Setelah berhasil kabur dari Ayah angkatnya, Iyuna Marge memutuskan untuk bersekolah di sekolah elite school of all things Dengan Bantuan Pak kepala yayasan. Ia dengan sengaja mengatur nilainya menjadi 50 lalu mendapat kelas F. Di kelas F ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok, ia bertemu dengan Eid dan mencoba untuk memerasnya. Begitu juga beberapa siswa lainnya yang memiliki masa lalu kelam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggara The Blukutuk³, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bermain di Tepi Pantai
Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam dengan taksi yang melaju stabil di jalan raya yang berkelok-kelok, mereka akhirnya sampai di pantai. Suasana pantai menyambut mereka dengan hembusan angin laut yang segar membawa aroma garam dan rumput laut, ombak yang bergulung-gulung dengan lembut memecah di tepi pasir putih yang berkilau terkena sinar matahari sore. Langit berwarna biru cerah dengan awan-awan putih yang bergerak perlahan, dan suara deburan ombak yang berirama menciptakan musik alam yang menenangkan. Pasir pantai terasa hangat di bawah kaki mereka, dengan tekstur halus yang kadang bercampur kerang-kerang kecil dan pecahan karang yang terbawa ombak.
"Wahhh, cantik sekali" Ucap Sherin antusias sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, tubuhnya berputar-putar dengan anggun di atas pasir sambil menikmati angin laut yang menerpa wajahnya, rambutnya berkibar lembut mengikuti arah hembusan, matanya berbinar kagum menatap hamparan laut biru yang membentang luas di hadapan mereka.
Mereka saat ini sedang berada di tepi pantai yang sepi pengunjung dengan suasana yang tenang dan damai, tempat yang cukup pas untuk memancing dengan ombak yang tidak terlalu besar dan air laut yang jernih kebiruan.
Eid datang dengan langkah cepat sambil menyeret tas-tas berisi perlengkapan mereka, kemudian langsung menggelar karpet piknik berwarna biru dengan gerakan terampil, tangannya meratakan setiap sudut karpet agar tidak terlipat, "Yah, kau benar" Ucapnya sambil mengelap keringat di dahinya dengan punggung tangan, matanya ikut menyapu pemandangan pantai yang memukau.
"Apa kita bisa berenang?" Tanya Iyuna datar sambil melangkah mendekati tepi air, kakinya menginjak pasir basah yang meninggalkan jejak, matanya menatap Rakha dengan ekspresi penasaran yang samar.
"Tentu saja bisa, tapi jangan ke tengah" Jawab Rakha sambil menggendong beberapa barang ke tempat Eid berada, langkahnya berhati-hati menghindari lubang-lubang kecil di pasir, tubuhnya sedikit membungkuk karena beban tas yang cukup berat.
"Baiklah" Ucap Iyuna sambil mengangguk pelan, tangannya mengusap rambut yang terkena angin laut.
Iyuna dan Sherin kemudian berjalan beriringan menuju tempat penyewaan yang tak terlalu jauh dari sana namun berbeda tempat, langkah mereka meninggalkan jejak kaki di pasir yang hangat. Di sanalah pengunjung biasa bersantai dengan payung-payung warna-warni dan kursi pantai yang berjejer. Tentu, disana tampak ramai dengan suara tawa dan percakapan pengunjung lain yang bercampur dengan suara ombak.
Setelah berganti pakaian di bilik ganti yang tersedia, Iyuna keluar dengan anggun mengenakan bikini berwarna hitam dengan hiasan seperti rok mini yang melilit pinggangnya, langkahnya percaya diri di atas pasir dengan postur tubuh yang tegap. Sedangkan Sherin, ia muncul dengan penampilan menawan mengenakan bikini berwarna putih dengan bentuk yang sama seperti Iyuna, tangannya merapikan rambut sambil tersenyum manis.
Setelah itu, Iyuna berjongkok dengan posisi yang elegan dan mengambil seutas senar yang ia sebut alat pancing dari dalam tasnya, jari-jarinya dengan terampil memeriksa kondisi senar dan kail yang terikat di ujungnya.
"A—apa kau yakin akan menggunakan itu, Iyuna?" Tanya Rakha sambil berdiri tegak dengan tangan bertumpu di pinggang, matanya terbelalak lebar menatap Iyuna yang terlihat begitu yakin dengan alat sederhana di tangannya.
"Tentu saja"
"mengapa kau berbicara seolah tidak mungkin?"
Tanya balik Iyuna sambil melirik Rakha dengan tatapan datar, tangannya sibuk memasang sarung tangan kain tipis yang dibawanya, jari-jarinya bergerak lincah mengencangkan sarung tangan agar pas di tangan.
"Ti—tidak apa apa" Elak Rakha sambil menggaruk belakang kepalanya dengan gerakan gugup, langkahnya mundur selangkah dengan ekspresi kikuk.
Iyuna kemudian merogoh ke dalam saku rok yang sudah ia lepas dan letakkan rapi di dalam tasnya, tangannya mengeluarkan sesuatu dengan hati-hati, ia mengambil semacam umpan Jig berwarna perak berkilau yang menyilaukan mata ketika terkena sinar matahari, lalu dengan gerakan terlatih mengaitkannya ke senar dengan simpul yang kuat dan rapi.
"perhatikanlah" Gumam Iyuna dengan nada percaya diri, tubuhnya mengambil posisi siap dengan kaki terbuka selebar bahu, kemudian dengan gerakan memutar yang luwes melempar jauh-jauh umpan itu hingga terbang dalam lintasan melengkung yang indah sebelum jatuh ke laut dengan bunyi "byur" kecil.
