Hanya dengan tinjunya, dia menghancurkan gunung.
Hanya dengan tinjunya, dia membuat lawan gemetar.
Hanya dengan tinjunya, dia menjadi yang terkuat di bawah langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARDIYANSYAH SALAM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33.
Lin Xue berhasil menyentuh sarafnya. Setelah dipaksa menggunakan energi ekstra untuk melindungi titik rapuh, Yao Huang tidak lagi bersedia bermain pasif.
Pertahanan yang sabar telah berakhir; kini saatnya menunjukkan mengapa ia adalah Tuan Muda Pertama dari Klan Yao, pewaris Gaya Elang Besi yang terkenal agresif.
Aura di sekitar Yao Huang meledak. Energi internal (qi) yang tadinya terfokus pada pertahanan kini dilepaskan dalam gelombang serangan yang mengancam. Tekanan udara di sekitar Yao Huang terasa mencekik.
Dengan geram, Yao Huang tidak lagi mengandalkan tinju.
Ia menjangkau ke sabuknya dengan gerakan cepat, dan dalam sekejap, sebuah pedang panjang nan ramping dengan sarung hitam terhunus keluar.
Bilah pedang itu memantulkan cahaya arena dengan kilauan mematikan.
Ini adalah senjata pusaka klan, dan penggunaannya menunjukkan keseriusan Yao Huang untuk mengakhiri pertarungan segera.
Pedang itu terhunus hanya untuk beberapa saat.
Yao Huang melangkah maju, pergerakannya yang tadinya lambat kini menjadi cepat dan brutal, didukung oleh kekuatan Elang Besi-nya.
"Cukup sudah bermain-main dengan angin!" raungnya, suaranya dipenuhi qi yang berat.
Pedangnya melesat dalam busur cepat dan mematikan.
Ini adalah teknik 'Sabetan Elang Pembelah Langit'—serangan yang didorong oleh seluruh massa tubuhnya dan energi qi yang meledak.
Pedang itu bergerak secara horizontal, ditujukan langsung ke leher Lin Xue, bertujuan untuk memenggal lawan dalam satu ayunan tunggal dan menentukan.
Serangan ini sangat cepat, berat, dan tanpa ampun.
Lin Xue yang terbiasa dengan kecepatan dan kelincahan, kini menghadapi perpaduan kecepatan serangan senjata dengan kekuatan penghancur.
Bilah pedang yang mendekat menciptakan desisan udara, memotong ruang di antara mereka.
Lin Xue menyadari sepenuhnya bahwa menghadapi serangan pedang yang didorong oleh kekuatan Gaya Elang Besi Yao Huang secara langsung adalah bunuh diri.
Ia tidak memiliki senjata fisik untuk menangkis, dan waktu untuk menghindar terlalu sempit.
Dengan keberanian yang didorong oleh keputusasaan, Lin Xue menyalurkan seluruh qi yang ia miliki ke dalam satu teknik pamungkas klan: 'Perisai Angin Berputar'.
Dalam sekejap, energi qi berwarna biru muda keluar dari telapak tangannya, membentuk perisai semi-transparan yang berputar sangat cepat di depan tubuhnya, menciptakan resistensi yang intens terhadap serangan pedang.
BENTURAN MENGHANCURKAN!
Pedang Yao Huang, yang membawa kekuatan membelah batu, menghantam Perisai Angin.
Tidak ada suara denting logam; yang ada hanyalah suara hantaman keras qi padat yang terkoyak.
Perisai Angin Berputar Lin Xue berhasil menahan mata pedang itu agar tidak menembus kulitnya, tetapi kekuatan kinetik dari tebasan tersebut benar-benar menghancurkan.
Lin Xue merasakan seluruh tulangnya bergetar hebat.
Meskipun serangan itu tidak melukainya secara langsung, dampaknya merambat jauh ke dalam tubuhnya, menghantam organ dalamnya.
Ia tidak hanya terdorong; tubuhnya terpental mundur dengan kecepatan tinggi, meluncur di atas arena.
Begitu berhenti, Lin Xue langsung terbatuk keras, memuntahkan darah segar ke lantai ring.
Wajahnya yang tadinya tenang kini pucat pasi.
Pedang Yao Huang berhenti beberapa inci dari Lin Xue. Ia berdiri tegak, napasnya memburu, namun kepuasannya terlihat jelas.
Lin Xue telah mengorbankan kesehatannya untuk bertahan, namun kini ia terkapar, kehabisan qi, dan terluka parah di atas arena.
Ia berusaha bangkit, tetapi rasa sakit yang menusuk dari kerusakan internal membuatnya tidak berdaya.
Darah di sudut bibirnya adalah bukti nyata seberapa besar kekuatan serangan Yao Huang.