NovelToon NovelToon
DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Office Romance
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Marsshella

“Sakitnya masih kerasa?”
“Sedikit. Tapi bisa ditahan.”
“Kalau kamu bilang ‘bisa ditahan’ sambil geser duduk tiga kali … itu artinya nggak bisa, Dhifa.”
“Kamu terlalu kasar tadi pagi,” batin Nadhifa.
***
Renzo Alverio dan Nadhifa Azzahra saling mencintai, tapi cinta mereka dibatasi banyak hal.
Renzo, CMO Alvera Corp yang setia pada gereja.
Nadhifa, CFO yang selalu membawa sajadah dan mukena ke mushola kantornya.
Hubungan mereka tak hanya ditolak karena beda keyakinan, tapi juga karena Nadhifa adalah anak simpanan kakek Renzo.
Nadhifa meski merasa itu salah, dia sangat menginginkan Renzo meski selalu berdoa agar dijauhkan dari pria itu jika bukan jodohnya
Sampai akhirnya suatu hari Renzo mualaf.
Apakah ada jalan agar mereka bisa bersatu?
*
*
*
SEKUEL BILLIORAIRE’S DEAL : ALUNALA, BISA DIBACA TERPISAH

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsshella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. KENANGAN SUSU STROBERI

Pagi itu tak lagi hampa. Yuda tenggelam dalam chat dengan Sasha. Gadis stroberi itu.

Sasha Aditya: Kak Yuda... ada tempat jual es krim enak banget deket pantai 😋🍦

Yuda menatap layar, jempolnya berhenti di atas keypad. Ia mengetik, menghapus, mengetik lagi. 

Kode dari Sasha segede papan reklame, tapi kenapa jantungnya berdetak lebih kencang?

Setelah beberapa detik berpikir, jempolnya bergerak sendiri dan mengirim pesan.

Yuda Pratama: Mau bareng ke sana?

Astaga. Chat itu sudah terkirim. Jika Sasha menolak, Yuda tahu ia akan menutup wajah dengan bantal seminggu ke depan.

Sasha Aditya: MAU!! 😭🤍 Udah nungguin Kakak ngajak nih! Ganti baju dulu yaa~

Yuda melirik jam. Masih pagi, tapi matahari seolah memberi semangat tambahan. Ia lompat dari kasur, membuka lemari, dan bingung memilih baju.

Kemeja terlalu formal. Akhirnya ia memilih kaos panjang warna navy, celana jeans bersih, dan sepatu sneakers kesayangan. Setelah mandi, rambutnya disisir rapi, sedikit parfum disemprotkan.

Berdiri di depan kaca, Yuda menatap pantulan dirinya. “Cakep juga gue,” gumamnya sendiri.

Dompet, ponsel, kunci motor, jaket semua sudah siap. Ia melangkah ke meja makan. Renzo dan Nadhifa masih santai, ngopi sambil membaca berita di tablet. Mereka menatapnya serempak. 

Nadhifa menyipit. “Kamu mau ke mana, Yud?” tanya Nadhifa, lembut tapi curiga.

Yuda spontan menjawab, “liat penjual es krim yang payungnya kabur kemarin. Mau cari tahu endingnya gimana.”

Renzo berhenti mengaduk kopi. “Payungnya kabur?”

“Iya, di pantai. Kasihan juga kan. Es krimnya enak soalnya.”

Nadhifa dan Renzo saling pandang, tapi hanya mengangguk-angguk sok paham.

Tanpa menunggu pertanyaan lebih lanjut, Yuda segera keluar. Begitu sampai di luar pintu, ia menarik nafas panjang.

Yuda, pemuda yang biasanya hidupnya nyaris datar, kini siap menghadapi petualangan es krim bersama gadis stroberi susu kotak. Bukan cinta, tapi jelas bukan hari yang biasa.

...***...

Motor CBR Yuda menderu saat ia melaju pelan menuju apartemen di seberang. Lokasi Sasha ternyata di gedung tetangga, dan Yuda baru menyadarinya. Ia parkir sebentar di depan lobi, mengirim pesan singkat.

