NovelToon NovelToon
Not My Type (Unfortunately, You Are)

Not My Type (Unfortunately, You Are)

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Office Romance / Romansa / Enemy to Lovers
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: deborah_mae

7 tahun bertahan, lalu ditinggal tanpa alasan. Hanna pikir, cinta sudah cukup menyakitkan untuk dicoba lagi dan mungkin sudah saatnya ia memilih dirinya sendiri.

Namun jika bukan karena cinta yang pergi tanpa pamit itu.. mungkin dia tidak akan bertemu dengan dr. Hendra.

Sayangnya, dr. Hendra seperti mustahil untuk digapai, meski setiap hari mereka berada di bawah atap yang sama.

Kali ini, akankah Hanna kembali memilih dirinya sendiri? Entahlah..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deborah_mae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TATAPAN YANG TAK SEPENUHNYA PERGI

Pukul 05.00 pagi, alarm Hanna pun berbunyi. Seperti biasa, ia selalu berdoa setiap kali ia ingin tidur dan bangun dari tidurnya. Supaya ia bisa menjalani hari-harinya dengan tenang.

Saat sedang merapikan tempat tidurnya, Hanna merasa ada yang aneh di tubuhnya. Perutnya keram, pinggangnya terasa nyeri, dan pandangannya berputar.

"Astaga..kok mens lagi, sih?" keluhnya

Sepanjang perjalanannya menuju kantor, Hanna berusaha untuk kuat. Semoga saja tidak pingsan lagi.

Ia tiba-tiba teringat akan saran dr. Arga untuk segera memeriksakan dirinya ke dokter kandungan untuk mencari tahu apa yang salah di tubuhnya?

Namun Hanna merasa bahwa dia baik-baik saja dan siklus menstruasi ga akan kembali normal seperti biasanya.

Pagi itu dimulai dari Hanna membuat rekap pendapatan klinik lalu dilanjutkan dengan memeriksa dokumen klinik.

Ternyata ada beberapa dokumen klinik yang belum diserahkan dr. Hendra padanya. Menyadari itu, dia langsung mendengus lelah.

"Hadeh...masa harus ke ruangannya sih..?"

Karena ia tidak mau menunda pekerjaan, akhirnya dia bergegas menuju ruangan dokter.

Dalam langkah kakinya menuju gedung untuk mengunjungi ruangan dokter, Hanna merasa ada yang aneh. Tubuhnya tiba-tiba lemas, pandangannya sempat gelap beberapa saat. Namun ia tetap melanjutkan perjalanannya.

Sesampainya di ruangan dokter, ia tidak langsung membuka pintu itu. Ia mendengar perbincangan dr. Hendra dan dr. Vera.

Tak terdengar jelas apa yang mereka bicarakan, namun ada kata yang ia dengar dengan jelas — "Hanna? Ooh.. Nggak ada yang spesial. Mereka aja yang terlalu meromantisasi kami berdua. Padahal sih biasa aja.."

Dia kenal suara itu — suara dr. Hendra.

Untuk sejenak Hanna hanya terdiam.

Ada rasa kecewa yang menghujam dadanya namun ia tidak menghiraukan itu. Ia memilih untuk tidak peduli saja.

Namun rasa kecewanya itu membuat emosinya seperti menggelapkan pandangannya.

Ia melangkah masuk dan menghampiri dr. Hendra.

"Siang, dok. Hanna boleh minta laporan klinik?"

Dengan dinginnya, dr. Hendra menyodorkan laporan itu tanpa bicara sedikit pun.

Tanpa basa-basi Hanna mengambil laporan itu dan langsung pamit kembali.

Dengan pelan Hanna melangkah keluar dari ruangan itu.

"Kak Hanna!!" terdengar suara tubuh terjatuh menghantam lantai lorong itu disusul teriakan Nico — ternyata Hanna pingsan lagi.

Tanpa pikir panjang, dr. Hendra berlari menghampiri sumber suara itu dan melihat Nico mencoba untuk menggendong Hanna.

