Menjadi anak haram bukanlah kemauan Melia, jika dia bisa memilih takdir, mungkin akan lebih memilih hidup dalam keluarga yang utuh tanpa masalah.
Melia Zain, karena kebaikan hatinya menolong seseorang di satu malam membuat dirinya kehilangan kesucian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Permisi, dengan Ibu Lyn Bramantyo dan Nona Lionw, mohon maaf sekali karena mulai hari ini anda berdua tidak diizinkan untuk berbelanja di semua chain toko kami. Dan untuk member VIP anda berdua dengan berat kami batalkan," ucap Pelayan toko itu dengan tegas.
Sial.
Raut wajah Lyn langsung berubah kesal, sama halnya dengan Liona yang tidak pernah menyangka jika wanita itu dengan sangat mudahnya bertindak sejauh ini.
"Sialan, kita kalah." Lyn menatap putrinya yang berekspresi masam.
Liona bangkit, ia tidak terima dengan semua ini lantas menghampiri Melia dengan tangan mengepal erat.
"Tak ku sangka laki-laki kaya itu justru sangat menyayangi Melia. Bukan hanya mengusirku dari rumah sakit, memberi pengawalan kepada Sintia, semua yang diminta Melia seolah dnegan mudah dapat ia kabulkan. Kalau begini, Liona harus bisa merebut hati laki-laki itu." batin Lyn dengan wajah kesal.
"Kau mau apa?" tanya Melia saat melihat raut wajah Liona penuh emosi mendekat ke arahnya, jelas sekali tangannya mengepal erat.
Melia tersenyum sinis, seharusnya kejadian hari ini berhasil membuat malu dan pulang saja. Tapi, mereka masih bertahan di tempat.
"Kau, jangan harap aku akan diam saja. Kau sudah membuat malu aku dan mamaku, mesji begitu. Kamu hanyalah makluk sampah dan miskin." ejek Liona.
"Oh, ya. Bagus dong kalau orang kaya aku bida nyingkirin kamu." balas Melia tersenyum bangga. Ia membiarkan ibunya berkeliling dengan pelayan dan kepala toko, agar tidak sampai lagi mendengar perdebatan antara dia dan Liona.
"Ck! apa kamu fikir kamu hebat? kamu cuma bisa mengandalkan orang lain."
"Orang lain? hahaha, apa salahnya. Dia calon suamiku, sudah sepantasnya bagi calon suami membalas perbuatan orang yang menindas calon istrinya." bangga Melia.
"Kau..." Liona hendak menampar pipi mulus Melia, namun suara panggilan mama menahannya.
"Ona, sudah jangan buang waktu untuk mengotori tanganmu." ajak Lyn.
Lyn, ia bukan tak marah. Justru karena sangat kesal, tapi juga malu. Lyn menatap tajam ke arah Melia yang seolah justru berekspresi bangga. Tapi, melihat laki-laki berkuasa itu begitu sangat menyayangi Melia maka tidak ada cara lain selain menahan diri dan mengajak Liona pulang.
Liona mendekus sebal, lantas menatap tajam ke arah Melia sebelum akhirnya memilih menghampiri mama yang menyuruhnya berhenti dan pulang saja. Melia tidak perduli, mengabaikan dua orang itu lantas menyusul sang ibu untuk memilih beberapa pakaian.
Sintia menjadi tak enak hati untuk memilih. Kepala toko itu tersenyum, "Nyonya Sintia bisa memilih baju apapun yang anda mau."
Kepala toko mengingat kejadian sebelumnya, ia menghela napas saat mendapat kabar bahwa tiba-tiba tim marketing mendapat telepon dari CEO LS Group bahwa mereka akan membatalkan kontrak kerja sama. Bahkan, mereka bersedia membayar biaya pinaltinya.
Asalkan ia segera pergi dari pusat perbelanjaan milik mereka. Hal ini sampai terdengar di kantor pusat, dan beruntung boss langsung menghubungi sekertaris CEO LS Group. Memberitahukan tentang masalahnya, pusat perbelanjaan milik keluarga Kevin hampir tersebar di seluruh negeri, sedangkan toko chain milik mereka hampir tersebar di seluruh mall milik LS Group. Jika kontrak kerja sama dibatalkan, maka bisa dipastikan toko chain branded akan mengalami kebangkrutan.
flash back on,
"Hallo, dengan marketing chain store xx? Saya CEO LS Group ingin membatalkan kontrak kerja sama," ucap Kevin dengan suara tegas.