Yuda Pratama: Gue udah di bawah

Tak sampai dua menit, pintu geser lobi terbuka. Sasha keluar. Hari ini dia mengenakan blus putih lengan balon dan celana jeans terang. Rambut panjangnya dikucir satu, jatuh di bahu, tas kecil tergantung manis di badan. Yuda sempat tertegun. Manisnya … tidak main-main.

Sasha melangkah cepat ke arahnya, tersenyum. “Sorry lama ya, Kak!” katanya, meski jelas Yuda yang datang lebih dulu.

“Nggak, kok,” jawab Yuda sambil menyodorkan helm cadangan.

Sasha menerima helm itu, lalu naik ke jok belakang.

Yang membuat Yuda agak heran, Sasha hanya duduk. Tidak memeluk, tidak menyentuh. Berbeda jauh dengan Elara-nya Arshen, yang tiap naik motor bisa memeluk dari segala sisi. Sasha tetap kalem, seperti takut mengganggu ruang pribadinya.

Yuda menoleh ke kaca spion. Sasha sudah siap, tangannya dilipat di atas tas. “Pegangan, ya. Jalanannya agak turun,” ucap Yuda.

“Iya,” jawab Sasha pelan, tetap tak melingkupi tubuh Yuda. Soft girl.

Dan Yuda? Soft boy. Jadi ia tak berani maksa.

Motor pun berjalan, jalanan lengang, angin laut mulai terasa saat motor mendekati pantai.

Mereka parkir di parkiran aspal di depan warung es krim yang Sasha ceritakan. Tenda kuning kecil dengan menu warna-warni menempel di sisi gerobak. Warung itu lucu, mirip ilustrasi di majalah anak-anak.

Sasha turun lebih dulu, Yuda mengikuti, melepaskan helm. Sasha tetap diam, memegang helmnya sendiri.

Tiba-tiba, seekor anjing cokelat muncul dari arah pasir. Anjing itu menggonggong sekali, lalu duduk. Tubuhnya besar, terlihat galak, padahal hanya duduk.

Sasha menghela nafas pelan, jari-jarinya mencubit ujung lengan Yuda—halus, lembut, seperti kode meminta perlindungan. 

Yuda langsung menoleh. Mata Sasha menunduk, tegang, tapi cantik luar biasa. Senyum Yuda keluar sendiri, rasa hangat muncul di dadanya, ingin melindungi.

Tanpa banyak pikir, Yuda menaruh tangannya di pundak Sasha, menuntunnya jalan pelan memutari anjing itu yang ternyata hanya diikat di pohon kelapa.

“Tenang, dia diikat kok,” kata Yuda sambil tetap memperhatikan anjing itu. “Anjing siapa, ya?” gumamnya.

Sasha tetap diam, langkahnya menempel di sisi Yuda. Dekat. Sangat dekat. Rasanya, tak ada hal yang lebih menyenangkan hari itu selain detik itu.

Mereka duduk di lantai kayu memanjang di sisi pantai, semacam dek terbuka menghadap laut. Angin hangat, suara ombak pelan, matahari mulai naik, tidak terlalu panas.

Yuda duduk bersila, Sasha di sampingnya. Dua cup es krim baru dibeli. Yuda cokelat kacang, Sasha stroberi susu. Sasha belum makan, cup-nya masih utuh di tangan.

“Lo suka stroberi ya?” tanya Yuda sambil menyendok es krimnya.

Sasha mengangguk pelan. “Gue suka yang ini. Dulu sering beli.”

“Waktu kecil?”

Dia diam sejenak. “Iya…”

Mereka makan dalam diam sebentar. Lalu Yuda melanjutkan, mencoba membuka obrolan. “Lo tinggal di apartemen yang tadi, sendirian?”

Sasha menggeleng. “Ibu sama kakak gue juga tinggal disana. Kalau Kakak?”