Dengan panik dr. Hendra mengambil Hanna dari Nico. "Lepas!"

Ia melihat sekitarnya untuk membaringkan Hanna dengan aman dan memutuskan sofa panjang yang berada di sudut ruangan sebagai tempat pembaringan Hanna.

Setiap melihat Hanna tak berdaya, ia merasa tidak berdaya juga. Ia bingung harus berbuat apa. Seolah dia lupa siapa dirinya.

Menyadari bahwa dr. Hendra terlihat panik dan bingung, dr. Vera dengan cepat menyadarkannya. "Bawa ke IGD, Hen!".

"Wajahnya pucat banget, Ver." tangannya bergetar menyentuh wajah Hanna.

Semua orang yang ada di lorong itu membantu dr. Hendra untuk membawa Hanna ke lift dikarenakan untuk bisa sampai ke lift, harus menuruni tangga sebanyak dua lantai lagi.

Hanna pun telah tiba di IGD dan diperiksa oleh dokter umum yang bertugas saat itu.

Saat menunggu Hanna, dr. Hendra memberitahu dr. Vera bahwa Hanna sedang mengalami menstruasi yang tidak teratur dan membuat dia seperti mengalami kekurangan darah atau anemia.

"Minta dokter umum yang tugas hari ini untuk buat surat rujukan ke aku, Hen. Supaya aku bisa periksa Hanna" pinta dr. Vera

Tak lama kemudian, Febi datang untuk melihat Hanna. Ia melihat dr. Hendra hendak mengurus administrasi Hanna agar segera dibuatkan rujukannya.

Mengerti akan situasi, Febi menawarkan diri untuk mengurus semuanya sendiri.

"Biar Febi aja, dok. Dokter tolong jaga kak Hanna dulu sebentar"

Mendengar itu, dr. Hendra terdiam dan sedikit lega.

Saat mengunjungi Hanna, ia melihat Bu Vannya sudah ada membawakan bubur hangat untuk Hanna.

"Kamu pucat sekali, Hanna. Kamu nggak makan ya?"

"Hanna udah makan siang kok, Bu."

Bu Vannya seperti tidak percaya "Ah kalo udah makan kenapa pingsan lagi? Terakhir pingsan kata dr. Arga asam lambung kamu kumat itu"

"Iya tapi kan Hanna waktu itu juga udah makan kok bu. Kayaknya ini karena mens Hanna nggak teratur"

Disela perbincangan itu, dr. Hendra tak sabar dan memotong perbincangan mereka.

Dengan sok cuek, dr. Hendra meminta Bu Vannya untuk meninggalkan Hanna dulu "Permisi, Bu. Saya mau cek Hanna dulu"

Hanna tidak mau menatap mata dr. Hendra.

Dia takut — terjebak lagi.

Dengan canggung, dr. Hendra mendekat "Ehm.. Sudah gimana?"

Tanpa menatap matanya, Hanna menjawab dengan senyuman yang tipis "Udah lumayan, dok. Maaf udah ngerepotin lagi..hehehe"

Dr. Hendra duduk di ujung kasur observasi Hanna.

"Harusnya bilang makasih, kek." candanya

Hanna hanya tersenyum tipis saja.

Ternyata bubur yang dibawa Bu Vannya belum tersentuh sedikit pun. "Kamu makan dulu. Nanti buburnya jadi dingin" ucap dr. Hendra

"Ah..iya.. Oke, dok. Hanna makan dulu"

Dia rasa sudah cukup untuk melihat Hanna. Dan ia pun pamit untuk kembali ke ruangannya.

Saat melangkah keluar, dia melihat Hanna kesulitan untuk membuka bungkusan bubur itu dikarenakan tangan kanannya sedang diinfus.

Tanpa pikir panjang, dr. Hendra menghampiri Hanna tanpa sepatah kata pun dan langsung menyiapkan bubur itu.

