Melati berubah pendiam saat dia menemukan struk pembelian susu ibu hamil dari saku jas Revan, suaminya.
Saat itu juga dunia Melati seolah berhenti berputar, hatinya hancur tak berbentuk. Akankah Melati sanggup bertahan? Atau mahligai rumah tangganya bersama Revan akan berakhir. Dan fakta apa yang di sembunyikan Revan?
Bagi teman-teman pembaca baru, kalau belum tahu awal kisah cinta Revan Melati bisa ke aplikasi sebelah seru, bikin candu dan bikin gagal move on..🙏🏻🙏🏻
IG : raina.syifa32
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raina Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
"Aku istrinya? Kenapa? Kaget?" Sahut Melati ketus sambil memyingkirkan tangan wanita yang bergelayut manja di lengan kokoh suaminya. "Singkirkan tanganmu dari suamiku!"
Melati memberikan tajam pada suaminya. "Kamu juga mas, kenapa diam saja saat perempuan ini pegang-pegang kamu? Lebih nyaman ya mas?" Sindir Melati. Revan buru-buru menjauh dari Dewi.
Dewi menatap Revan dengan mata yang mulai berkaca-kaca, hatinya terasa nyeri dan kecewa yang mendalam. Wajahnya memucat, bibirnya bergetar saat mencoba menahan air mata yang hendak jatuh. Suasana di tempat itu tiba-tiba terasa sunyi, hanya terdengar napas Dewi yang tersengal dan suara gemuruh hati yang berdebar keras di dada. Ketika Dewi mengumpulkan keberanian untuk berbicara, suaranya terdengar gemetar. Ia menatap tajam ke arah Revan, lalu mengajukan pertanyaan yang mengandung keputusasaan, "Aa Revan? Bukannya kamu berjanji akan menceraikan istrimu dan menikahiku?" Kata-katanya keluar perlahan, suara hampir berbisik, namun penuh beban emosional yang menggelegak di dalamnya.
Semua yang ada di tempat itu terdiam seketika, terkejut mendengar pengakuan Dewi yang tak terduga. Melati menatap suaminya tajam seolah mengintimidasi mata, Sandra mengerutkan dahi, namun semua menunggu reaksi Revan dengan penuh rasa penasaran. Revan tiba-tiba menatap Dewi dengan ekspresi datar, tak peduli dengan perasaan Dewi yang hancur.
"Jangan bicara sembarangan kamu Wi, terlintas di benakku pun nggak Wi, buat nikahi perempuan manipulatif kayak kamu."
Ia menatap Dewi dengan tatapan penuh kebencian yang tersembunyi di balik wajah datarnya, kemudian menambahkan, "Istriku lebih dari segala-galanya, dia adalah istri terbaik yang pernah aku miliki," sambil menarik bahu Melati ke dalam dekapannya, menunjukkan bahwa ia benar-benar berkomitmen pada istrinya dan tidak akan tergoyahkan oleh pengakuan Dewi.
"Aa!! Kamu masih ingat kan? Kamu yang merenggut kebahagiaanku, dan kamu harus menebusnya. Kamu harus menikahiku Aa!"
Revan menghela nafas berat menatap Dewi penuh rasa bersalah. "Aku memang telah menghilangkan nyawa suamimu Wi, tapi bukan berarti aku harus bertanggungjawab dengan menikahimu."
Dewi belum sempat melontarkan kata-kata yang menyudutkan Revan, dari arah pintu rumah seorang lelaki tua keluar dengan langkah tergopoh-gopoh. "Dewi, tamunya dipersilakan masuk. Nggak baik ngobrol di halaman panas-panas kayak gini."
Dewi menatap Melati dengan tatapan nyalang. "Perempuan ini datang ingin merebut kebahagiaanku, abah."
Abah tampak kebingungan. Pada saat itu, Sandra maju selangkah sambil mengeluarkan kalimat yang membuat semua orang terdiam. "Saya adalah ibunya Revan, dan ini adalah menantu saya. Sebagai ibu mertua, saya juga punya hak untuk melindungi anak dan menantu saya, serta menyelamatkan rumah tangga mereka."
Abah menatap Dewi dengan tatapan lembut, lalu tersenyum tenang, seakan ingin meredakan gelisah di hati mereka. "Mari kita masuk, nyonya. Kita bicarakan ini baik-baik, secara kekeluargaan k," ucapnya sambil menunduk sedikit, suara penuh ketenangan.
Sandra mengangguk pelan, mencoba untuk tenang . "Baiklah, Abah. Ayo, Revan Melati."
Mereka bertiga mengikuti langkah Abah yang melambat masuk ke dalam rumah. Begitu duduk, Abah menarik napas panjang, seakan menenangkan gelombang perasaannya.
"Nyonya, jujur saja, kami sangat terpukul atas kepergian menantu saya secara tragis, terlebih Dewi yang masih muda dan baru satu bulan menikah. Apalagi sekarang dia sedang mengandung. Dia tak punya tempat bersandar dan berkeluh kesah, Nyonya. Semuanya terjadi karena ketidaksengajaan putra nyonya."
Sandra mengangguk dan mencoba mengerti. "Iya saya tahu Abah, apa yang dirasakan Abah dan Dewi putri Abah, tapi apa mau dikata ini sudah takdir dan kuasa Allah. Kami akan bertanggungjawab, kami akan menanggung semua kebutuhan Dewi dan anaknya kelak sampai tercapai cita-citanya."
Dewi menggeleng pelan, matanya tetap menatap tajam tanpa sebersit rasa malu. Suaranya bergetar tapi tegas saat memohon, membuat suasana di ruangan itu sesak. "Saya mau aa Revan."
Ia lalu berpaling ke Melati, menunduk dan duduk bersimpuh di depan wanita itu. Melati terpaku, matanya melebar penuh keterkejutan. "Saya mohon, mbak. Ijinkan aa Revan menikahi saya. Saya ikhlas jadi yang kedua. Saya yakin aa Revan bisa berlaku adil pada istri-istrinya."
Revan hanya bisa terdiam, bibirnya menganga tanpa kata. Melati menarik tangan Dewi dengan kasar, suara dinginnya menusuk. "Bangunlah, Dewi. Apa kamu sudah kehilangan harga diri sampai minta suami orang buat menikahimu? Jangan rendahkan dirimu sendiri."
Wajah Dewi membara, pipinya memerah, campur aduk antara malu, marah, dan benci membuncah dalam dadanya. "Baiklah mbak, saya akan membawa kasus ini ke jalur hukum dan saya pastikan suami mbak akan mendekam dipenjara!" ancam Dewi dengan suara bergetar, menantang semua yang hadir.
Melati dan Sandra terkejut melihat kenekatan perempuan muda dihadapannya. Akan tetapi Revan mencoba bersikap tentang.
"Baik, m Lebih baik aku dipenjara dari pada aku menduakan istriku."
dari dulu kok melati trus yg nerima siksaan dan kjhtan,
Ini perempuan siapa lagi yang ganti nyulik Melati.
Kalau punya suami ganteng, mapan dan kaya banyak pelakor bersliweran pingin gantiin istri sah. Semoga Revan bisa nolong Melati dan anaknya. Kasihan......