Ia juga dengan cekatan mengaitkan semacam batu lonjong yang berfungsi sebagai pemberat yang akan terlepas secara otomatis ketika ia lempar dengan kekuatan penuh, tekniknya terlihat sangat berpengalaman.
"Ayo Iyuna, kemari!" Panggil Sherin dengan suara riang sambil melambaikan tangannya dari kejauhan, tubuhnya sedang duduk santai berendam di ombak laut kecil yang menyapu kakinya dengan lembut, wajahnya berseri-seri menikmati sensasi air laut yang sejuk.
Sedangkan Eid dan Rakha sedang bersiap bermain voli dengan net yang sudah disediakan di area pantai tersebut, mereka sedang melakukan pemanasan dengan gerakan meregangkan otot lengan dan kaki, sesekali memukul bola ke atas untuk latihan.
"bukankah Rakha bilang dia juga akan ikut memancing?" Monolog Iyuna dalam hati sambil melirik ke arah Rakha yang sedang berlari-lari kecil di pasir sebagai pemanasan, tangannya tetap memegang erat senar pancingnya.
Setelah menunggu beberapa menit dengan sabar sambil sesekali menarik dan mengendurkan senar untuk menarik perhatian ikan, lure jig milik Iyuna tidak mendapat sambaran ikan sedikitpun, permukaan laut tetap tenang tanpa ada tanda-tanda ikan yang tertarik.
"aneh? Apa ikannya sedang sekolah yah?"
"tapi, bukankah sekarang hari libur?"
"atau, hari libur laut dengan hari libur darat berbeda?"
"Kalau begitu, aku akan menunggu mereka selesai sekolah aja deh"
Monolog Iyuna sambil tersenyum tipis mengingat kata-kata Anggara dulu, tangannya perlahan menarik senar pancingnya dengan gerakan lembut hingga umpan dan pemberat terangkat ke atas permukaan air, tetesan air laut menetes dari ujung kail yang berkilau.
Setelahnya, Iyuna dengan hati-hati melipat dan meletakkan senar itu kembali ke dalam tasnya, memastikan tidak ada yang kusut atau rusak. Lalu dengan langkah ringan berjalan di atas pasir yang hangat menghampiri Sherin yang masih asyik bermain air.
"Oee! Iyuna! Kemari!" Teriak Sherin dari kejauhan sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, tubuhnya melompat-lompat kecil di air dangkal hingga menciptakan percikan yang memantulkan cahaya matahari.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Iyuna sambil berjalan mendekat dengan langkah pelan, matanya menatap Sherin yang sedang berjongkok dengan posisi menyamping sembari menenggelamkan jari telunjuknya ke dalam air laut yang jernih, ekspresi wajahnya penuh konsentrasi seolah sedang melakukan eksperimen penting.
"Air laut ini asin loh! Cobalah!" Ucap Sherin antusias sambil mengangkat jari telunjuknya yang basah, lalu dengan gerakan cepat menjilat ujung jarinya, wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut sekaligus senang karena rasa asin yang kuat.
"Yeah, aku tau itu. Tapi, itu kotor loh" Ucap Iyuna datar sambil menggeleng pelan, tangannya melipat di depan dada dengan sikap sedikit khawatir.
"He—heh!?"
"be—be—benarkah?"
Ucap Sherin terbata-bata sambil matanya membulat lebar dengan ekspresi panik, tangannya refleks menutup mulut yang masih terasa asin, pipinya sedikit pucat karena terkejut dengan informasi tersebut.
"Hei, aku ingin bermain voli dengan mereka"
"Kau tidak mau ikut?"
Ucap Iyuna sambil menunjuk dengan gerakan santai ke arah Rakha dan Eid yang sedang bermain voli dengan serius, bola voli melayang bolak-balik di atas net dengan gerakan yang energik, suara pukulan bola dan teriakan semangat mereka terdengar hingga ke tempat Iyuna berdiri.
"Tentu saja mau dong!" Jawab Sherin antusias sambil bangkit dari posisi jongkoknya dengan gerakan semangat, tangannya menepuk-nepuk air yang menempel di kaki, wajahnya kembali ceria dengan mata berbinar.
"Baiklah, ayo" Ajak Iyuna sambil memulai langkah pertama di atas pasir yang sedikit panas, kemudian berjalan dengan irama santai menghampiri Rakha dan Eid yang sedang asyik bermain. Sedangkan Sherin dengan cepat menyusulnya dari belakang, langkahnya sedikit terburu-buru agar tidak tertinggal.
"Hei!" Panggil Iyuna sambil mengangkat sebelah tangannya, suaranya cukup keras dan tegas hingga bisa mengalahkan suara ombak dan angin laut yang berhembus.
Eid dan Rakha yang sedang fokus dengan permainan mereka seketika menghentikan gerakan dan menoleh bersamaan ke arah Iyuna dan Sherin, bola voli yang sedang mereka mainkan jatuh ke pasir dengan bunyi lembut.
"kami ingin ikut, boleh?" Tanya Iyuna sambil terus melangkah mendekat, tangannya mengangkat ke atas dari kejauhan dengan gerakan ramah, senyum tipis tersungging di bibirnya.
Rakha menyipitkan matanya sejenak untuk melihat lebih jelas sosok Iyuna yang berjalan mendekat di kejauhan dengan latar belakang laut biru yang berkilau, "Boleh" Ucapnya sambil mengangguk dan tersenyum, tangannya mengambil bola voli yang jatuh tadi untuk bersiap memulai permainan bersama.