Alseana, penulis muda berbakat yang masih duduk di bangku SMA, tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah hanya karena sebuah novel yang ia tulis. Cerita yang awalnya hanya fiksi tentang antagonis penuh obsesi, tiba-tiba menjelma nyata ketika Alseana terjebak ke dalam dunia ciptaannya dan menjadi salah satu tokoh yang berhubungan dengan tokoh antagonis. Saat Alseana masuk kedalam dunia ciptaannya sendiri dia menjadi Auryn Athaya Queensha. Lebih mengejutkan lagi, salah satu tokoh antagonis yang ia tulis menyadari rahasia besar: bahwa dirinya hanyalah karakter fiksi dengan akhir tragis. Demi melawan takdir kematian yang sudah ditentukan, tokoh itu mulai mengejar Alseana, bukan hanya sebagai karakter, tapi sebagai penulis yang mampu mengubah nasibnya. Kini, cinta, kebencian, dan obsesi bercampur menjadi satu, membuat Alseana tak tahu apakah ia sedang menulis cerita atau justru sedang hidup di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suka rasa Strawberry!
"Non kenapa bangun pagi sekali? dan kena Non Rhea sudah di dapur jam lima gini?" Tanya Bi Dira yang baru ingin memasak sarapan langsung terkejut melihat nona mudanya sudah berada di dapur dan sedang memasak sesuatu.
"Hehehe iya bi, aku mau buat bekal." Ucap Auryn sambil memasukan bumbu ke dalam wajan.
"Kenapa tidak menyuruh bibi saja non? non Auryn nanti cape dan saya pasti dimarahi oleh tuan."
"Papa ga mungkin marah kok, kalau bibi ga ngasih tahu." Ucap Auryn yang sibuk memasak nasi goreng spesial.
Bi Dira hanya menggelengkan kepalanya dan juga ikut membantu Auryn untuk mempersiapkan semuanya. Hingga beberapa menit kemudian nasi goreng buatan Auryn sudah jadi.
"Ini wadahnya non."
"Jangan pink bi, masak pink." Ucap Auryn dengan menolak wadah bekal makanan tersebut.
"Kan non Ryn perempuan, jadi bukannya a masalah jika warnanya pink?"
"Yang lain aja bi, yang warna netral."
Bi Dira mengangguk dan mencarikan wadah yang diminta oleh nonanya, dan sekarang dia membawakan bekal berwarna hijau muda dengan gambar kodok disana.
Auryn sebenarnya ingin minta ganti lagi tapi kasian Bi Dira yang bolak balik sehingga ia menerima wadah itu dan memasukkan nasi gorengnya ke dalam wadah. Tak lupa ia menambahkan topping nugget dan beberapa timun disana agar terlihat enak.
"Yeay sudah selesai, Aku keatas dulu mau mandi." Ucap Auryn dengan riang.
Bi Dira hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Apakah nona sedang dekat dengan teman lelakinya? apa yang kemarin ya?" Gumam Bi Dira sambil tersenyum-senyum yang ikut merasakan gelora asmara anak sekolahan.
Disisi lain Auryn segera bergegas untuk membersihkan dirinya dan segera mandi lalu memakai seragam sekolahnya. Dengan polesan sedikit di wajahnya dan pewarna sedikit di bibirnya membuat tampilannya semakin fresh.
"Perfect! Oke Auryn semangat, mari menjalankan misi membuat Fredo bahagia." Ucap Auryn dengan semangat.
Bukan tanpa alasan dia seperti ini karena semalaman dia hampir tak tidur mengingat ketikannya yang jahat yang menuliskan betapa tragisnya kehidupan Fredo sejak kecil.
Walaupun dia tak bisa memutar balikkan waktu dan membantunya mengembalikan semuanya namun setidaknya dia ingin merubah kehidupan Fredo kedepannya bagaimana dia bisa menjadi pria yang ceria dan tak suram lagi hingga mencarikan dia wanita yang pantas mendapatkannya hingga dia melupakan rasa traumanya di masa kecil.
Setelah selesai bersiap dia langsung turun ke bawah karena jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.
"Selamat pagi papa, mama!!" Ucap Auryn dengan nada cerah pagi ini.
