SUDAH TERBIT CETAK
"Aku mau riset ke Jepang."
Menjadi awal dari kandasnya mimpi indah Anggi bersama Dio, the first love never die.
Ditambah tragedi yang menimpa kedua orangtua Dio, membuat masa depan yang sejak lama diangankan harus pupus dalam sekejap.
Namun ketika Anggi masih berusaha menata hati yang retak, Rendra datang hanya untuk berkata,
"I just simply love you."
"Gimme a chance."
A romantic story about Dio-Anggi-Rendra
--------------
Season 1 : Kisah Tak Berujung Bad Senior in love
Season 2 : Always Gonna be You
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephinasera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Blue Night, Broken Heart
Blue Night, Broken Heart
(Malam yang biru, hati yang patah)
-----------------
Rendra
Malam ini kondisi langit cerah tanpa tutupan awan. Namun beberapa kali ia harus memeluk diri sendiri, guna menghilangkan rasa dingin yang cukup menggigit. Memang, musim kemarau sekarang ini, siang terasa lebih panas. Namun pada malam hingga dini hari, suhu terasa lebih dingin.
Jam di pergelangan tangan kanan menunjukkan pukul 10.15 PM. Itu berarti, sudah 3 jam lebih ia menunggu.
Sekitar 20 menit yang lalu, Salsa sempat keluar memperingatkan, "Udah malem, kamu pulang aja. Sebentar lagi jadwal satpam keliling kompleks. Aku nggak mau ada masalah."
"Santai," jawabnya tenang.
Tadi karena perut keroncongan, ia sempat makan di warung tenda pecel lele Lamongan yang ada di depan kompleks. Persis di seberang pos satpam. Usai makan, ia mampir sebentar ke pos satpam. Sedikit berbasa-basi, sambil menyerahkan sekresek cemilan, kopi instan plus sebungkus rokok.
"Hlo, opo to Mas (lho, apa ini, Mas), repot-repot," awalnya dua orang satpam yang sedang bertugas menolak halus pemberiannya.
"Buat nemenin jaga, Pak," ia bahkan sempat duduk di pos selama hampir setengah jam. Mengobrol ke sana kemari, yang ujung-ujungnya ia meminta ijin, agar diperbolehkan menunggu di depan Raudhah.
"Hambok di telepon dulu yangnya (pacarnya). Sudah sampai mana. Daripada kelamaan nunggu to," saran seorang satpam antusias.
Injih (iya) Pak, sampun (sudah), begitu ia ingin menjawab. Tapi ditelan bulat-bulat. Sejak masih di rumah, ia bahkan sudah mengirim pesan chat kepada Anggi.
Rendra : 'Kata anak-anak, kamu belum ada kendaraan ke makrab.'
Karena tak kunjung dibalas, ia kembali mengirim pesan chat sesaat sebelum pergi.
Rendra. : 'Tunggu di Raudhah. Aku jemput.'
Tepat jam setengah tujuh malam, ia telah sampai di Raudhah.
Tapi Salsa bilang, "Anggi pergi dari sore. Nganter orangtuanya ada acara."
Membuatnya memutuskan untuk menunggu. Tapi yang ditunggu berjam-jam kemudian tak kunjung muncul. Karena mulai khawatir, ia mencoba menelepon, tapi tak diangkat. Iseng-iseng ia mengecek last seen WA, jam 4.30 PM. Sepertinya memang benar, cewek galak keras kepala itu sedang mengantar orangtuanya.
Ngomong-ngomong tentang galak dan keras kepala, ia sama sekali tak pernah menyangka bisa melangkah sejauh ini.
Berawal dari pagi yang sangat biasa. Namun ia terpaksa harus turun, untuk mematikan lampu kabin yang menyala semalaman. Karena menunggu lift terlalu lama, ia akhirnya memutuskan untuk berjalan melalui tangga. Melewati dapur, di mana seorang berkaos oblong putih dengan rambut awut-awutan yang diikat sekenanya ke atas, sedang memilih-milih sesuatu di depan kulkas.
Entah angin atau bahkan setan apa yang berhasil membuatnya menghentikan langkah, hanya untuk memperhatikan gerak-gerik seorang gadis asing di dapur -a stalker (penguntit) yeah-. Yang kini sudah menutup pintu kulkas, dan beralih ke depan kompor.
Hei, tunggu sebentar ....
Bukankah dia adalah gadis yang pernah dilihatnya tempo hari di Perpustakaan pusat?
Bisa-bisanya ada di sini?
Apakah dia juga salah satu penghuni Pitaloka? Kok baru kelihatan sekarang? Hmm, menarik.
Mendadak jiwa jahilnya kumat. Dengan niatan iseng-iseng berhadiah, ia memeluk gadis itu dari belakang sembari berbisik lirih, "Mowning babe."
Kira-kira apa yang akan ia peroleh? Televisi 32 inci? Pastinya emosi. Hanya tak menduga akan semarah itu. Sampai mengacungkan pisau segala. Dikira ia mau memperkosa apa? Sampai bahunya berdarah dan pegal selama beberapa hari, gara-gara kejatuhan panci presto segede gaban. Sialan!
Ia pun memilih keluar rumah untuk menghirup udara segar. Sekaligus memanaskan si hitam kesayangan.
Bertepatan dengan turunnya si gadis galak itu. Nah kan, grogi juga si gadis galak, sampai menabrak tempat sampah.
Haha, skor 1 : 1.
Namun hal paling di luar dugaan adalah, bertemu kembali dengan si gadis galak di cluster teknik.
Dengan muka masam dan ditekuk, gadis itu menyeletuk, "Hal mesum."
