Kisah seorang gadis bernama Kanaya, yang baru mengetahui jika dirinya bukanlah anak kandung di keluarga nya saat umurnya yang ke- 13 tahun, kehadiran Aria-- sang anak kandung telah memporak-porandakan segalanya yang ia anggap rumah. Bisakah ia mendapatkan kebahagiaannya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BUK- 26 : Berbaikan
Pagi itu suasana sekolah terasa berbeda bagi Kanaya. Setelah makan malam penuh drama, lalu di lanjut drama yang di buat Aria di meja makan tadi, juga perubahan sikap Areksa, dan kini notifikasi pesan dari Adelia membayangi kepalanya. Semalam setelah dia membalas 'iya' tak jawaban lagi dari Adelia, dan Kanaya pun bukan tipe orang yang bisa membangun topik pembicaraan, padahal sikapnya dulu sangat ceria, namun sekarang ia berubah menjadi orang lebih tertutup dan introvert.
Saat ini ia melangkah kan kaki dengan hati yang di liputi kecemasan sekaligus harapan.
Di gerbang sekolah, langkahnya sempat melambat ketika matanya menangkap dua sosok yang begitu familiar. Rena dan Adelia.
Mereka berdiri berdekatan, seolah memang menunggu seseorang. Tatapan mereka beradu dengan Kanaya. Sesaat, keheningan terasa begitu panjang.
Kanaya menelan ludah, dadanya berdegup. "Apa mereka masih marah? atau... sengaja mau menyudutkan ku lagi? "
Berbagai pikiran bercokol di kepalanya hingga dia tak berani maju. Namun tidak terduga, Adelia yang justru maju ke lebih dulu, suaranya bergetar tapi tulus. "Nay ... maaf ya, kalau kemarin- kemarin ada sikap kami yang bikin kamu sakit hati. "
Rena di samping nya juga ikut menyambung, nada suaranya sedikit bergetar karena matanya sudah berkaca- kaca. "Iya Nay, aku juga sadar ucapan ku waktu itu mungkin sudah kelewatan, aku sungguh kebawa emosi saat itu, maaf ya Nay. Tolong maafkan kami. "
Kanaya terpaku, rasanya seperti ada sesuatu yang mencair dalam dadanya. Meski berusaha keras menahan, matanya terasa panas. Wajahnya menegang, menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Aku ... " Kanaya berbisik pelan, suaranya nyaris patah. "Tidak... harusnya aku yang meminta maaf ke kalian, aku juga salah, aku egois aku yang bertindak implusif waktu itu, aku yang buat kalian pergi. "
"Nay, padahal kami ingin mengatakan ini padamu sejak kemarin, tapi sadar sikapmu jadi semakin dingin dan menjauh diri, tapi sungguh kami tak pernah benar-benar ingin meninggalkan mu. "
Kanaya menggeleng, bibirnya bergetar. "Tidak. Padahal... cuma kalian yang enggak memandang rendah aku. Kalian beda... Enggak kaya mereka ... enggak kaya orang lain yang seenaknya mencap ku anak pungut."
Kedua temannya langsung menatap dengan mata membulat, lalu tanpa ragu mereka maju dan mendekap Kanaya dengan erat.
"Nay... jangan bilang kaya gitu. Buat kami, enggak peduli apapun asal- usulmu, kamu adalah sahabat kami, " ucap Adelia dengan lirih diikuti dengan anggukan Rena.
Pelukan itu sederhana, tapi hangatnya merembes sampai ke hati terdalam Kanaya. Rasa sesak, sakit dan kesepian yang ia pikul perlahan luruh.
Untuk pertama kalinya sejak lama .... ia tidak merasa sendirian lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari ini terasa begitu berbeda. Di kelas, Kanaya, Rena dan Adelia kembali duduk berdekatan. Obrolan mereka mengalir dengan ringan, tentang drama Korea terbaru, tentang trend yang ada di tiktok saat ini, berita tentang Idol k-pop yang lagi trending, sampai gosip ringan di sekolah. Sebenarnya Kanaya masih belum terbiasa untuk situasi ini namun ia berusaha untuk tetap nimbrung dengan pembicaraan meski ia tak terlalu paham, ia ingin menghargai usaha mereka untuk membuatnya bisa seperti siswi lainnya yang berbaur dan update cerita terbaru.
Brandon, siswa paling nakal di kelas ips X1 ips5, tiba-tiba mendekat dan menyahut obrolan mereka. "Wih ciwik- ciwik cantik, lagipada gosipin apa ni? " gayanya memang petentang- petenteng dan tengilnya itu membuat Kanaya teringat pada seseorang.
