Ketua OSIS yang baik hati, lemah lembut, anggun, dan selalu patuh dengan peraturan (X)
Ketua OSIS yang cantik, seksi, liar, gemar dugem, suka mabuk, hingga main cowok (✓)
Itulah Naresha Ardhani Renaya. Di balik reputasi baiknya sebagai seorang ketua OSIS, dirinya memiliki kehidupan yang sangat tidak biasa. Dunia malam, aroma alkohol, hingga genggaman serta pelukan para cowok menjadi kesenangan tersendiri bagi dirinya.
Akan tetapi, semuanya berubah seratus delapan puluh derajat saat dirinya harus dipaksa menikah dengan Kaizen Wiratma Atmaja—ketua geng motor dan juga musuh terbesarnya saat sedang berada di lingkungan sekolah.
Akankah pernikahan itu menjadi jalan kehancuran untuk keduanya ... Atau justru penyelamat bagi hidup Naresha yang sudah terlalu liar dan sangat sulit untuk dikendalikan? Dan juga, apakah keduanya akan bisa saling mencintai ke depannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Reaksi Kaizen
Happy reading guys :)
•••
Suara bel rumah berbunyi terdengar, membuat Naresha yang saat ini sedang asyik membalas chat dari tiga orang cowok sambil sesekali melirik ke arah Kaizen seketika menghentikan aktivitasnya. Ia menaruh handphone di atas meja makan, bangun dari tempat duduk dan segera melangkahkan kaki menuju pintu utama rumah untuk mengambil pesanan makanannya yang telah sampai.
Sepanjang perjalanan, Naresha kembali mengukir senyuman tipis penuh akan arti kala sudah tidak sabar melihat ekspresi wajah murung milik Kaizen ketika sang mama mertua memarahi suaminya itu—karena terlalu sering makan mie instan.
Begitu pintu utama rumah terbuka, Naresha menerima dua kantong plastik pemberian kurir pengantaran makanan, lantas mengucapkan terima kasih sambil memberikan sedikit uang tip sebagai apresiasi karena telah mengantarkan makanannya dengan sangat cepat.
Setelah kurir makanan telah pergi, Naresha kembali masuk ke dalam rumah—tidak lupa mengunci pintu—sebelum melangkahkan kaki dengan sangat ringan menuju ruangan makan berada.
Senyuman tipis Naresha sedikit merekah, saat dirinya melihat perubahan pada ekspresi wajah Kaizen ketika baru saja memasuki ruangan makan. Ia bersenandung kecil seraya dengan sangat santai mendudukkan tubuh di tempat semula, lantas sesegera mungkin mengeluarkan makanan yang telah dirinya pesan dari dalam kantong plastik—berpura-pura tidak tertarik dengan ekspresi yang tengah sang suami tunjukkan saat ini.
“Wah … memang selalu bikin ngiler,” gumam Naresha saat melihat Chicken Croissant Sandwich dan juga Brown Sugar Boba Latte with Cheese Foam yang telah dirinya pesan beberapa menit lalu.
Tanpa menunggu waktu lama, Naresha mulai menikmati makanan itu dengan sangat tenang sambil mengukir senyuman manis penuh kebahagiaan. Namun, itu tidak berlangsung lama, karena ia refleks mengangkat kepala dan menatap ke arah Kaizen kala sang suami tiba-tiba saja membuka suara.
“Lu lapor ke mama?” tanya Kaizen, suaranya terdengar sangat datar, sembari menatap wajah cantik Naresha dengan masih menunjukkan ekspresi penuh kekesalan serta murung.
Naresha sedikit mengerutkan kening sambil mengunyah makanan yang berada di dalam bibir mungilnya—berusaha berpura-pura tidak mengetahui apa-apa—sebelum pada akhirnya membuka suara setelah menelan makanannya. “Lapor apaan?”
“Soal gue makan mie instan,” jawab Kaizen cepat.
Naresha mengedipkan mata beberapa kali, mengambil gelas plastik berisikan Brown Sugar Boba Latte with Cheese Foam dari atas meja, kemudian meneguknya secara perlahan-lahan untuk menghilangkan rasa haus pada tenggorokannya.
“Kurang kerjaan banget gue ngelaporin lu soal kayak gituan ….” Naresha menaruh gelas di tempat semula, sebelum melanjutkan aktivitas sarapannya. “Lagian juga nggak ada untungnya buat gue … mau lu makan mie terus sakit juga … yang ngerasain itu lu … bukan gue. Jadi, buat apa gue ngelapor ke mama?”
Kaizen spontan berdecak pelan saat mendengar penjelasan Naresha. Ia segera bangun dari atas tempat duduknya, melangkahkan kaki menuju ruangan dapur sambil membawa piring yang telah kosong—mencucinya sebelum melanjutkan aktivitasnya pada hari Sabtu ini.
Sepeninggal Kaizen, Naresha mengukir senyuman manis penuh kepuasan di wajah cantiknya, sembari menggerakkan kepala ke kanan dan kiri ketika merasakan kenikmatan sangat luar biasa dari makanan yang sedang dirinya nikmati pada pagi ini.