Oh, what (apa)? Come on (ayolah). Seorang Rendra diceletuki adik tingkat random di depan forum? 1 : 2.
Ternyata semakin ke sini, selain semakin memancing emosi tiap kali bertemu, tapi juga semakin membuatnya bertambah penasaran.
Klise memang. Karena baru kali ini ia bertemu seorang gadis yang judes, sengit, dan selalu memasang wajah bete saat berkomunikasi dengannya. Yang benar saja, egonya jelas tersentil. Mana ada wanita yang bersikap buruk padanya? Semua berlomba-lomba untuk mendekat sambil bermanis-manis. She's rare (dia gadis yang unik).
Puncaknya adalah, saat gadis itu batuk tepat di hadapannya yang sedang merokok. Suara batuk yang teramat dalam, bahkan membuat dadanya turut merasakan sakit.
Disambung mimisan. Sial, kenangan buruk masa kecil langsung melintas saat melihat gadis itu berbicara di depan forum dengan hidung mengeluarkan darah. Need a rest (membutuhkan istirahat).
Lebih sial lagi saat ia melepas adrenalin dengan Frida, justru wajah judes sengit gadis itu yang selalu terbayang di pelupuk mata. Double ****!
Ditambah saat diskusi dalam forum, pandangan dan pemikiran si gadis galak yang so called 'polos cenderung naif, think positively (berpikir positif), always gratefull (selalu bersyukur),' sedikit terdengar aneh baginya, yang terbiasa hidup di lingkungan hedon.
Membuatnya semakin tergelitik untuk mengenal lebih dalam. Sekali lagi klise memang, karena pertemuan dua karakter yang bertolak belakang, hampir selalu menyisakan rasa penasaran dan cerita yang berbeda.
Maka kalimat sorry, we need space between us (maaf, kita membutuhkan ruang masing-masing -privasi, baca : putus-), mau tak mau terlontar untuk Frida.
Mungkin ia tak akan sepenasaran ini, jika si judes sengit bisa sedikit bermanis muka di hadapannya. Tapi kenyataan yang terjadi adalah, sebanyak apapun 'hal baik' yang coba dilakukan, respon yang ia terima tetaplaj judes, sengit, muka ditekuk. Come on, ia juga manusia, punya rasa punya hati.
Jadi ketika jurus pamungkas, i love you, bahkan tak menghasilkan efek apapun. Maka misi utamanya bergeser menjadi : melihat si gadis galak tersenyum manis. As simple as that (sesederhana itu).
Ia kembali melirik pergelangan tangan kanan, 11.05 PM.
Kira-kira kemana gerangan si gadis galak itu mengantar orangtuanya. Undangan resepsi pernikahan? Mungkin saja, akhir pekan biasanya menjadi hari favorit bagi pasangan yang mengadakan pesta pernikahan. Belum jalanan yang macet.
Dan sepertinya, acara makrab malam ini tinggal kenangan. Tak mungkin tengah malam mereka menyusul ke sana.
Kalau saja setelah ini mereka bisa bertemu dan nasib baik sedang menaunginya, besok pagi mereka masih bisa menyusul ke pantai. Hmm, sounds interesting (terdengar menarik).
"Belum dateng juga yangnya, Mas?" sapaan mengejutkan mampir di telinga. Ternyata salah satu satpam mulai berpatroli, sambil mengarahkan senter ke dalam mobil miliknya.
"Belum Pak, kayaknya sebentar lagi," jawabnya sambil menguap.
"Kalau bosen sendirian di sini, nunggu di pos aja, Mas. Di sana lho, banyak temen untuk ngobrol. Bapak-bapak lagi pada ngumpul."
"Matursuwun (terima kasih), Pak."
"Yo wis (ya sudah), saya tinggal dulu ya, Mas."
"Nggih (baik), monggo (silakan)."
Selang beberapa menit setelah satpam pergi melanjutkan patroli, sepasang lampu mobil menyorot dari kejauhan. Lalu berhenti tepat di depan gerbang Raudhah, yang hanya berjarak beberapa meter saja di depannya.
Semangatnya kembali menyala. Dari pantulan rear visson mirror, dirapihkannya rambut yang berantakan setelah sempat tidur-tiduran. Diusapnya wajah dengan selembar tisu untuk menghilangkan rasa kantuk. Ia tentu harus menampilkan first impresion yang mengesankan bagi calon mertua.
Oh, dude, really calon mertua? Agree to disagree (setuju untuk tidak setuju). Anak gadisnya saja masih ogah-ogahan untuk menanggapi, sudah berharap restu orangtua. Otaknya pasti udah konslet saking penasarannya menghadapi si judes galak.
Tangannya baru saja hendak meraih handle pintu, ketika dua orang keluar dari pintu belakang mobil di depannya. Dan mata telanjangnya jelas mengidentifikasi dua orang di depan adalah sepasang muda mudi. Bukan orangtua seperti yang ada dalam pikirannya.
Dan hatinya mendadak tercekat, ketika melihat mereka bercakap-cakap dengan sangat akrab dalam jarak yang juga sangat dekat. Bahkan sesekali sambil tertawa kecil dan saling melempar senyum. Membuat tangannya menggantung di udara, tak jadi meraih handle pintu.
Dadanya langsung mencelos, begitu melihat adegan selanjutnya. Yaitu ketika tangan si laki-laki terulur ke depan, untuk mengusap pipi si perempuan.
What's the fucking hell going on?
(sialan apa yang sedang terjadi?)
Oh yeah, a long blue night, and my heart is broken.
(oh, yeah, malam biru yang panjang, dan hati yang patah)
Really broken.
(sangat patah)
***
peuyeum kali ya