kelanjutan dari Novel "Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat"perjalan ini akan di mulai dengan perjalanan ke alam dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Tiga hari telah berlalu sejak pertempuran besar di Kota Tianjing. Kini, keadaan kota itu sudah jauh lebih baik. Pasar-pasar kembali hidup, para pedagang berteriak menawarkan barang dagangan mereka, dan jalan-jalan yang sebelumnya dipenuhi puing kini tampak bersih. Penduduk mulai beraktivitas seperti biasa, meski sedikit waswas. Namun, rasa takut mereka sudah jauh berkurang yang tersisa hanyalah semangat untuk bangkit.
Sementara itu, di tempat lain, suasana panas terasa di arena pelatihan milik Klan Naga. Dua sosok sedang berhadapan di tengah lapangan batu yang luas.
“Kali ini aku tidak akan kalah darimu, Jian Yu!” teriak Zhao Feng sambil mengayunkan pedangnya yang dilapisi aliran petir merah menyala. Suara gelegar petir terdengar keras, dan udara di sekeliling mereka bergetar.
Jian Yu tersenyum kecil. “Heh, ini seperti latihan kita dulu di desa. Tapi kali ini kau tetap akan kalah,” ucapnya santai.
“Petir Penghancur!” seru Jian Yu, mengangkat tangannya ke langit. Awan hitam pekat langsung berkumpul di atas mereka, lalu dari dalamnya turun kilatan petir hitam yang menyambar Zhao Feng dengan kekuatan dahsyat.
Zhao Feng cepat bereaksi. Ia mengangkat pedang besarnya, menyalurkan energi guntur miliknya, dan menahan sambaran petir tersebut. Suara ledakan keras menggema di seluruh arena, membuat para kesatria yang menonton terdiam terpaku, menikmati pertarungan seperti dua monster yng mengamuk.
“Arrrgh! Kali ini aku tidak akan kalah!” teriak Zhao Feng, mengerahkan seluruh kekuatannya untuk memantulkan petir hitam itu. Ledakan energi terjadi, dan ia langsung melesat maju dengan kecepatan kilat, pedangnya membelah udara, meninggalkan jejak merah menyala.
Jian Yu dengan cepat menghindar ke samping, menepakkan tangannya ke tanah. “Pembekuan Total!” serunya. Dalam sekejap, es tebal menjalar dari tanah, membentuk lapisan kristal dingin yang membekukan kaki Zhao Feng hingga tak bisa bergerak.
“Hei! Kau curang! Katanya ini adu kekuatan petir!” protes Zhao Feng kesal sambil berusaha membebaskan diri.
Jian Yu tertawa kecil. “Eh, aku tidak curang. Di medan perang, musuh tidak akan menggunakan kekuatan yang sama denganmu,” ucapnya santai sambil berjalan mendekat.
Zhao Feng mendengus. “Iya juga sih… tapi kau tadi sendiri yang bilang ini adu kekuatan petir, dasar sialan kau, Jian Yu!” omelnya sambil tertawa kesal.
Jian Yu ikut tertawa, lalu melambaikan tangannya, menghapus es yang membekukan kaki Zhao Feng. Para kesatria yang menonton tersenyum Karana menikmati pertarungan mereka.
Setelah latihan tanding mereka selesai, Jian Yu dan Zhao Feng duduk santai di paviliun kecil di halaman belakang arena pelatihan. Udara sore terasa sejuk, dan aroma teh hangat memenuhi ruangan.
“Bagaimana kamu bisa sampai ke Benua Qianmu ini? Apakah ada sesuatu yang kamu cari, atau hanya ingin menjelajah?” tanya Jian Yu sambil menyesap teh dari cangkirnya.
Zhao Feng yang sedang menikmati kue kering di depannya tersenyum. “Sebenarnya sih, aku cuma ingin berpetualang sambil mencari hal-hal baru yang mungkin berguna. Hidup terasa membosankan kalau hanya di tempat yang sama,” jawabnya santai.
Jian Yu mengangguk pelan. “Jadi bisa dibilang kamu ingin menjelajah dan menemukan hal-hal baru yang belum kamu ketahui ya? Tapi bukankah kamu dulu di Akademi Qinghe? Kenapa bisa keluar begitu saja?” tanya Jian Yu sambil menatapnya penuh rasa ingin tahu.
Zhao Feng menghela napas. “Aku keluar dari Akademi Qinghe karena merasa tidak cocok. Sistem di sana terlalu kaku, dan aku lebih suka belajar dari pengalaman langsung di luar. Lagi pula, aku dengar di Benua Qianmu ada reruntuhan baru yang muncul. Karena itu aku datang ke sini, untuk menguji kekuatanku dan mungkin… keberuntunganku juga,” jelasnya sambil tersenyum kecil.
Mendengar itu, mata Jian Yu langsung berbinar. “Benarkah? Reruntuhan baru? Kedengarannya menarik! Di mana letaknya?” tanyanya antusias.
“Reruntuhan itu ada di kota sebelah, tepatnya di Kota Xi’an,” jawab Zhao Feng sambil menatap ke arah timur. “Letaknya di dalam hutan bagian timur, dekat dengan Desa Jong. Tapi hati-hati, aku dengar reruntuhan itu juga diincar oleh banyak kelompok kuat. Mungkin akan terjadi pertarungan besar di sana untuk memperebutkan artefak dan harta kuno.”
Jian Yu tersenyum lebar, sorot matanya penuh semangat. “Kalau begitu, sepertinya ini akan jadi petualangan yang menarik. Aku tidak sabar untuk melihat seperti apa reruntuhan itu.”ucap Jian yu.
Beberapa saat kemudian, setelah perbincangan mereka cukup lama, Jian Yu menegakkan tubuhnya dan menatap Zhao Feng dengan senyum penuh semangat.
“Baiklah, kalau begitu besok kita akan memulai perjalanan ke Kota Xi’an untuk menjelajahi reruntuhan itu. Mungkin aku juga akan mengajak yang lain,” ucap Jian Yu dengan nada tegas, seolah sudah memutuskan rencananya.
Zhao Feng yang sedang meneguk teh hampir tersedak karena terkejut. “Besok? Bukankah itu terlalu terburu-buru?” tanyanya dengan wajah kaget.
Jian Yu hanya tersenyum kecil. “Itu tidak terlalu cepat. Justru lebih cepat lebih baik, kan? Semakin awal kita berangkat, semakin besar peluang kita mendapatkan sesuatu sebelum kelompok lain datang,” ucapnya sambil menatap Zhao Feng dengan penuh keyakinan.
Melihat sahabatnya begitu bersemangat, Zhao Feng hanya bisa menghela napas panjang. “Hehh… baiklah, terserah saja. Yang penting kita jadi pergi ke sana,” ucap zhao Feng sambil menyeruput tehnya lagi.
Jian yu pun ikut menikmati tehnya dan mereka pun duduk sambil menikmati Angin sore berhembus lembut dan menerpa wajah mereka berdua.