NovelToon NovelToon
Skandal Tuan Playboy

Skandal Tuan Playboy

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / CEO / Playboy / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author:

Sebastian Adiwangsa. Nama yang selalu bergaung dengan skandal, pesta malam, dan perempuan yang silih berganti menghiasi ranjangnya. Baginya, cinta hanyalah ilusi murahan. Luka masa lalu membuatnya menyimpan dendam, dendam yang membakar hasratnya untuk melukai setiap perempuan yang berani mendekat.

Namun, takdir memiliki caranya sendiri. Kehadiran Senara Ayunda, gadis sederhana dengan kepolosan yang tak ternodai dunia, perlahan mengguncang tembok dingin dalam dirinya. Senara tidak seperti perempuan lain yang pernah ia kenal. Senyumnya membawa cahaya, tatapannya menghadirkan kehangatan dua hal yang sudah lama terkubur dari hidup Sebastian.

Namun, cara Sebastian menunjukkan cintanya pada Senara bermula dari kesalahan.

Romansa Sebelum Badai

Hari-hari terus berlalu, dan hubungan Bastian serta Sena makin terasa seperti pasangan yang sudah lama menikah.

Usia kehamilan Sena kini sudah menginjak lima bulan. Perubahan sikap Bastian pun semakin nyata, pria itu kini memperhatikan hal-hal kecil yang dulu tidak pernah dilakukannya. Detail sederhana dari keseharian Sena tak pernah luput dari perhatiannya.

Malam ini, selepas pulang dari kantor, Bastian langsung naik ke kamar. Ruang tamu kesayangannya kosong, membuatnya yakin Sena sedang ada di atas.

Begitu pintu kamar terbuka, ia mendapati wanita itu sedang sibuk merapikan isi lemari.

Sena menoleh, lalu tersenyum cerah melihat kedatangan Bastian. “Bastian pulang,” ucapnya riang sambil berjalan menghampirinya.

Tanpa ragu, Sena meraih leher Bastian dan mulai melepaskan dasi yang masih melilit rapi di sana.

“Udah makan?” tanya Bastian lembut, memastikan keadaan wanita itu.

“Udah,” jawab Sena sambil mengangguk.

“Minum susu?”

“Udah juga.”

“Vitamin?” tanyanya lagi.

“Udah, Bastian. Semuanya udah,” Sena menegaskan dengan nada geli.

Bastian tersenyum tipis, lalu tanpa banyak bicara mengecup pipi Sena singkat sebelum melangkah ke kamar mandi.

“Aku mandi dulu.”

“Iya, aku siapin baju tidurnya,” balas Sena.

Bastian hanya mengangguk, tersenyum samar, lalu menghilang di balik pintu kamar mandi.

Dua puluh menit kemudian, ia keluar hanya berbalut handuk yang menggantung di pinggang.

Tubuhnya yang basah berkilau memantulkan cahaya lampu kamar, memperlihatkan otot-otot perutnya yang kencang. Sena sekilas melirik, lalu kembali sibuk dengan ponselnya di atas ranjang. Pemandangan seperti itu sudah terlalu sering ia lihat hingga tak lagi membuatnya teralihkan.

Bastian mengambil baju yang sudah disiapkan Sena. Dengan santai, ia menjatuhkan handuknya begitu saja di depan Sena dan berganti pakaian, sama sekali tak menunjukkan rasa malu.

Setelah selesai, ia ikut merebahkan diri di samping Sena. Tanpa basa-basi, kepalanya bersandar manja di lekuk leher Sena.

“Main apa?” tanyanya dengan suara rendah, nyaris berbisik di telinganya.

“Game masak-masak,” jawab Sena santai tanpa mengalihkan pandangan.

“Kaya anak kecil aja,” goda Bastian.

“Seru tau! Resepnya banyak banget. Baru dua hari main, aku udah level dua puluh. Keren kan?” Sena terkekeh, matanya berbinar seperti anak kecil yang bangga dengan mainan barunya.

Bastian ikut tertawa pelan, lalu mendekatkan wajahnya semakin rapat. “Masak beneran baru keren.”

