Cinta seharusnya menyembuhkan, bukan mengurung. Namun bagi seorang bos mafia ini, cinta berarti memiliki sepenuhnya— tanpa ruang untuk lari, tanpa jeda untuk bernapas.
Dalam genggaman bos mafia yang berkuasa, obsesi berubah menjadi candu, dan cinta menjadi kutukan yang manis.
Ketika dunia gelap bersinggungan dengan rasa yang tak semestinya, batas antara cinta dan penjara pun mengabur.
Ia menginginkan segalanya— termasuk hati yang bukan miliknya. Dan bagi pria sepertinya, kehilangan bukan pilihan. Hanya ada dua kemungkinan dalam prinsip hidupnya yaitu menjadi miliknya atau mati.
_Obsesi Bos Mafia_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Sentuhan Pertama
Alicia merasa tegang dengan situasi kali ini, air mata terus mengalir dari sudut matanya. Dexter terus menciumi tubuh bagian atas Alicia yang masih tertutup dengan bra, menjilati perut datar mulus itu sambil meremas bongkahan ranum Alicia yang sangat menggoda.
Tubuh Alicia tidak menunjukkan kalau dirinya menikmati sentuhan Dexter sama sekali, tangannya meremas kuat seprai yang ada di bawahnya.
Dexter terus menggagahi tubuh Alicia tanpa peduli reaksi tertekan dari gadis itu.
"Kenapa kau tegang sekali? Bukankah kau sudah biasa melayani pria lain sebelum diriku?" Alicia tidak menjawab, baginya, melihat Dexter saja sudah menakutkan.
"A-aku ha-hanya takut melihat tato di tubuhmu, Tuan," jawab Alicia dengan terbata, Dexter malah tertawa lalu beranjak dari tubuh Alicia, dia duduk di tepi kasur dan membakar sebatang rokok.
"Benarkan lagi pakaianmu, aku sudah tidak ingin menyentuhmu lagi." Alicia kaget, dia langsung memohon pada Dexter.
"Tolong Tuan, jika aku tidak bisa memuaskan anda malam ini, Madam Elin akan menghukumku, dia akan menyiksaku. Kamu tamu kehormatannya, aku mohon sentuhlah aku, aku akan melayanimu dengan baik," mohon Alicia pada Dexter.
"Baru menciummu saja, kau sudah tegang begitu, bagaimana kau akan melayani aku dengan baik hah? Sudahlah, pergi dari sini, aku butuh wanita lain." Alicia berlutut di depan Dexter, memohon agar pria itu mau menyentuhnya.
Dexter mematikan rokok di tangannya lalu membawa Alicia kembali berbaring di atas kasur, dia mulai mencumbu Alicia dengan penuh nafsu.
Bibirnya melumat bibir Alicia yang terasa manis, lidah Dexter menelusup masuk ke dalam mulut Alicia, membelit lidah Alicia dan mengabsen deretan gigi Alicia dengan lidahnya.
Tangan Dexter membuka rok mini yang dikenakan wanita itu serta membuka celana dalamnya. Bibirnya masih setia melumat bibir Alicia, jari panjang Dexter menyentuh bibir bawah Alicia yang begitu menggoda.
Alicia merapatkan kedua pahanya, mengecilkan peluang jari Dexter untuk menyentuh area sensitifnya lebih dalam lagi.
"Buka pahamu, jangan dirapatkan begitu," suara Dexter memberikan instruksi padanya, dengan ragu, Alicia membuka lebar pahanya dan jari Dexter kembali menggelitik area sensitif itu.
Sejam permainannya, Dexter keluar sangat banyak di dalam tubuh Alicia. Dexter yang lelah memejamkan matanya, napasnya membuat pundak Alicia menghangat.
...***...
"Bagaimana malammu dengan anak baru itu, Tuan Dexter?"
"Aku puas dan kau sangat luar biasa memilih wanita untukku, Elin. Ini uang yang aku janjikan." Mata Elin langsung berbinar melihat tumpukan uang di depannya, dia langsung menyimpan uang tersebut.
Dexter pergi dari rumah pelacuran Elin, melangkah dengan tegas tanpa mempedulikan beberapa wanita yang ingin disentuh olehnya.
Di parkiran mobil, Dexter menatap ke arah balkon kamar yang mana Alicia tengah disentuh oleh pria lain, perempuan itu terlihat tidak nyaman dan berusaha menghindar.
Dexter tidak peduli, dia memasuki mobil tapi pandangannya masih tertuju pada Alicia. Pria yang menyentuh Alicia tampak sangat kasar, dia disentuh paksa.
Dexter keluar dari mobil dan kembali masuk saat melihat Alicia ditampar dan rambut hitam lurusnya di jambak.