"Pagi sayangnya mama."
"Pagi."
"Oiya hari ini Daddy akan menjemputku sekolah jadi nanti pak Adit tak perlu menjemputku." Ucap Auryn karena setelah mengetahui semuanya dan kembali lagi ke rumah papa mamanya dia juga menceritakan ke papa mamanya jika dia tahu cerita sesungguhnya dan tak ada yang salah semua yang dikatakan adalah jujur.
Namun mama dan papa tidak rela melepaskan Auryn begitu saja apalagi mereka sudah merawat Auryn sejak bayi dan mama Analise yang melahirkannya.
"Tapi nanti kau pulang kan sayang?" Tanya mama Analise dengan nada cemasnya.
"Sepertinya aku akan tidur di mansion Maximilian ma, apakah tak boleh?"
"Та-"
"Berapa hari?' Tanya tuan Marava dengan dingin.
"Mungkin malam ini pa, aku ada sesuatu disana jadi aku akan menginap. Gapapa kan?" Tanya Auryn.
"Hm, jangan terlalu betah disana." Ucap tuan Marava dan melanjutkan membaca koran paginya.
Auryn hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum lalu memasukkan sandwich ke dalam mulutnya.
"Makan yang banyak sayang, ku lihat kau semakin kurus. Jangan memikirkan apapun okey? nanti kau sakit, ini minum susunya." Mama Analise meletakkan segelas susu hangat di depan Auryn. Dan Auryn mengangguk saja, lalu meminum susu tersebut dan berdiri.
"Aku akan pergi sekolah." Ucap Auryn lalu salim kepada kedua orang tuanya dan keluar untuk menemui pak Adit.
"Sayang, apakah putri kita akan memilih keluarga itu?" Ucap nyonya Analise dengan khawatir.
Tuan Marava hanya menghela nafasnya saja.
"Kita sudah berjanji dan putri kita dewasa, jalan tengahnya hanya membebaskan putri kita dimana tempat ternyamannya. Jika putri kita lebih memilih untuk tinggal disini maka akan aku pikirkan cara apapun agar keluarga itu tak mengusik Auryn lagi." Ucap tuan Marava.
Karena bagaimanapun keluarga Maximilian telah membantu menyelamatkan anak mereka, jika tidak maka tak mungkin dia memiliki anak secantik Auryn sekarang.
Nyonya Analise mengangguk, namun hatinya masih saja belum merelakan jika putrinya akan memilih keluarga itu.
"Lho sayang, kenapa kembali lagi?" Nyonya Analise terkejut saat Auryn tiba-tiba kembali ke meja makan.
"Bekal Auryn ketinggalan mah." Ucap Auryn lalu mengambil bekal kotak hijau kodoknya lalu pergi lagi karena dia hampir telat datang ke sekolah.
Nyonya Analise tersenyum dan tak habis pikir dengan kelakuan putrinya tersebut.
......................
"Makasih paman merepotkanmu lagi hehe, apakah setelah ini kita akan bertemu?" Tanya Erzabell karena kini dia diantarkan sekolah oleh Maven dengan mobil Jeep nya.
"Tidak." Ucapnya dengan dingin.
"Tak apa, aku sudah hafal alamatnya kok. Aku akan main sesekali bersama Ayana, paman suka Auryn kan?" Tanya Erzabell dengan wajah cerahnya walaupun hatinya sedikit mendung.
"Saya ada urusan di luar negeri. Cepat turun." Ucap Maven yang segera ingin pergi karena ada rapat pagi hari ini.
Erzabell yang mendengar itu sedikit cemberut lalu turun dari mobil. Namun setelah turun dia tersenyum lagi sambil melambaikan tangannya.
"Sampai jumpa paman!!" Ucap Erzabell dengan berteriak hingga semua orang mengalihkan perhatiannya kepadanya.
Auryn yang juga baru dari gedung IPS melihat Erzabell yang berada di depan gerbang sekolah. Dia langsung menghampiri sahabatnya tersebut dengan segera.
"Erzabell, lo udah sembuh????" Ucap Auryn dengan ceria juga.
"Udahhh dong, apalagi tadi dianterin paman tampan." Ucap Erzabell dengan tersenyum-senyum sendiri.