Sena langsung menoleh kesal, menghentikan gamenya. “Aku bisa kok masak beneran. Kamu mau aku masakin?”

“Beneran bisa masak emang?” Bastian menatapnya dengan nada meragukan.

“Beneran lah!” Sena merengut. “Nanti aku masakin deh.”

Setelah itu, Sena kembali sibuk dengan ponselnya.

Sepuluh menit berlalu, Bastian merasa terabaikan. Akhirnya, ia meraih ponsel dari tangan Sena dan meletakkannya di meja samping ranjang.

“Bastian…” Sena merengek protes.

“Apa? Mau marah?” Bastian menantang. “Kamu dari tadi main HP terus, padahal aku baru pulang.”

Sena cemberut. “Terus aku harus ngapain emang?”

“Cium aku,” jawab Bastian singkat, jelas, tanpa bisa ditawar.

Sena sempat tertegun. Perubahan sikap Bastian akhir-akhir ini memang semakin tak terduga. Tapi tanpa banyak pikir, ia mendekat dan menempelkan bibirnya ke bibir Bastian.

Bastian tentu tak menyia-nyiakan kesempatan. Ciuman itu segera dibalas dengan penuh gairah. Bibirnya melumat bibir Sena, sementara tangannya mulai bergerak nakal. Ia merengkuh tubuh Sena, meraba lekuk indahnya, hingga menggenggam erat dua gundukan yang pas di telapak tangannya.

“Ahh… Bas, jangan diremas,” ucap Sena tertahan di sela ciuman mereka.

Namun Bastian tak mengendurkan aksinya. Bibirnya semakin dalam menuntut, tangannya makin liar. Jemarinya sudah mulai membuka kancing piyama Sena, satu demi satu.

Satu kancing.

Dua kancing.

Tiga kancing.

Tinggal satu terakhir—

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu membuat mereka terhenti.

“Bas…” Sena menoleh gugup, mencoba menghentikan Bastian.

Namun Bastian tak peduli, ia tetap melanjutkan aksinya itu.

Tok tok tok! Ketukan itu terdengar lagi, lebih keras kali ini.

“Basss…” Sena merengek sambil melirik pintu. Ia memberi kode agar Bastian mau menghentikan aksinya.

“Shit!” Bastian mengumpat pelan, lalu bangkit dengan wajah kesal. Nafsu yang sudah membara kini harus ia tekan. Dengan langkah berat, ia membuka pintu kamar dengan kasar.

Di ambang pintu, berdiri Mbok Jena dengan wajah canggung.

“Kenapa, Mbok?” tanya Bastian, menahan amarahnya.

“Tuan… di bawah ada Mas Arya. Katanya ada urusan mendesak dengan Tuan.”

Bastian menghela napas panjang, kesal. “Mau apa lagi pria itu…” gumamnya seraya melangkah ke bawah.

… … …

“Ngapain sih lo, malam-malam kesini?” Bastian langsung menembak tanpa basa-basi begitu sampai di ruang tamu.

“Gue mau nginep di sini, Bas.”

Bastian menaikkan alis. “Apartemen lo kebakar?”

“Malam ini doang, Bas. Gue tidur di bekas kamar Ravian, atau… bekas kamarnya Sena juga boleh.”

“Ngaco. Pulang sana,” Bastian mengibaskan tangan, menolak mentah-mentah.

“Bas, plis lah…” Arya memohon.

“Kenapa sih? Nginep aja di hotel. Ribet banget lo.”

“Cuma di sini gue ngerasa aman, Bas. Semalam aja,” bujuk Arya lagi.

“Ga ada.”

Belum sempat Bastian menolak lebih jauh, suara Sena terdengar dari tangga.

“Arya? Malam-malam gini ngapain?”

Arya langsung menyambar kesempatan, ia berlari kecil menghampiri Sena.

“Sena, aku boleh nginep di sini nggak? Satu malam aja. Di apartemenku lagi banyak gangguan, aku nggak bisa tidur.”

“Gangguan? Maksudnya… ada hantu?” tanya Sena polos.

Arya menghela napas, memejamkan mata sebentar menahan diri. “Bukan hantu. Hal lain. Tapi serius, satu malam aja, Sena. Boleh ya?”