"K-kenapa, Pak?"
"Karena beraninya memperlakukan calon istri dan mertuaku dengan tidak baik."
Marketing chain menelan ludahnya paksa, dirinya cukup terkejut. Terlebih saat mengatakan hal itu, Kevin langsung menutup pangilan teleponnya.
Gawat.
Marketing itu langsung menghubungi pusat saking paniknya, hingga boss mereka memutuskan menghubungi sekertaris LS Group.
flash back off
🍁🍁🍁
"Seharusnya, Melia dan ibunya sudah aman kan? masalahnya sudah beres." batin Kevin.
"Kev, kamu memang hebat. Bahkan ini pertama kalinya kamu mengorbankan hal besar untuk seorang wanita." Alan menepuk pelan pundak Kevin dengan bangga.
Kevin hanya menanggapinya dengan senyum tipis, ia bahkan tak terlalu memikirkan asumsi orang-orang saat dirinya menghentikan rapat hanya demi Melia. Benar-benar tindakan impulsif yang terkadang Kevin sendiri tak mengerti.
"Nyonya Sintia, silahkan memilih pakaian mana yang cocok untuk anda dan Nona Melia, ini adalah permintaan langsung dari atasan kami untuk melayani anda berdua dengan baik." Lagi-lagi kepala toko itu berbicara ramah.
"Maaf, Pak. Saya jadi kurang enak."
"Ibu, bukankah ibu tadi ingin sebuah gaun. Sekarang ibu coba ya." pinta Melia.
"Tapi Mel, bagaimana ibu..."
"Sst... Ibu tenang saja, anggap semua ini adalah kebaikan hati Kevin, calon menantu Ibu." Melai berusaha menyakinkan Sintia, bagaimanapun Kevin sudah berbaik hati dengan ia dan ibunya.
"Calon istri?" batin Kepala toko yang tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, bagaimana tidak kehadiran dua orang ini seperti sebuah bencana sekaligus anugrah bersamaan. Bencana karena ribut bersama pelanggan lain, berdebat sedari tadi. Dan anugerah, karena ternyata dua wanita ini cukup penting. Mereka adalah calon istri dan mertua dari Kevin Reyhan Louis, CEO LS Group.
Melia mengajak ibunya mencoba gaun, ia ingin sesekali membuat ibunya bahagia.
"Nahkan, ibu terlihat sangat cantik." pujinya di ruang ganti.
"Mel, kamu saja ya." Sintia merasa tak pantas.
"Ibu, tenang saja. Ini semua berkat Kevin, lain kali aku akan berterima kasih baik-baik padanya." Melia menyunggingkan senyum.
"Nona Melia, anda ajak ibu anda memilih beberapa dari koleksi terbaik toko kami," ucap pelayan memberi hormat.
"Terima kasih, pak. Saya akan antar ibu saya melihat-lihat dulu," ucap Melia.
"Maaf Nona dan terima kasih, ini atas perintah Tuan muda Louis. Jika tidak, toko kami akan terancam bangkrut. Mohon kerja samanya."
Melia terdiam, dalam hati berfikir.
"Apa Kevin mengancam pemilik chain store ini."
Pikir Melia, setelahnya ia mengangguk sebagai jawaban.
"Tentu, dan mohon maaf telah merepotkan anda." Melia mengulas senyum.
Tring...
Bunyi ponsel membuat Melia tersentak, ia menatap ibunya yang tengah sibuk lantas merogoh ponsel di dalam tas. Jemarinya dengan lincah menelusuri layar, hingga matanya membulat sempurna saat Kevin membalas pesan.
'Aku sudah membantumu hari ini, dan itu tidak mudah. Kedepan, tidak boleh keras kepala apalagi marah sama calon suami. Tidak boleh ingkar janji, ingat hanya sampai akhir bulan aku melihatmu bekerja di tempat itu. Jika tidak maka bersiaplah akhibatnya'
"Astaga bawel banget sih, hmm." Melia berdecak lantas membalas pesan Kevin dengan singkat.
'Iya makasih'
Melia menggelengkan kepala pelan, lantas kembali melangkah menghampiri sang ibu untuk bersiap pulang ke rumah. Namun, lagi-lagi kepala toko menghampiri Melia dan Ibunya.
"Apa anda dan ibu anda ingin melihat ke toko kami yang lain, Nona?"
menikah Dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan Mampir
tp kasian deh sama Mel.. pasti dia takut ibunya kecewa karena tidak perawan lagi
Menikah dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan mampir