Elin kembali berdiri menyambut Dexter, mereka semua menghormati Dexter karena pria itu merupakan mafia mengerikan yang bisa saja menghancurkan bisnis Elin ini.
"Katakan berapa harga gadis semalam, aku akan membelinya, aku ingin dia ikut bersama denganku ke Sisilia." Elin terdiam mendengar perkataan Dexter.
"Maaf Tuan Dexter, saya hanya menyewakan jasa, tidak menjualnya. Jika kau suka ya silakan datang ke sini." Dexter langsung memelintir tangan Elin dan membuatnya bertekuk, tak ada yang berani melawan Dexter termasuk anak buah Elin.
"Aku tidak suka ditolak, katakan harganya atau aku akan membawanya dengan paksa."
"Baik, tolong lepaskan aku dulu."
Dexter melepaskan tangan Elin dan mereka menyepakati harga dengan jumlah yang begitu fantastis. Setelah transaksi dilakukan, anak buah Elin memanggil Alicia yang saat ini berada di lantai atas.
Alicia menunduk menghampiri Elin dan Dexter, pipi Alicia memerah karena ditampar oleh pria tadi, matanya juga sedikit sembab.
"Sekarang kau milik Tuan Dexter, silakan ikut dengannya. Dia sudah membelimu." Alicia mengangguk patuh, Dexter menggenggam tangan Alicia dan membawanya pergi.
Di dalam mobil, Alicia bernapas lega karena bisa lepas dari tempat pelacuran itu, dia tidak akan melayani banyak pria jika ikut bersama Dexter.
"Terima kasih Tuan, anda sudah membeli saya dari Madam Elin," ucap Alicia, Dexter yang sedang mengemudi menoleh sekilas padanya.
"Siapa namamu?"
"Alicia Fatehi."
"Bagaimana aku memanggilmu?"
"Alicia."
"Kau asli sini?"
"Tidak, aku dari Spanyol."
"Bagaimana kau bisa ada di sini?"
"Aku dijual kedua orang tuaku karena memiliki banyak saudara, kami kesulitan ekonomi."
"Kau anak ke berapa?"
"Aku anak ke tujuh dari delapan bersaudara, kami semua perempuan."
"Jadi kalian semua dijual?"
"Tidak, yang dijual hanya aku."
"Kenapa bisa?"
"Karena aku menderita gagal ginjal, mereka menganggap aku hanya pembawa masalah dan penyakitan." Dexter tersenyum getir.
"Masih ada orang tua begitu," sahut Dexter.
"Hm ... Apa aku bisa bekerja denganmu? Aku ingin bebas Tuan, aku akan menebus diriku padamu. Jujur saja, aku tidak mau jadi pelacur lagi." Alicia mencoba untuk meminta keringanan pada Dexter agar membebaskan dirinya.
"Kau akan menebus dirimu dengan uang dariku, begitu?"
"Bukan, aku akan bekerja padamu."
"Ya sama saja, berarti aku juga yang menggajimu."
"Ya atau aku boleh bekerja? Aku janji akan menebus diriku sendiri."
"Kau tidak perlu menebus diri padaku, pulanglah kembali ke negaramu dan silakan hidup bebas. Aku membelimu bukan untuk aku nikmati lagi."
Alicia membelalakkan matanya, lalu berkata. "Anda serius?"
"Ya."
"Aku tidak ingin ke Spanyol, Tuan. Aku mau menetap di Las Vegas, sudah lama aku ingin ke sana."
"Ya terserah kamu saja."
Dexter memberikan sejumlah uang pada Alicia, dia juga menyiapkan segala keperluan Alicia untuk ke Las Vegas.
"Kenapa uangnya banyak sekali, Tuan?" tanya Alicia yang diberi beberapa gepok uang oleh Dexter.
"Itu belum seberapa, kau akan hidup di Las Vegas nanti. Kau membutuhkan uang yang cukup untuk hidup di sana, kau bisa menghubungi aku jika ada perlu lagi dan aku akan mengirimkan uang setiap bulan padamu. Anggap saja sebagai rasa terima kasih karena sudah melayaniku dengan baik semalam." Dexter berkata dengan tegas tapi tetap pembawaanya lembut.
Alicia memeluk Dexter sebagai ucapan rasa terima kasihnya.
"Ini sudah cukup Tuan, dengan uang ini aku bisa hidup mandiri di sana, terima kasih banyak." Dexter tersenyum lalu mengusap kepala Alicia— wanita yang telah menghabiskan malam bersama dengannya.
Alicia begitu bahagia dan kembali menatap wajah Dexter yang membuat dirinya aman. Sangat tidak menyangka dia bahwa pria yang telah dia layani semalam akan memberikan kebebasan padanya.
“Sekali lagi, terima kasih banyak, Tuan Dexter.” Pria itu hanya berdehem membalas ucapan Alicia.