Yuda membalas, “kalau gue, tinggal di apartemen bareng Bunda sama Ayah.”

Sasha mengangguk sopan, tapi Yuda tahu pikirannya pasti mulai menebak.

Yuda menambahkan lagi, “gue anak adopsi. Dari panti.”

Baru kali ini mata Sasha benar-benar menatap Yuda. Ia melanjutkan, “gue tinggal di panti asuhan dari bayi. Sampai umur ke-4. Bunda datang. Adopsi gue. Hidup gue langsung kayak naik rollercoaster karena punya sosok Bunda. Sampai Bunda nikah dan gue diajak hidup bareng,” kata Yuda. Ia tertawa pelan. “Dari makan nasi sayur tiap hari, jadi makan martabak blueberry tengah malam. Random banget.”

Sasha menutup mulutnya, menahan tawa.

“Bunda gue kerja di Alvera Corp milik Alverio Group. Ayah juga. Mereka pasangan yang idaman pokoknya. Bunda cerita kalo Ayah dulunya nonis. Udah mualaf,” lanjut Yuda.

“Alverio Group, itu yang punya jaringan property juga, ‘kan?” tanyanya.

“Iya. Gue denger dari Bunda,” jawab Yuda.

Sasha terdiam lama. Es krimnya akhirnya disendok sekali, dimakan perlahan, lalu diam lagi. Yuda menoleh. Gadis itu masih menunduk, jemarinya memainkan sendok plastik kecil itu.

“Kalau lo?” tanya Yuda hati-hati. “Ibu lo kerja dimana kalo tau”

Sasha tidak menjawab langsung. Yuda membiarkan hening itu menggantung. Ia tahu rasanya kalau ditanya sesuatu yang membuatnya ragu untuk menjawab. Jadi ia menunggu, tetap duduk tenang.

Angin laut lewat pelan. Sasha menarik nafas. Matanya tetap menatap laut, tapi bibirnya akhirnya bergerak. Angin memainkan ujung rambut Sasha.

“Gue tinggal di apartemen itu karena Ibu kerja sebagai tukang bersih-bersih di gedung itu.”

Yuda menoleh.

“Bos Ibu baik. Dia yang ngizinin kami tinggal di satu unit kosong. Daripada kosong katanya. Jadi, kami diizinin pakai. Gratis.”

Sasha tertawa. Bukan yang lucu tapi pahit. “Gue bisa kuliah, ya karena Ibu dan Kakak. Ibu kerja dari pagi sampai sore. Sering lembur juga. Gue kadang ngambek. Soal baju. Gue pengen tampil bagus juga kadang, tapi—”

Yuda cepat memotong, “baju lo bagus, kok.”

Sasha melirik.

“Gue serius.” Yuda melanjutkan, “baju lo hari ini aja, pas banget sama lo. Mana jeleknya coba?”

Sasha tersenyum kecil. “Gue beli semua itu pake uang tabungan. Gak pernah makan di kafetaria kampus. Mahal. Gue sering cuma minum susu kotak bawa dari rumah.”

Ada jeda. Lalu Sasha bicara lagi. “Dan semua itu gue lakuin buat satu cowok. Tampil bagus pakai pakaian layak.”

Jantung Yuda berdegup. Matanya mengarah ke wajah Sasha, tapi gadis itu menunduk lagi.

“Cowok yang pengin gue raih hatinya,” lanjut Sasha, suaranya semakin pelan. “Yuda...”

Namanya keluar dari bibir Sasha seperti bisikan. Yuda terdiam.

“Gue tahu lo terlalu tinggi, Kak” kata Sasha dengan tawa lirih yang menyayat. “Anak orang kaya. Hidup Kakak stabil. Bunda Kakak, ayah Kakak, keluarga yang utuh. Kakak punya semua. Sedangkan gue, cuma cewek biasa. Kasta kita beda.”

Yuda sempat kehilangan kata.

Sasha berdiri. “Gue harus pergi,” ucapnya buru-buru, mencoba menyembunyikan wajah.

