Amira wanita cantik itu, menatap suaminya dengan perasaan yang sulit di artikan. bagaimana tidak, dua tahun yang lalu, dia melepaskan kepergian Andika untuk bekerja ke kota, dengan harapan perekonomian rumah tangga mereka akan lebih mapan, keluar dari kemiskinan. tapi harapan itu hanyalah angan-angan kosong. suami yang begitu di cintanya, suami yang setiap malam selalu di ucapkan dalam sujudnya, telah mengkhianatinya, menusuknya tanpa berdarah. bagaimana Amira menghadapi pengkhianatan suaminya dengan seorang wanita yang tak lain adalah anak dari bos dimana tempat Andika bekerja? ikuti yuk lika-liku kehidupan Amira beserta buah hatinya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Baim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Pak RT begitu geram dengan salah satu warganya itu. Bagaimana bisa ada seorang Ibu yang tega memisahkan sepasang suami istri yang rumah tangga mereka baik-baik saja. Sepasang suami istri yang saling mencintai. Tidak pernah mendengar mereka saling menyakiti atau bertengkar. Tapi Bu Susi sungguh sangat keterlaluan. Dan Pak RT tidak akan membiarkan itu terjadi. Sebagai seorang RT, dia harus melindungi salah satu warganya, dari ketidak adilan.
"Saya sudah katakan Pak RT, jangan campuri urusan rumah tangga saya. Silahkan kalian keluar dari rumah saya sekarang juga. Kalian dengar, KELUAR..."Teriak Bu Susi marah. Dadanya bergemuruh. Matanya nyalang menatap Pak RT.
Pak Sobari, Dimas, Bu Sinta dan Bu RT, sampai terkejut. Amira menundukan wajahnya. Dia sampai malu di buat oleh Ibu mertuanya. Tapi tidak ada air mata yang keluar. Amira cuma diam.
"Hehhh...Bu Susi, kamu pikir kita juga ingin berlama-lama di rumah jelek mu ini hahhh..kalau bukan karena Amira aku juga nggak sudi masuk ke rumah mu ini. Dasar perempuan nggak punya otak, nggak punya bales kasihan. Dimana-mana, setiap orang tua itu ingin rumah tangga anaknya baik-baik saja. Mendo'akan mereka, hidup rukun, damai, dunia akhirat. Tapi beda dengan seorang Ibu yang satu ini. Segitu inginnya dia mau hancurkan rumah tangga anaknya sendiri. Aku sumpahin kamu ya Bu Susi. Jangan coba-coba kau cari Amira kalau kau susah. Aku orang pertama yang melarangnya menginjak kakinya di rumah jelek mu ini. Rumah aja jelek, sok ngatain orang lain miskin."
"Amira segera hubungi suamimu itu, bilang kalau kamu ingin bercerai. Kalau dia nggak mau, nanti aku yang bantu kamu menggugatnya dia pengadilan. Akan ku sewa Hotman Paris, yang akan menjadi pengacara mu. Biar kamu terlepas dari wanita berhati busuk seperti dia. Ayo cepat hubungi suamimu. Aku benar-benar sudah nggak tahan berada di rumah menjijikan ini. Gerah aku."Sambung Bu RT, tanpa memberikan kesempatan untuk Bu Susi membantah ucapannya. Sambil tangannya mengibas ke wajahnya.
Tanpa meminta dua kali, tangan Amira membuka tas selempangnya.
"Bu, apa-apaan sih kamu, apa kamu nggak kasihan sama Amira, dia akan menjadi janda."
"Lebih baik menjadi janda kan? Dari pada menjadi istri dari suami seperti Andika, yng mempunyai seorang Ibu mertua berhati Dajjal."
"Kam..."
"Mas...sudah dengar semuanya kan?"
Suara Amira, mengagetkan semuanya. Tak terkecuali Ibu Susi, yang akan membalas ucapan Bu RT, yang sangat menyinggung perasaannya. Jari telunjuk yang sudah terlanjur di tujukan kepada Bu RT, jadi menggantung. Dia menatap Amira, dengan mengerutkan keningnya. "Mendengar semuanya? Jadi."Batinnya bertanya.
Ya....saat Amira memanggil Pak RT, untuk datang ke rumah Ibu mertuanya, Amira sudah menghubungi suaminya. Dan saat suara panggilan tersambung, bersamaan dengan teriakan Bu Susi yang keberatan, kalau Amira memanggil Pak RT ke rumahnya. Dan Amira sengaja membiarkan HP-nya terus menyala, agar suaminya mendengar semua pembicaraan mereka. Terutama fitnah Ibu mertuanya terhadap dirinya.
"Sialan, perempuan kurang ajar, licik kamu Amira, awas ya kamu."Kata hatinya begitu geram.
Semuanya menatap Amira dengan pikiran mereka masing-masing. Kemudian tersenyum penuh arti. Pak RT tersenyum tipis. "Kerja bagus nak..Bapak salut sama kamu."