“Perfect move, Naresha … pagi hari diawali dengan kebahagiaan ngelihat Kaizen menderita … next … kita nikmati hari ini dengan senyuman bahagia. Karena akan terus ngelihat penderitaan dari cowok ngeselin itu.”
•••
“Memang cowok-cowok gila selangkangan … kalian pikir chat romantis kayak gini bisa bikin gue luluh terus mau ngelakuin hal-hal mesum sama menjijikan itu … mimpi! Naresha Ardhani Renaya udah kebal sama yang kayak gini … Yang ada kalian berdua gue bikin susah move on dan juga gue porotin sampai miskin.”
Naresha mengukir senyuman tipis penuh akan arti setelah membaca beberapa chat dari dua orang cowok mesum yang kemarin malam baru saja dirinya kenal di dalam club malam. Ia diam sejenak, menyandarkan punggung ke headboard kasur untuk mengistirahatkan tubuh setelah selesai menikmati sarapan beberapa menit lalu, sebelum pada akhirnya mulai menggerakkan kedua ibu jarinya guna mengetikkan sesuatu pada keypad handphone.
Setelah mengetikkan beberapa chat dan mengirimkannya kepada dua orang cowok mesum itu, Naresha mengangkat kepala dan mengalihkan pandangan ke arah tempat kamar mandi berada ketika mendengar suara pintu sedang dibuka oleh seseorang.
Naresha sedikit mengerutkan kening, saat melihat Kaizen keluar dari dalam kamar mandi dengan mengenakan pakaian sangat rapi—pakaian yang terakhir kali dirinya lihat saat mereka menghadiri acara makan malam keluarga beberapa hari lalu.
“Rapi banget … mau ke mana dia pagi-pagi gini,” batin Naresha, mata indahnya mengikuti pergerakan Kaizen—mengabaikan balasan yang telah diberikan oleh dua cowok itu di dalam layar handphone.
Kaizen melangkahkan kaki mendekati meja rias milik Naresha, mengambil salah satu parfum favoritnya dari sana, sebelum mengenakannya ke beberapa bagian tubuh dengan cukup banyak—membuat aroma wangi mulai memenuhi seluruh bagian dalam ruangan kamar mereka.
Setelah selesai mengenakan parfum, Kaizen berjalan mendekati tempat Naresha berada sekarang ini, mengambil kunci motornya dari atas meja samping kanan tempat tidur mereka.
Kaizen sedikit mengerutkan kening ketika menyadari Naresha sedang mengamatinya tanpa mengedipkan mata beberapa kali. Ia mengukir senyuman penuh kejahilan, lantas tanpa aba-aba bertepuk tangan tepat di hadapan istrinya itu.
“Woy! Lu terpana, ya, sama ketampanan gue,” seru Kaizen, terkekeh pelan saat melihat Naresha membelalakkan mata sempurna akibat hal yang telah dirinya lakukan.
Naresha spontan menoleh ke arah lain dengan sangat cepat, berusaha menutupi rasa salah tingkah yang tiba-tiba aja muncul begitu saja. Ia segera meraih bantal kecil dari sampingnya, lalu tanpa aba-aba sesegera mungkin melemparkannya ke arah Kaizen.
“Ngaco! Siapa juga yang terpana … jangan halu, deh, Kebo Sialan!” sahut Naresha, nada suaranya berubah menjadi tinggi, tetapi kedua pipi putihnya entah kenapa justru mulai berubah menjadi merah merona samar—seakan itu pertanda jelas kalau tuduhan sang suami barusan memang kena sasaran.
Kaizen dengan begitu sangat mudah menangkap bantal lemparan Naresha, lantas segera meletakkannya kembali ke tempat semula sambil mengukir senyuman penuh akan arti. “Aaaa … nggak terpana, ya? Tapi … kenapa sampai nggak ngedip gitu natap mu—”
“Pergi sekarang sebelum gue berubah pikiran dan bikin lu nyesel seumur hidup!” potong Naresha dengan sangat cepat, lantas memberanikan diri untuk menatap wajah Kaizen dengan sorot mata penuh akan emosi.
Kaizen menundukkan kepala, mendekatkan wajah mereka berdua, sebelum berbisik dengan nada penuh akan godaan. “Oke, oke … gue cabut dulu, Cantik … Doain gue selamat di jalan, ya … dan tolong jadi istri yang baik di rumah.”
Naresha membelalakkan mata sempurna saat mendengar bisikan itu, lantas sesegera mungkin mendorong dada bidang Kaizen agar menjauh dari dinding. “Dasar Kebo Sialan … Pergi!”
Kaizen mengukir senyuman tipis penuh kepuasan, lantas tanpa mengatakan apa-apa lagi segera melangkahkan kaki keluar dari dalam kamar dengan aura penuh rasa percaya diri yang membuat Naresha semakin bertambah kesal karenanya.
To be continued :)