Karen Aurellia tidak pernah menyangka diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun, akan menikah dengan pria yang lebih tua darinya. Pria itu adalah Darren William Bratajaya, pemuda cerdas yang telah meraih gelar profesor di Universitas London.
Saat mengetahui akan dinikahi seseorang bergelar profesor, yang ada dalam bayangannya adalah seorang pria berbadan gempal dengan perut yang buncit, memakai kacamata serta memiliki kebotakan di tengah kepala seperti tokoh profesor yang sering divisualkan film-film kartun.
Tak sesuai dugaannya, ternyata pria itu berwajah rupawan bak pangeran di negeri dongeng! Lebih mengejutkan lagi, ternyata dia adalah dosen baru yang begitu digandrungi para mahasiswi di kampusnya.
Bacaan ringan, bukan novel dengan alur cerita penuh drama. Hanya sebuah kisah kehidupan Rumah Tangga pasutri baru, penuh keseruan, kelucuan, dan keuwuan yang diselipi edukasi pernikahan. Baca aja dulu, siapa tahu ntar naksir authornya 🤣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Debat Kusir
Darren tentu tidak mengizinkan Karen bermalam di rumah temannya. Ia segera mengetik pesan balasan, tapi baru saja hendak mengirim pesan tersebut, malah dihapusnya kembali.
"Tunggu! Kalau aku larang dia, entar dia malah pikir aku suami posesif yang udah mengekang kebebasan dia!" pikirnya sejenak.
Darren lalu melihat kediamannya yang sepi tak seperti biasa. Jujur saja, dia sudah terbiasa dengan kehadiran Karen di apartemen itu. Mendengar suara berisiknya ketika sedang bernyanyi asal-asalan di kamar mandi setiap pagi, ataupun keluhan perempuan itu tentang tugas-tugas kampus ketika ia pulang bekerja. Meski hanya tinggal berdua, tetapi perempuan yang dinikahinya itu membawa warna tersendiri baginya.
Darren masih termangu sambil menatap layar ponselnya. Atas berbagai pertimbangan, ia memilih untuk mengizinkan Karen menginap semalam di rumah temannya.
Di sisi lain, Nadya terisak di pelukan Karen saat menceritakan tentang hubungan asmaranya dengan Farel, saudara Feril. Ternyata, percintaan mereka tidak semanis serial drama Korea. Pasalnya, pria itu telah menunjukkan sifat aslinya.
"Ternyata dia cuma manis di awal aja. Begitu dapatin virgin aku, dia malah berubah!" ucap Nadya sambil terisak.
"Jadi kalian berdua udah gituan? Kalian baru sebulan pacaran, kan?" tanya Karen tak percaya. Sebab, Nadya pernah mengutarakan prinsip no s3x before marriage dalam berpacaran.
Nadya tak mengiyakan pertanyaan Karen, tapi juga tak menampik. Ia malah berkata sambil tersedu-sedu, "Dia manipulatif aku dengan kata-kata yang mendramatisir, bodohnya aku termakan omongannya dan akhirnya kami ngelakuinnya. Terus sekarang dia malah berubah jadi kasar dan sering maksa aku buat ngelakuin apa yang dia mau, terus playing victim ke teman-temannya seakan-akan aku ini cewek yang enggak benar!"
Curhatan Nadya tentang pacarnya membuat Karen ikut naik pitam. "Keparatt banget sih tuh cowok! Itu bukan consent¹ namanya. Udah putusin aja, daripada kalian ngejalanin hubungan yang abusive²! Jangan menunjukkan kalau kamu bergantung sama dia, karena itu cuma bikin dia bakal mengontrol hidup kamu ke depan. Mending kamu sudahi aja semuanya, kalau diterusin bakal jadi red flag³!"
Tangis Nadya makin kencang. "Tapi dia udah ngambil harga diri aku. Gimana aku bisa lepasin dia gitu aja."
Karen menatap dalam-dalam mata Nadya, seolah hendak mentransfer kekuatan. "Terus, kamu tetap mau bertahan dengan orang toxic kayak gitu? Tidak ada yang terambil dalam diri kamu. Kamu tetap utuh, kamu tetap berharga! Orang yang benar-benar sayang sama kamu enggak bakal lihat kamu dari itu," ucap Karen memberi support system⁴ pada sahabatnya. Meskipun Karen memiliki sifat masa bodoh, tapi soal woman support woman dia selalu menjadi yang terdepan.
...----------------...
Di waktu yang sama, Darren tampak mondar mandir seperti polisi lalu lalang di apartemennya. Ia tampak kesal karena Karen mengabaikan chat terakhirnya. Entah sudah berapa lama ia mengecek ponselnya hanya untuk melihat balasan pesan yang ternyata tidak ada.