Tapi sebelum ia sempat berbalik, Yuda refleks berdiri juga, menahan pergelangan tangannya.

Sasha mematung. Matanya terbelalak ke arah Yuda.

Yuda tidak berpikir panjang. Tidak dengan logika. Hanya dengan, rasa. Ia condong sedikit.

Dan sebelum Sasha bisa bicara atau menjauh, Yuda mencium pipinya. Singkat. Hanya sentuhan sekilas. Tapi cukup untuk mengubah sesuatu di udara.

Ia mundur satu langkah. Senyum Yuda muncul pelan, gugup. “Kalau lo berpikir gue terlalu tinggi...” Ia menatap Sasha lalu menunduk dan menambahkan, “...setidaknya lo tahu sekarang gue menunduk. Buat lo.”

Sasha tidak menjawab. Tapi matanya berkaca.

Dan Yuda tahu, gadis itu akan tetap di sisinya. Setidaknya, untuk sekarang.

Pelukan itu datang tiba-tiba.

Lengan Sasha melingkar di pinggang Yuda, kepalanya bersandar tepat di dadanya. Degup jantung Yuda seketika jadi gaduh.

“Gue lagi nabung …,” bisik Sasha pelan, suaranya nyaris hilang ditelan angin. “Buat beli kemeja putih yang baru, buat Kakak.”

Yuda menunduk. Jemarinya refleks membelai rambut Sasha pelan.

“Yang waktu itu kena susu stroberi,” lanjut Sasha, tersenyum kecil sambil menyentuh bagian dada Yuda. “Maaf ya, baju Kakak jadi korban perasaan gue.”

Yuda ngakak pelan. “Bukan bajunya,” goda Yuda. “Yang jadi korban hati gue.”

Sasha mendengus manja, masih memeluk erat.

Yuda memeluk balik. Kencang. Rasanya nyaman. Nyata. “Simpan uang lo, Sha. Gue nggak butuh kemeja putih baru.”

Sasha mendongak, menatapnya heran.

“Sejak kejadian itu … gue emang jadi agak trauma sama warna putih. Nggak tahu kenapa. Jadi, serius, simpan uang lo buat beli hal lain. Buat diri lo.”

Sasha diam sejenak. Lalu mengangguk kecil dan memeluk lagi. Lebih erat.

Yuda tersenyum. Hari itu trauma susu stroberi di kemeja putih jadi kenangan paling manis yang pernah ia terima.

1
Esti Purwanti Sajidin
syemangat kaka,sdh aq vote👍
Marsshella: Makasi semangatnya Kaka, makasi udah mampir ya. Selamat datang di kisah Renzo dan Nadhifa 🥰
total 1 replies
kalea rizuky
najis bgt tau mual q thor/Puke/ kok bs alarik suka ma cwok pdhl dia bersistri apakah dia lavender marrige
Marsshella: di Alunala Alaric dia udah tobat kok dan punya anak kesayangan. Ini giliran ceritanya si Renzo 😭😭😭😭😭
total 1 replies
kalea rizuky
njirr kayak g ada perempuan aja lubang ta.... *** di sukain jijik bgt
kalea rizuky
gay kah
Wina Yuliani
tah ge ing ketahuan jg brp umur.mu nak
Marsshella: dah jadi pria matang ya 😭
total 1 replies
Wina Yuliani
emangnya mereeka beda berapa tahun ya thor?
Marsshella: seumuran mereka 😄. Kakeknya Renzo tuh punya simpanan muda dan itu Nadhifa anaknya Kakek Renzo ... ikutin terus ceritanya, ya, ada plot twist besar-besaran 🥰
total 1 replies
Wina Yuliani
ternyata ada kisah cinta terlarang yg nambahin kerumitan hidup nih
Marsshella: ada plot twist ntar 🔥
total 1 replies
Wina Yuliani
baru baca tapi udah seru, keren
Marsshella: Welcome to kisah Renzo dan Nadhifa, Kak. Ikutin terus ceritanya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!