"Siapa? Daddy Cassian?" Tanya Auryn.
"Bukan, Paman Cassian jarang mengobrol denganku malah dia terlalu sibuk di kantor hingga tak pulang. Jadi aku di mansion itu cuma ada paman Maven."
Auryn menahan tawanya saat mendengar jika kakaknya disebut paman oleh sahabatnya.
"Panggil dia kak Maven Bell, dia belum setua itu." Ucap Auryn.
Mereka berdua mengobrol sambil berjalan masuk, mereka tak sadar jika mereka sekarang menjadi pusat perhatian.
Apalagi aura Erzabell yang berbeda dari biasanya yang membuat pria-pria tak berpaling darinya.
"Tapi dia diam saja aku panggil paman, Oiya Ryn lo suka paman Maven ngga?" Tanya Erzabell langsung.
Auryn yang mendengar itu tersedak ludahnya sendiri hingga terbatuk-batuk.
"Ihh lo kenapa? jadi lo suka?" Tanya Erzabell dengan wajah mendung.
"Dia kakak gue bego!" Ucap Auryn dengan menoyor kepala Erzabell pelan.
"Ha? kakak?" Erzabell sedikit ngelag sebentar.
"Sejak kapan lo punya kakak? pasti lo boong kan???"
Auryn menghela nafasnya lalu mendengar bel masuk sudah berbunyi.
"Kapan-kapan gue jelasin, ayo masuk kelas dulu hari ini pelajaran matematikanya bu Mia." Ucap Auryn.
"Dih itu kan elooo, untung pagi ini pelajaran guee.... Eh anjir gue Kimia!!!! mana pak botak lagi yang ngajar. Gue pergi dulu!!!" Ucap Erzabell lalu segera berlari karena pak botak adalah manusia paling on time sedunia bahkan tak pernah terlewat satu detik pun untuk masuk kelas.
Auryn yang melihat itu terkekeh lalu juga ikut masuk ke dalam kelasnya.
Di parkiran anak Stofor mengamati semua tingkah laku Erzabell dan Auryn tadi. Bahkan mereka tahu jika Erzabell diantar oleh pria yang dia post di Ig kemarin.
"Erzabell hebat sih, belum seminggu putus sama Haizar langsung gaet pria mapan. Tentara lagi, tapi keknya dia punya jabatan penting." Ucap Rion mengganggumu Erzabell.
"Putus? Heloowww mereka aja ga pernah pacaran, cuma hampir tunangan tapi batal. Harusnya disebut calon tunangan yang batal. Haha." Elang yang bermulut blak-blakan itu berani mengompori Haizar padahal dia tahu sendiri dia saat ini sedang sangat sensitif.
"Tapi bagus deh, Erzabell akhirnya menemukan cowo yang pantas." Ucap Angkasa lalu dia berjalan masuk ke kelas.
Naren pun ikut masuk ke kelas dan diikuti yang lainnya namun Haizar masih diam tak bergeming. Dia meremas puntung rokok dengan telapak tangannya dengan kuat lalu melemparnya.
"Sialan."
......................
"Punya siapa ini?" Tanya Fredo dengan dingin pada teman sekelas yang dekat dengan bangkunya.
"T-tidak tahu." Ucap cowo yang menjawab pertanyaan Fredo dengan tergagap.
Fredo menaikkan alisnya lalu mengangkat kotak makan warna hijau tersebut.
"Cih kodok jelek punya siapa ini." Gumamnya namun saat ia mengangkat terdapat sebuah note di bawahnya.
Dia pun langsung membacanya.
Dimakan yaa!!
Lo pasti belum sarapankan?
Semangatt Fredo!!!!
Dari: Auryn:)
"Cih kodok jelek ini pasti tak enak." Gumamnya lalu dia duduk dan memakan nasi goreng tersebut.
Tanpa sadar dia tersenyum dan menghabiskan nasi goreng tersebut tanpa sisa sebutir nasi pun, dia juga meminum susu kotak rasa coklat tersebut hingga tandas.
"Padahal gue suka rasa strawberry." Gumam pria itu lalu menyimpan bekas susu kotak itu di dalam tasnya.