"Tumben dia cuekin aku kayak gini. Biasanya juga sekali aku nge-chat, dibalas dengan puluhan stiker alay," gumam Darren sambil kembali mengecek aplikasi WhatsApp.
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam. Nadya kini lebih tenang setelah mencurahkan permasalahannya pada Karen. Sudah tak ada lagi air mata yang menyelimuti pipinya. Hanya berganti dengan gelak tawa yang mengisi ruangan itu karena mereka tengah menonton film komedi luar negeri.
Lagu Lingsir wengi mengalun lembut secara tiba-tiba di ruangan itu, sehingga mengejutkan keduanya. Dari nada dering itu, Karen sudah bisa menebak yang meneleponnya adalah Oma Belle.
"Duh, apa gak ada nada dering yang lain gitu!" komplain Nadya yang ikut kaget.
"Sssttt ... jangan berisik! Oma aku nelepon," ucap Karen seraya beranjak keluar dari kamar Nadya untuk menerima panggilan telepon dari Oma Belle.
Nadya lantas mengernyitkan dahi seraya bergumam sendiri. "Oma? Sejak kapan dia manggil Oma? Perasaan dia selalu manggil dengan sebutan nenek, deh!" Nadya tentu tidak tahu bahwa yang menelepon itu nenek dari suami Karen, bukan nenek kandungnya.
Di luar kamar, Karen segera menjawab telepon. "Halo, Oma."
"Karen, kamu bisa ke sini sekarang, enggak? Oma lagi enggak enak badan, nih! Kaki Oma tiba-tiba bengkak." Suara Oma Belle terdengar lemah dari balik sambungan telepon.
"Hah? Kenapa bisa bengkak? Oma habis jatuh?"
"Enggak. Enggak tahu juga nih kenapa! Kamu bisa datang kemari, enggak? Soalnya Oma cuma sendiri di rumah. Kakek baru berangkat lagi sore tadi."
Karen yang merasa ikut bertanggung jawab menjaga nenek suaminya itu, lantas berkata, "Oke, Oma. Karen bakal langsung ke sana."
Karen lalu kembali ke kamar Nadya, menjelaskan pada sahabatnya itu jika dia tak bisa bermalam karena harus menemani omanya yang sedang sakit. Ia buru-buru mengemas barangnya dan langsung meluncur ke kediaman kakek Aswono, keluarga besar suaminya.
Sesampainya di sana, Karen yang datang dengan penuh kekhawatiran malah terkesiap tatkala melihat Oma Belle tengah melukis santai di ruang keluarga.
"Oma ... bukannya Oma lagi sakit? Kok malah melukis?" tanya Karen bengong. Pandangannya lalu turun ke bawah, melihat kaki Oma Belle yang ternyata tidak bengkak.
Oma Belle tak menjawab dan hanya menyengir sambil melihat ke suatu tempat. Karen ikut menoleh mengikuti arah tatapan Oma Belle. Matanya menangkap sosok suaminya yang tengah gelagapan karena ketahuan bersembunyi. Karena persembunyiannya sudah terendus, ia pun keluar sambil ikut menyengir bodoh.
Persekongkolan Oma dan Darren yang menipunya agar datang ke tempat itu, lantas membuat Karen kesal. Ia menatap suaminya dengan tajam, seperti banteng yang hendak menyeruduk.
"Tuh, Darren tiba-tiba datang ke rumah Oma karena kesepian enggak ada kamu. Katanya kamu lagi bermalam di rumah teman, padahal dia mau ngajakin kamu makan malam. Dia juga khawatir sama kaki kamu yang kena air panas," tutur Oma menjelaskan.
Mendengar penjelasan Oma, Karen yang sempat kesal karena kena prank dari omanya, kini menatap haru ke arah suaminya.
Sementara Darren memasang wajah malu-malu layaknya abege yang sedang kasmaran. "Tapi Oma gak perlu bohongi Karen juga dengan bilang pura-pura sakit," ucap Darren yang juga ternyata tak tahu alasan Oma memanggil Karen karena berpura-pura sakit.
"Kamu ini bukannya berterima kasih, malah nyalahin Oma," ketus Oma sambil memainkan kuasnya di atas kanvas.
Karen langsung berlari ke arah suaminya, lalu berkata pada Oma Belle. "Oma, kalau gitu kita pergi makan malam dulu, ya!" ucapnya sambil menggenggam tangan Darren lalu menariknya pergi.
Di dalam mobil, Karen kembali teringat dengan apa yang dialami Nadya. Sejenak, ia menoleh ke arah Darren yang sibuk menyetir. Jujur, ia pun takut jika suatu saat sikap Darren berubah padanya.
"Ren, kamu tetap seperti ini, kan, ma aku?" tanya Karen pelan.