"Jadi Mira mohon, tolong ikuti keinginan Ibu. maafkan aku Mas, bukan Mira nggak mau mempertahankan pernikahan kita, bukan Mira udah nggak sayang lagi sama Mas, atau bukan karena Mira sudah berselingkuh seperti yang dituduhkan Ibu. Tapi demi Allah, Mira sudah nggak sanggup lagi hidup bersama Ibu. Walaupun Mira ikut Mas ke kota, nggak menjamin kalau hidup Mira akan tenang. Jadi Mira mohon maaf, surga Mas ada pada Ibu. Mira nggak mau jadikan Mas sebagai anak durhaka. Mungkin ada bekas istri, tapi nggak ada yang namanya bekas orang tua. Apa lagi Ibu. Dari pada kita..."
"Dek..."
Ucapan Amira terhenti. Saat suara Andika memanggilnya dengan lembut. Suasa ruang tamu Bu Susi, menjadi hening. Mereka semua menunggu lanjutan ucapan Andika. Jantung Amira berdetak kencang. Dia seperti menunggu sebuah vonis yang akan mengakhiri hidupnya.
"Pak RT, Bu RT, Bu Sinta, Pak Sobari dan Dimas. Terima kasih sudah datang ke rumah. Mendukung istri saya. Sudah peduli dengan istri saya. Sekali lagi terima kasih. Maafkan saya, kalau saya belum sepenuhnya menjadi suami yang baik untuk istri saya, belum menjadi seorang Ayah yang baik untuk anak saya."
Ada jeda sesaat. Terdengar helaan napas panjang dan berat dari Andika.
"Ibu..."
Bu Susi tersentak. Secara reflek kepalanya ditengok ke arah Amira yang sedang memegang HP-nya.
"Maafkan Dika ya Bu.. walau apapun yang terjadi, Ibu adalah Ibu yang terbaik buat Dika. Seorang Ibu yang sangat berarti dalam hidup Dika. Tanpa perjuangan Ibu, mungkin Dika nggak bisa sampai ke titik ini. Bukan niat Dika membantah atau menjadi anak durhaka, Ibu adalah surganya Dika. Tapi...Dika juga adalah surganya Amira istri Dika. Dan kedua surga itu tidak bisa di bantah dengan dalil apapun."
Kalimat Andika terhenti sejenak. Kembali tarikan napas yang di dengar oleh mereka. Air mata Amira, menetes begitu saja tanpa permisi. Dia sungguh merasa terharu sekaligus tersanjung dengan ucapan suaminya. Yang mengatakan kalau suaminya adalah surganya. Dan Amira lupa akan hal itu. HP-nya dipegangnya erat. Seolah-olah meremas hatinya yang mulai dilema. Bu Sinta memeluk tubuh Amira dari samping. Untuk menguatkan perempuan yang mulai terisak itu.
Pak Sobari tersenyum tipis. Entah apa yang ada di dalam isi kepalanya. Dimas tertunduk, dengan perasaan yang sulit di artikan. Hembusan napas lega terdengar dari mulut Pak RT. Secercah harapan membuncah di hatinya, dengan kata-kata yang di ucapkan Andika.
Bu RT memandang Bu Susi. Yang tampak sangat marah. Dia tersenyum penuh kemenangan. "Rasakan kamu wanita tua, emangnya enak, pasti sakit tuh....hah..ha...ha...ha..."Tawa Bu RT, menggema di dalam hatinya.
"Maafkan Dika, Dika nggak pernah menceritakan istri Dika Bu. kalau memang kita berpisah, cuma maut yang akan memisahkan kita. Sekali lagi maafkan Dika Bu. Ibu tetap Ibunya Dika. Dan Amira tetap akan menjadi istri Dika, Ibu dari anak-anak nya Dika."
"Andika, jangan dengarkan mereka nak. Jangan dengan mereka. Ibu nggak bohong, Amira dan Dimas itu, keduanya memang berselingkuh. Percayalah sama Ibu. Sekarang ceraikan Amira Andika, CERAIKAN DIA, IBU MINTA, KAMU CERAIKAN DIA SEKARANG ANDIKA SEKARANG."Teriak Bu Susi histeris.
Bu Susi sampai terduduk di lantai rumahnya. Wajahnya terlihat penuh dengan amarah, hatinya terbakar dengan penolakan Andika untuk bercerai dengan Amira.
"Aku benci sama kamu Amira, aku sangat membenci kamu perempuan sialan. Pergi dari kehidupan anakku, pergi, perempuan pembawa sial...Andika, dengarkan Ibu baik-, kalau kamu tidak menceraikan perempuan ini sekarang. Ibu bersumpah..kamu bukan anak Ibu lagi, kamu dengar Andika, aku menganggap kamu sudah mati Andika. KAMU SUDAH MATI."
Bu Susi kembali histeris. Dia meratap, menangis sejadi-jadinya di atas lantai.
Bersambung........
Jd gmes bcanya bkin emosi
Thor jgn bkin amira jd org bego. Toh itu cm mertua bkn ibu kndungnya