Entah kenapa mood nya pagi ini sangat baik, bahkan teman sekelasnya juga merasakan euforia yang sangat langka ini.
......................
"Kita perlu bicara." Haizar tiba-tiba menarik tangan Erzabell yang sedang bersama tuannya di kantin.
"Lo apa-apaan si Zar! Lo selalu aja ganggu Erzabell padahal dia gak pernah ganggu Lo." Ucap Zamora yang tak terima Haizar berlaku kasar lagi pada Erzabell.
"Gue ga ada urusan dengan Lo! Minggir!"
Zamora tetap menghadap Haizar yang akan membawa Erzabell pergi.
"Haizar, gue udah ga gangguin lo apalagi ratu ongol-ongol lo. Jadi lepasin gue." Ucap Erzabell dengan dingin dan menatap tajam pada Haizar.
Haizar yang melihat itu terkejut, mata yang dulu berbinar dan penuh cinta sudah tak ia lihat lagi di mata gadis itu.
Tatapan gadis itu menusuk dan tatapan kebencian yang terlihat sangat jelas, Haizar langsung terkekeh melihat itu.
"Apa ini cara lo biar gue mau jadi tunangan lo lagi dan meneruskan tunangan yang gagal kemarin?" Ucap Haizar dengan tatapan remeh pada Erzabell.
Auryn dan Zamora yang melihat itu merasa sangat jijik karena bisa-bisanya cowo itu berkata seperti itu setelah bukti kenakalannya yang diluar batas itu sudah terbongkar.
Erzabell langsung menghempaskan tangan Haizar yang mencekalnya dengan kuat, dia menatap Haizar dengan tatapan sangat tajam.
"Gue? minta lo jadi tunangan gue lagi??Cuihh, bahkan melihat wajah lo sekarang rasanya gue ingin meludah sekarang karena begitu menjijikkan dan bekas banyak jalang." Ucap Erzabell dengan dingin.
"Then, lo selalu sebut gue cewe murahan dan jalang? Tapi lo sendiri yang selalu make jalang untuk memenuhi nafsu bejat lo!" Ucap Erzabell sambil sambil menunjuk tepat diwajah Haizar yang sedang mengeraskan rahangnya.
"Erzabell, kenapa kamu bicara seperti itu kepada Haizar?" Tiba-tiba Gisella datang diantara perdebatan Erzabell dan Haizar.
Erzabell berdecih melihat wanita itu berdiri di tengah mereka.
"Lo udah pake berapa kali ni cewe Zar? lo kan selalu bela dia walaupun dia yang salah, pantes dibela ternyata dia jual diri juga dengan tubuhnya yang tepos, eiyuhhhh." Ucap Erzabell.
Semua orang menahan tawa saat Erzabell mengatai Gisella dengan tubuh teposnya.
Gisella menahan tangisnya melihat semua orang juga turut mengejeknya. Haizar yang melihat itu sudah kehilangan kesabaran.
"Diam lo Erzabell!!" Haizar ingin menampar gadis
Erzabell yang melihat itu menutup matanya dengan rapat menunggu telapak tangan besar tersebut mengenai pipinya yang mulus.
Namun beberapa saat tak ada yang terjadi hingga Erzabell membuka matanya langsung terkejut saat ada tangan kekar lainnya yang menahan tangan Haizar untuk menamparnya.
Erzabell langsung melihat kearah siapa yang melindunginya itu.
"Fredo." Gumamnya.
Erzabell sangat syok bahkan yang lain juga ikut syok melihat Fredo yang biasanya benci akan keributan dan keramaian menghentikan aksi Haizar.
"Lo selalu buat keributan di kantin dan gue gak suka keributan." Ucap Fredo dengan tatapan menusuk yang membuat tangan Haizar gemetaran.
Tenaga Fredo jika dibandingkan dengan Haizar memang sangat jauh berbeda, cekalan tangan Fredo saja membuat Haizar meringis kesakitan.
Fredo langsung menghempaskan tubuh Haizar begitu saja ke lantai.
"Kenapa lo ikut-ikut ha!!!"
Fredo tak menanggapi ucapan Haizar dan langsung ingin berbalik namun Haizar yang masih belum terima menyerang Fredo dari belakang hingga beberapa murid perempuan sedikit menjerit.
