabuk pengamannya.
Tubuh Leo di condongkan ke arah nya lalu mengecup lembut pipi sebelah kanan Hanura.
"Semangat!" ucap nya
Hanura tertawa kecil lalu melakukan hal yang sama pada Leo yaitu mengecup pipi lelakinya baru mengangguk, kini ia benar keluar dari mobil itu dan masuk ke toko nya.
"Cieee" sapaan itu langsung menguar di telinganya
"Apa loh!"
"Cieeee"
"Diem ah!"
"Wow! Yang punya ciuman panas dateng!" kali ini Dirga keluar dengan tampilan penuh tepung
Hanura tertawa di buatnya "Apa loh kalian ini!"
Hanura mengambil celemek nya melirik sana sini yang tak ada pengunjung satupun
"Gimana semalem?" bisik Sanura
"Apanya?"
"Main nya lah!" ujar Dirga
"Main apa sih! Gak ada yang main."
"Loh! Gak main? Pantes kok gak pincang." jawab Sanura
Hanura kini memelototi Sanura dengan tegas "Apa sih bahasanya itu pincang pincang."
"Loh ini beneran, kamu kalo udah main gitu pasti pincang. Aku pun waktu itu." jawab Sanura
Kali ini Hanura terbelalak "Jadi kamu?!"
"Hadeh, yaudah deh kali ini aku kasih tau. Udah punya pacar juga kamu nya jadi santai aku."
"Aku serumah sama Dirga ya masa gak pernah main sih!" sulut Sanura
"Sanura?!"
"Apa loh, lagian ya stop merasa kamu masih anak kecil Han. Kamu udah dewasa loh, harus udah tau yang begituan."
Hanura tak mengindahkan sahabatnya yang tengah membuka seminar itu, ia malah langsung pergi ke dapur untuk mengerjakan apapun yang sekiranya belum beres.
Ketiganya sepakat untuk menutup toko lebih awal hari ini karna capeknya tubuh mereka, kini ketiganya tengah berada di dalam mobil dengan lelahnya masing-masing.
Hanura yang sudah menyandarkan tubuhnya sambil melihat ke samping ke arah jalanan yang ia lewati itu kini penuh dengan bimbang hatinya.
"Menurutmu aku lanjut nggak sama Leo?" pecah nya dalam keheningan mobil itu
"Maksud kamu apa? Kan baru aja jadi." Sanura kini menoleh ke belakang
"Kamu tau gak kenapa aku tiba-tiba terima dia pas di pesta itu."
Tak ada jawaban dari Sanura maupun Dirga, mereka tetap menunggu Hanura melanjutkan bicaranya
"Karna parfum dia persis sama punya Kak Hakim."
"HAH!" teriak kedua orang di bangku depan itu
"Aku sekarang ngerasa bimbang, aku terima dia karna aku memang suka atau aku terima dia karna dia mirip Kak Hakim."
"Tapi jujur, semalem kamu ciuman sama dia itu kamu sadar dia Leo?"
"Aku sadar, meski lagi mabuk. Aku tau itu Leo, Tapi. Waktu aku di gendong aku jadi bayangin itu adalah Kak Hakim."
"WHAT!" keduanya tampak kompak lagi kali ini
"Parfum dia benar-benar mirip Kak Hakim San, dan aku gak bisa hilangin itu di pikiran aku."
"Han, han, menurutku kalo memang kamu mau buka hati nih ya yaudah jalanin aja dulu sekarang."
"Perihal parfum yang bikin kamu inget si Hakim, gimana kalo kamu minta Leo buat ganti parfum." lanjut Sanura
Hanura menghembuskan nafasnya "Aku cuma ngerasa bersalah sama Leo, aku rasa aku gunain dia cuma pengalihan buat aku."
"Han, percaya deh. Seiring berjalannya waktu, kamu bisa terima Leo sebagai Leo. Bukan lagi sebagai perantara sembuhnya kamu, atau bukan sebagai perantara biar kamu lupa sama Hakim."
"Haruskah di pertahanin?" Hanura bernafas pasrah
"HARUS!" ucap Sanura dan Dirga yang lagi-lagi dnegan kompak.