"Maksudnya?" Darren balik bertanya.
"Aku jadi takut kalau sikap kamu ke aku tiba-tiba berubah," ucap Karen sambil tertunduk. Ia lalu menceritakan permasalahan yang dialami temannya. Tentang kekasih temannya yang berubah sikap setelah hubungan mereka sudah terlibat jauh dan tidak sehat.
Darren menanggapi cerita istrinya. "Menurut aku, kalau seseorang memiliki prinsip batasan dalam relasi berpacaran, seharusnya jika pasangannya mencoba untuk menghancurkan batasan yang udah dia bangun, ya ... tinggalkan dan jangan diteruskan hubungan itu!"
"Tapi masalahnya cowoknya tuh manipulatif sampai akhirnya temanku terperdaya!"
"Ya, mau dia manipulasi gimanapun, dengan cara apa pun supaya keinginannya terpenuhi, tetap aja kalau perempuan memegang prinsipnya dengan teguh, itu semua gak bakal terjadi. Seharusnya teman kamu bisa langsung ambil sikap saat itu juga dengan mengakhiri hubungan mereka. Bukan malah bertahan dengan orang yang tidak menghargai prinsipnya."
"Loh ... kok kamu kayak bela tuh cowok, terus nyalahin teman aku?" Karen tiba-tiba tidak terima dengan pendapat Darren.
"Yang nyalahin teman kamu siapa?"
"Ya, kamu!" ketus Karen sambil bersedekap.
"Kan, aku cuma kasih tanggapan dari sudut pandang aku."
"Halah, bilang aja kalau kamu tuh lebih ngebelain cowoknya! Emang semua laki-laki sama aja, ya!"
"Sama aja gimana maksudnya?"
"Sama aja kelakuannya. Gak ada yang benar!"
"Kalian yang buka hati untuk laki-laki gak bener, giliran disakiti malah menganggap semua laki-laki sama aja kelakuannya. Seolah-olah laki-laki yang benar itu hanya ada di negeri dongeng. Heran!" Kali ini giliran Darren yang tidak terima dengan pernyataan Karen.
"Emang fakta kok!"
"Emangnya kamu udah melakukan sensus ke seluruh dunia kalau sifat lelaki sama semua? Kalau aku bilang semua perempuan sama aja, kamu terima enggak?"
"Kok kamu jadi ngegas sama aku?" Karen malah tersinggung.
"Yang mulai duluan siapa?" tanya Darren setengah kesal.
"Ya, kamu! Kamu duluan ngasih pendapat yang nyudutin teman aku!" balas Karen sambil mengedikkan dagunya.
Darren mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku enggak nyudutin!" tekannya kembali, "terus, sekarang aku tanya, yang duluan cerita tentang kisah teman kamu sampai kita berantem kayak gini siapa?"
"Oh, jadi sekarang kamu malah nyalahin aku, gitu?" Karen semakin ngotot.
"@$__!2++$;?-!!" Darren mengatupkan bibirnya rapat-rapat, dengan guratan wajah yang kusut seperti kertas bekas nasi bungkus yang diremas-remas.
Entah harus menggunakan bahasa bagaimana lagi, agar Karen tidak salah mengartikan ucapannya. Ini membuktikan kutipan yang mengatakan bahwa lelaki selalu salah di mata perempuan benar adanya!
.
.
.
jejak kaki 🦶🦶
consent: persetujuan dengan sadar, tanpa pemaksaan, tanpa hasutan atau ancaman, tanpa manipulasi dalam hal berhubungan badan. Atau istilah gampangnya "suka sama suka"
Relation Abusive: Hubungan di mana salah satu pihak terlalu mendominasi, menguasai dan mengendalikan pasangannya dalam hal negatif.
Red flag: tanda bahwa hubungan tersebut tidak bisa lanjut lagi, karena hubungan tersebut tidak sehat dan jika ngotot lanjut akan membahayakan secara emotional.
Support system: memberi dukungan secara praktikal atau emosional.
Kalau orang curhat tuh pada dasarnya entah dia salah atau enggak, dia enggak mau disalahin. jadi, hal yang tepat kita lakukan saat orang curhat ke kita adalah mendengarkan dan menyimak secara baik-baik, lalu berikan support system.
istilah-istilah ini bakal kamu dapatkan kalau kamu sering bersilancar di dunia Maya, konsultasi online di konselor pernikahan, atau berinteraksi di forum-forum tanya jawab/curhat tentang hubungan pacaran/pernikahan. Anak-anak gaul kekinian juga sering pakai istilah-istilah ini.
keasikan baca jadi lupa kasih bintang 😂😂😂😂😂😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🙏🏼
notif'y ada d berbagai judul novel kak yu 😅