“Ga boleh. Ini Penthouse gue,” potong Bastian tajam.

“Senn…” Arya memohon lagi, tatapannya penuh harap.

Sena menoleh ke Bastian. “Bastian, kenapa nggak boleh? Kan cuma semalam doang. Lagian cuma numpang tidur.” Sena berhati malaikat itu tentu saja tidak tega melihat Arya memohon-mohon seperti itu.

“Dia tuh banyak tingkahnya,” Bastian tetap menolak.

“Satu malam aja, Bastian. Dia juga tidur di kamarnya sendiri, kita di kamar kita.”

Bastian mendengus, akhirnya menyerah. “Oke. Tapi cuma semalam. Besok lo minggat.” Ia menarik tangan Sena, mengajaknya naik kembali ke kamar.

“Gue tidur di mana? Di kamar Sena yang dulu ya?” Arya berteriak dari bawah.

Bastian menoleh tajam, sorot matanya menusuk. Arya buru-buru mengubah jawaban.

“Oke, oke. Di kamar Ravian aja.”

...****************...

PT Adiwangsa Group, Tbk.

Pagi itu tersiar kabar bahwa perusahaan akan kedatangan seorang Corporate Secretary baru, pengganti posisi penting yang sebelumnya tercoreng oleh pengkhianatan.

Ya, benar. Masalah besar yang menimpa Adiwangsa beberapa waktu lalu ternyata berasal dari orang dalam, seorang Corporate Secretary yang tega membocorkan rahasia perusahaan kepada rival Bastian.

Ruangan pribadi Bastian terasa dingin, bukan hanya karena hembusan AC yang stabil, tetapi juga oleh atmosfer serius yang menggantung di udara. Bau kopi segar yang baru saja diseduh masih samar menguar dari cangkir di meja panjang berlapis kaca. Bastian, sang CEO muda, duduk tegak dengan jas abu-abu yang membalut tubuhnya sempurna. Pandangannya tajam, fokus pada laporan keuangan di hadapannya.

Suasana hening itu terpecah ketika terdengar ketukan pelan di pintu.

Tok! Tok!

Ravian masuk dengan wajah serius. “Bas,” sapanya singkat, lalu memberi sedikit jeda sebelum melanjutkan, “Ini Corporate Secretary baru kita. Mulai hari ini, beliau yang akan mendampingi dan membantu dalam mengelola dokumen, administrasi, serta kebutuhan langsung C-level.”

Seorang wanita melangkah masuk. Tubuhnya tegap dalam setelan hitam sederhana, rambut diurai rapi, wajahnya serius profesional. Tapi begitu mata Bastian menatapnya… darahnya berdesir.

Wanita itu—

Itu dia. Wanita yang pernah ia bayar dulu untuk menemaninya di klub. Wanita yang ia pilih karena wajah polosnya mirip seperti Sena. Dan wanita yang tubuhnya pernah ia masuki di depan Sena.

Sekarang berdiri anggun, dengan map di tangan, memperkenalkan diri dengan suara tenang.

“Selamat pagi, Pak Bastian. Saya Nathalie Kathleen” ia menyebutkan namanya “Saya akan membantu memastikan seluruh kewajiban korporasi berjalan sesuai aturan.”

Bastian sedikit mengerjap. Ujung jarinya mencengkeram pena di atas kertas.

Wanita itu menatapnya tanpa ragu, seolah tak ada masa lalu di antara mereka. Senyumnya tipis, tatapannya dingin tapi profesional.

Bastian menghela napas perlahan, mencoba menyamarkan keterkejutan.

“Selamat bergabung,” ucapnya kaku, matanya masih terkunci pada wajah wanita itu.

...----------------...

^^^Cheers, ^^^

^^^Gadis Rona^^^

1
Rizky Muhammad
Aku merasa terkesima sampai lupa waktu ketika membaca karyamu, thor. Jangan berhenti ya! 🌟
Gadis Rona: Hai terima kasih sudah baca karya pertamaku bikin aku makin semangat nulis🥰
total 1 replies
elayn owo
Penuh empati. 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!