Ia menyuapkan bubur itu kepada Hanna. Sejenak Hanna heran. Lalu menyadarkan diri bahwa saat itu, ia sedang dipermainkan — lagi.

"Nggak apa-apa. Ini cuma sebentar. Kasihan Bu Vannya udah capek-capek beliin untuk aku.."

Dengan pelan, dr. Hendra menyuapi Hanna. Memastikan Hanna makan dengan benar. Tanpa obrolan sedikit pun, hanya pandangannya saja kepada Hanna.

Ia memperhatikan helaian rambut hitamnya yang terurai jatuh hampir menutupi bibir Hanna. Tangannya refleks menyibak rambut itu dengan lembut.

Hanna hanya menatapnya sebentar lalu menundukkan pandangannya lagi — tanpa bicara.

"Hanna.. Jangan begini lagi.." dr. Hendra menghentikan suapannya.

"Jangan..begini.. Maksudnya gimana, dok..?"

Sadar bahwa dia hampir menunjukkan rasa takutnya, ia dengan cepat merubah sikapnya "Jangan.. Ck.. Jangan nyusahin lagi. Kalo tau kondisi tubuh lagi nggak prima, jangan maksa masuk kerja"

Dengan tatapan yang kesal namun seperti tak percaya apa yang barusan dia dengar, Hanna mendengus muak padanya.

"Kalo nggak ikhlas, yaudah nggak usah nolongin" tantang balik Hanna.

Melihat Hanna kembali melawannya lagi, dr. Hendra merasa bahwa gadis itu sepertinya sudah kembali sehat.

"Asal kamu tau, ya. Tadi kamu tergeletak di lorong. Kalo nggak ada aku yang keluar karena pengen ke toilet, pasti kamu bakalan rebahan disana sampe sore" ucap dr. Hendra

Seolah percaya, Hanna malah bertanya untuk memastikan bahwa itu benar. "Haah?? Masa iya, dok?"

Terlihat senyum kecil tersirat di ujung bibirnya tanda bahwa keusilannya kepada Hanna berjalan dengan lancar.

Saat dr. Hendra sudah kembali ke ruangannya, seorang perawat memberikan surat rujukan Hanna untuk memeriksakan diri ke dr. Vera.

"Dokter Vera... Hmm.. Yaudah deh nggak apa-apa. Sekalian kenalan.."

Karena mendengar nama itu, ia tiba-tiba teringat sebuah percakapan yang ia dengar dari dr. Hendra saat ia hendak masuk ke ruangan dokter.

Dengan sekejap Hanna merasa seperti badut bagi dr. Hendra

1
kalea rizuky
ambil ver siapa yg mau ma Arga.. laki munafik aja ambil sana karungin/Sleep/ up banyak thor nanti q kasih hadiah dehh bunga atau kopi
kalea rizuky
Hendra ne munafik bgt jangan jodohin dia ma Hanna thor laki plin plan gengsi an dihh
kalea rizuky: poll ada laki mulut lemes amat banci tau
total 2 replies
Quinza Azalea
next
Quinza Azalea: siap😍
total 2 replies
kalea rizuky
siapa jodoh hana thor/Hunger/
deborah_mae: Siapa yaaah😗
total 1 replies
kalea rizuky
Arga ma Hendra beda orang kah
deborah_mae: Bedaaaa
total 1 replies
kalea rizuky
moga abis ne ketemu cogan ya han
deborah_mae: kabar baiknya udah ketemu cogan nih tapi bingung mau milih yg mana🤭
total 1 replies
Quinza Azalea
bagus
Quinza Azalea
lanjut thor
deborah_mae: otw 😍
total 1 replies
Olivier Mira Armstrong
Duh, seru euy! 🥳
deborah_mae: Terimakasih😍👍
total 1 replies
Ichigo Kurosaki
Gak sabar lanjutin.
deborah_mae: waah terimakasih sudah membaca😍 ditunggu bab selanjutnya yaa🤭👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!