Namun Fredo tak lengah, dia berputar dan menendang tubuh Haizar hingga dia terlempar cukup jauh dari titik berdirinya tadi.
Fredo mendekati tubuh Haizar yang sedang meringis kesakitan.
"Lo belum cukup mampu lawan gue, karena lawan gue bukan lo." Ucap Fredo lalu dia menekan dada Haizar dengan kuat dengan kakinya hingga pria itu berteriak kesakitan.
Aksi Fredo tersebut berhenti saat guru BK menghampiri mereka dan memisahkan Fredo yang sedang menginjak Haizar.
"Fredo! sudah berulang kali kamu melakukan kekerasan di sekolah. Jika seperti ini maka saya akan mengeluarkanmu dari sekolah ini!!"
Fredo hanya tersenyum miring mendengar ucapan dari guru BK tersebut.
"Pak jangan keluarkan dia, dia gak salah tapi Haizar yang salah. Bapak jangan menghakimi begitu saja dong, Fredo hanya membela diri. Ada CCTV disini dan juga ada saksi mata, kenapa bapak malah berat sebelah!" Bela Auryn yang melihat Fredo akan mendapatkan masalah, dia akan melindunginya jika guru BK tersebut ingin mengeluarkan Fredo karena menurutnya dia hanya melindungi Erzabell.
"Nak Auryn, jangan mempersulit bapak. Walaupun kamu anak pemilik sekolah bukan berarti kamu punya kuasa disini." Ucap guru BK tersebut dengan arogan.
"Lalu siapa yang memiliki kuasa?" Tiba-tiba suara dingin tersebut terdengar oleh semua orang.
Auryn langsung berbalik saat mengenali suara tersebut.
"Papa?" gumamnya.
"T-tuan Queensha."
"Siapa yang memiliki kuasa atas sekolah ini jika bukan putriku?!" Tuan Marava bertanya dengan dingin yang membuat guru BK tersebut bergetar ketakutan.
"T-tidak pak."
"Berani-beraninya kau yang hanya guru biasa meremehkan putriku seperti itu!"
"M-maaf pak, s-saya bersalah ampuni saya."
"Kita bahas di ruang rapat nanti bersama kepala sekolah. Pergi dari hadapanku!" Ucap tuan Marava dan guru BK tersebut langsung pergi dari sana dengan ketakutan.
"Papa ngapain kesini?" Auryn menghampiri papanya tersebut.
"Ada rapat pembahasan pembangunan gedung baru di sekolah ini, namun saat papa ingin menemuimu lebih dulu papa malah melihat putri papa diremehkan oleh orang sepertinya." Ucap tuan Marava dengan kesal.
"Iya pa, masa temen Auryn yang membela Erzabell saat akan dipukul Haizar malah mau di keluarkan oleh dia."
Tuan Marava tersenyum tipis lalu mengelus rambut putrinya dengan penuh kasih sayang.
"Putri papa memang membela siapa yang benar dan putri papa tak pernah salah." Ucap tuan Marava dengan bangga.
Tuan Marava juga melihat kearah Fredo yang hanya menatapnya dengan datar saja. Dia menghampiri cowo itu dan menepuk pundaknya.
"Kau pria yang hebat, tapi kontrol emosimu saat di sekolah putriku tak suka kekerasan." Ucapnya dengan berbisik.
Fredo yang baru pertama di puji oleh seorang pria dewasa langsung melihat ke arah tuan Marava.
"Tapi aku tak akan melupakanmu yang telah menjadikan putriku yang berharga sebagai taruhan. Kita akan bertemu di ring tinju nanti." Bisiknya dengan dingin lalu menjauh dari tubuh Fredo dan menatap putrinya dengan senyum tipisnya lagi.
"Papa rapat dulu, jaga diri baik-baik." Ucapnya sambil mengelus rambut putrinya tersebut.
Auryn mengangguk dengan semangat, dia senang saat papa nya mendukung Fredo. Setidaknya Fredo tidak akan merasa dia sendiri lagi di dunia ini, karena ada dia dan papa nya yang sepertinya mendukung Fredo.