Hari ini adalah hari pernikahanku, ya aku akan menikah dengan pemuda yang baru kukenal sebulan lalu. Seorang pemuda tanpa identitas yang kutemui dijalan saat hendak pulang dari desa sebelah setelah mengantar pesanan ayam kepada pelanggan di desa sebelah. Aku menolongnya karena kasihan melihat kondisinya yang berantakan dengan pakaian yang compang camping dan di penuhi luka di tubuhnya. Aku menikahinya karena terpaksa atas permintaan ibu tiriku agar aku tidak menjadi duri dalam pernikahan saudari tiriku Ayana dan kekasihnya Hendrik, meski berat untukku menikahinya tapi aku terpaksa menyetujuinya agar aku tidak diusir dari rumah ayahku yang kutinggali sejak kecil dan agar aku bisa merawat ayahku yang sakit. Akankah pernikahan ini berakhir bahagia ataukah akan menjadi neraka kedua untukku?! Ayah sanggupkah aku menjalani semua ini!? Semoga keputusan ini bukanlah keputusan yang salah untuk kebahagian semua orang. Semoga suamiku akan menjadi suami yang baik untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phoenixsoen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Yoon Gi hanya diam tidak menanggapi ucapan Lisa, dia hanya memainkan ponselnya. Tidak berapa lama Yoona keluar dari toilet dan melihat Yoon Gi tengah berbicara dengan seorang wanita. Yoona pun menghampiri meja yang di pakai Yoon Gi, Yoon Gi pun menoleh saat menyadari kedatangan Yoona dan tersenyum kearahnya. Lisa pun heran dengan perubahan sikap Yoon Gi yang tidak pernah di lihatnya.
"Dih... ternyata si kulkas itu bisa senyum juga ternyata" gumam Lisa.
Lisa pun menoleh kearah yang di lihat Yoon Gi, dia melihat seorang wanita yang berhijab dengan memakai gamis panjang dan longgar menutupi tubuhnya.
"Owh... jadi ini.. tipe cewek idamannya...?! Kok.. kampungan banget sih seleranya, pantesan aja dia gak tertarik ama gue seleranya rendah banget" gumam Lisa dalam hati.
Lisa memperhatikan interaksi Yoon Gi terhadap Yoona yang begitu berbeda dari biasanya yang dia tunjukan saat di kampus.
"Kamu sudah selesai ke toiletnya, kok cepat sekali kembalinya?!" Tanya Yoon Gi dengan senyuman di bibirnya.
"Oh... iya hanya sebentar kok aku hanya ingin cuci tangan saja setelah makan tadi. Kamu lagi bicara sama siapa tadi?" Tanya Yoona penasaran.
"Oh bukan siapa-siapa kok hanya mantan teman satu kampus dulu" ucap Yoon Gi datar.
"Ih.. kok kamu gitu sih.. mana ada mantan teman, ada juga mantan pacar atau mantan istri" kata Yoona sedikit tertawa.
"Ya ada lah... itu artinya kita memang tidak berteman lagi karena sudah tidak sekampus lagi, makanya di sebut mantan teman" sindir Yoon Gi.
"Ish.. kamu itu ada-ada saja deh, dasar" ucap Yoona.
Lisa yang mendengar hal itu merasa panas hatinya karena Yoon Gi ternyata tidak pernah menganggapnya sebagai teman. Lisa pun merasa ingin marah, namun dia tidak ingin malu dan menjadi tontonan semua orang di restoran itu. Akhirnya Lisa hanya bisa diam mendengar perkataan Yoon Gi yang terasa menyakitkan baginya. Yoona yang menyadari raut wajah Lisa yang menegang seperti ingin marah segera meminta maaf untuk meluruskan kesalahpahaman.
"Maaf ya mbak, kak Yoon Gi tidak berniat untuk menyinggung mbak kok kak Yoon Gi hanya bercanda. Saya harap mbak tidak dengan ucapan kak Yoon Gi tadi, sekali lagi saya minta maaf ya mbak" ucap Yoona tulus.
Lisa yang mendengar nama Yoon Gi yang berbeda dengan saat kuliah merasa heran, karena saat kuliah Lisa ingat betul bahwa namanya adalah Alexander yang biasa dipanggil Alex saat kuliah. Lisa pun memberanikan diri untuk bertanya apa telinganya tidak salah mendengar namanya.
"Sorry.. tadi loe bilang siapa namanya..?!" Tanya Lisa ragu-ragu.
"Kak Yoon Gi... bukankah mbak.. temannya kak Yoon Gi..?!" Tanya Yoona yang merasa heran.