Adelia yang memang selalu dongkol dengan cowok itu langsung mencebik. "Lagi ngomongin lo ndon? kenapa? "
"Widih, ngomongin gue, ngomongin apa ni?" Brandon mengedip- ngedip kan matanya, selain petentang- petenteng, cowok ini juga genit. Playboy cap bango.
"Apasih lo ndon, sono gih pergi! bukan ranah cowok playboy kaya lo! " sungut Rena, kesal.
"Idih, santai aja ladies! " seru Brandon, matanya berpindah dengan cepat ke arah Kanaya. "Cantik banget lo nay, pantes Revan-- idola sekolah ini sampe patah hati banget, " katanya lalu tertawa.
"Eh, tau dari mana lo ndon berita itu? " tanya Adelia.
"Yeuh! udah nyebar satu sekolah kali. Gak tau beritanya tetep trending loh sampe sekarang? "katanya dengan gaya songongnya.
Rena merasa kesal lalu menggeplak lengan cowok itu. " Ih udah sono pergi lo! malah lo yang lebih gosip dari kita. "
Brandon sedikit berjengit lalu bersungut-sungut. "Yeuh, orang gua jawabin pertanyaan si Adelia. Dasar lu gendut! "
Rena mendelik, kekesalan membuat nya hendak melempar cowok itu dengan buku paket di tangannya namun Brandon dengan secepat kilat pergi meninggalkan gema tawa yang terdengar menyebalkan di telinga Rena.
Inilah yang tidak suka dengan lelaki semacam Brandon ini, selain nakal mulutnya pun minta di hajar, para murid cowok di kelas ips ini emang bener gak ada ahlak!
"Nay, jangan dengerin ucapan dia ya, si Brandon emang agak sedeng orang nya! "
Kanaya tersenyum. "Gak apa- apa guys, berita kaya gitu bukan sesuatu yang bisa di banggain juga.
Lalu kedua temannya menganggukkan setuju.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Saat jam istirahat tiba, mereka bertiga keluar kelas dan langsung menuju kantin.
Ada satu kantin yang selalu ramai di kunjungi, yakni warung mbok Sumi, yang menjajakan berbagai makanan juga menyediakan tempat untuk lesehan dengan kursi lengkap dengan meja panjang.
Ketiga gadis itu duduk di kursi yang tersedia, di ujung matanya Kanaya bisa menangkap pemandangan Aria bersama gengnya Revan. Mereka sampat melirik satu sama lain, kemudian Aria tersenyum seolah ingin menunjukkan kedekatannya bersama Revan.
Namun apakah Aria pikir Kanaya bakal peduli? tentu saja tidak. Dia juga tidak berpura-pura untuk tidak melihat karena itu akan menegaskan jika ia peduli maka Kanaya hanya menatap saja tanpa bermakna apa- apa.
Mereka lalu mulai memesan jajanan, Tiga porsi mie cilok pedas, es teh manis dan roti bakar coklat keju.
Sambil menunggu pesenan mereka melanjutkan perbincangan kembali yang sempat tertunda di kelas tadi.
"Eh tau gak? katanya udah resmi loh jadian sama Aria. "
"Hah serius lo anjirr?! "
"Iya, kaget gak lo pada?! "
Bisik- bisik terdengar di antara mereka, berita yang menjadi trending topik hari ini Revan yang resmi jadian dengan Aria. Hal itu menimbulkan berbagai reaksi dari murid lain terkhusus buat yang mengidolakan Revan, sebagian turut bahagia namun sebagian juga merasa iri.
Lantas menyadari ada Kanaya di sana, mereka malah semakin bersemangat dan seolah ingin memanas- manasi.
"Eh, serius, tapi emang cocokan sama Aria gak sih? "
"Iya loh, yang inimah setara sama- sama aura old money nya keluar. "
"Gak kaya yang itu ... ups! si pickme yang pengen beda sendiri kali ya. "
"Mungkin menurut dia nolak most wanted sekolah kaya Revan bakal bikin keliatan dia keren dan beda tapi malah keliatan rendah, hahaha. "
"Inimah namanya di campakkan kerikil, dapat berlian. Ada hikmah nya juga dia nolak Revan waktu itu, hahaha. "
Tawa meledak seketika dari berbagai sudut kantin yang memang kondisinya sedang lenggang saat itu, Rena dan Adelia ingin mereka pelajaran namun Kanaya menahan.
"Gak apa- apa, ngeladenin orang kaya mereka sama aja buang- buang energi. "
Akhirnya Adelia dan Rena duduk kembali, bertepatan dengan itu pesanan mereka tiba lantas mereka memilih menikmati makanan yang ada di depan mereka.
Aria menatap pemandangan itu dengan tersenyum bangga.
"Hahaha mampus lo Nay, enakkan jadi bulan- bulanan mereka? apapun yang bahkan hampir jadi miliklo bakal gue ambil nay! "
*****