"Yoon Gi... kayaknya loe salah nama deh.. soalnya yang gue tahu dia adalah Alexander yang biasa dipanggil Alex" ucap Lisa membenarkan.
"Itu nama kecil saya Yoon Gi, dia tidak salah sebut nama kok karena nama kecil ku adalah Kim Yoon Gi. Alex hanya nama lainnya" ucap Yoon Gi yang memotong pembicaraan Yoona dan Lisa.
"Iya.. mbak itu adalah nama yang diberikan oleh orang tuanya kak Yoon Gi sejak kecil. Mungkin selama ini mbak mengenalnya dengan nama yang berbeda" ucap Yoona sopan.
"Sudahlah tidak perlu di jelaskan tidak penting juga. Lebih baik kita pergi saja sekarang sebelum hari semakin siang dan semakin panas" ajak Yoon Gi.
Setelah berpamitan mereka pun pergi untuk melanjutkan urusan mereka, karena hari ini Yoona ingin melihat kondisi kantornya setelah penangkapan beberapa petingginya yang ikut dalam kejahatan Shania. Sedangkan Lisa masih sedikit jengkel dengan perkataan Yoon Gi yang menganggapnya hanya sebatas mantan teman sekampusnya. Lisa melanjutkan makannya dengan perasaan marah dan kesal.
Sementara itu nasib Ayana berbanding terbalik dengan Yoona, Hendrik memperlakukan Ayana seperti pembantu di rumahnya. Hendrik juga sering membentak-bentak Ayana jika ada pekerjaan yang tidak benar. Ayana pun merasa jengah dengan perubahan sikap suaminya yang selalu merendahkannya, Hendrik bahkan tidak pernah memberi nafkah yang layak untuk Ayana sehingga Ayana terpaksa harus menguras tabungannya untuk kebutuhan sehari-harinya.
"Nih.. tolong cuciin baju gue yang bersih dan jangan sampe rusak, awas aja kalo sampe rusak loe harus ganti baju gue" perintah Hendrik.
"Heh.. loe pikir gue ini pembantu loe yang bisa loe perintah-perintah seenaknya, tau gini gue ogah deh hidup sama loe rugi tau. Mending gue keluar dari rumah ini" bentak Ayana.
"Ya.. sudah kalo loe emang mau keluar dari sini ya silakan keluar aja pintu gue selalu kebuka buat loe dan gue juga gak pernah ngelarang loe"ucap Hendrik.
"Cih... seenaknya ya.. loe perlakukan gue seperti ini... nyesel gue pernah tergila-gila sama loe. Hari ini juga gue minta cerai dari loe" ancam ayana.
"Ya... silakan aja loe cerai dari gue, gue juga udah muak ama loe. Bagus deh kalo loe mau cerai, biar gue bisa cari lagi yang lebih kaya dari loe biar gue gak mesti susah-susah kerja buat nafkahin anak orang dan hidup gue bisa santai" hardik Hendrik pada Ayana.
Ayana pun segera membereskan barang-barangnya ke dalam koper dan pergi dari apartemen Hendrik. Sementara Hendrik hanya memperhatikan Ayana dan tersenyum puas karena dia tidak perlu repot-repot lagi mengurusi Ayana yang manja.
"Huh...akhirnya dia pergi juga baguslah karena sekarang gue gak bakal lihat dia lagi dan gak perlu lagi meladeni dia yang manja" ucap Hendrik senang.
Sementara Ayana merutuki nasibnya yang sial dengan menikahi Hendrik yang ternyata hanya memanfaatkannya.
"Cih... sial banget nasib gue harus nikah sama penipu kaya dia. Bisa-bisanya gue pernah tergila-gila sama dia.. gila kali ya.. gue udah terjerat perangkap dia. Lagian mama juga kenapa mama bisa sampe ketangkap sih, sia-sia dong rencana kita selama ini" gerutu Ayana sambil terus berjalan.
"Terus sekarang gue harus kemana lagi, masa ke rumah nenek yang kecil dan jelek itu lagi sih.. gengsi gue kalo harus balik lagi kesana. Tapi sekarang... cuma itu satu-satunya rumah yang bisa gue tempatin sekarang, lagian gue udah gak punya banyak uang tabungan buat setahun ke depan.. cih.. terpaksa deh.." Ayana terus bergulat dengan hatinya.
Dia merasa harga dirinya jatuh sejatuh-jatuhnya pasalnya dia pernah berucap tidak akan pernah kembali lagi ke rumah itu meskipun dia hidup susah sekalipun. Namun sekarang dia seperti menjilat ludah sendiri dengan kembali ke rumah peninggalan neneknya itu. Ayana pun terpaksa harus menekan egonya agar dia bisa bertahan hidup seorang diri mulai sekarang.