Entah untuk alasan apa Gladys memilih kembali ke sebuah pulau di ujung negri. Dia memiliki banyak kenangan masa kecil yang indah disana. mungkin jejak kenangan itu yang bisa menyembuhkan luka yang entah sejak kapan mulai terbentuk.
berbekal ingatan masa lalu yang sudah puluhan tahun, dia pun nekat untuk memulai petualangannya. .....
mencari sisa kenangan bersama keluarganya, teman dan orang lain yang dahulu sangat akrab dengan nya. berharap disana juga kelak dia bisa membuat kenangan yang sama seperti yang dia rasa di masa lalu.
dapat kah Gladys mewujudkan nya ?
Apakah semua akan berjalan seperti pengharapan nya?
ikuti kisah nya.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanah Shakila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-
Setelah menulis pesanan mereka, regi pamit dan meminta mereka untuk menunggu sebentar.
"kamu kenal?" tanya cakra.
"temen ku dari kampung sebelah." jawab jihan enteng
"kenal sama Gladys juga ?"
"yah iyah, nama nya juga satu rumah. "
"kamu gak merasa ganjil dengan kebetulan ini?"
"aku juga berfikiran sama, maka nya aku ngasih nomor handphone kita. Agar bisa mencari tahu."
"kita ?"
"yah, itu nomor handphone mu. Nanti kalau dia hubungi kamu. bilang ke aku."
"sembrono banget kamu ngasih nomor ku ke sembarang orang ?" ucap cakra dengan nada jelas tak suka.
"kan kata mu aku gak boleh ngasih nomor ku ke sembarang orang. sementara aku harus mencari tahu sesuatu. Siapa tahu dia bisa bantu kita" jawab jihan santai.
"bantu apa emang nya? "
"kamu gak liat dia sepolos itu, lagian aneh banget. Kok bisa dia disini, tapi sendirian. "
"jadi mau mu ?"
"dia punya temen atau pacar atau apa nya sih itu, nama nya qilah. Pokoknya dia bakal nempel terus kemana wanita itu pergi. Tapi kok ini pisah, aku cari-cari wanita nya gak ada. Waktu kerja di perusahaan, qilah di terima kerja, tapi dia enggak. Entah gimana ceritanya, besok hari nya dia bisa masuk dan kerja di divisi yang sama dengan qilah. Pokoknya mereka gak mungkin pisah sih?"
"karena ini terasa janggal, kamu harus tetap hati-hati. Jangan pandang enteng dengan si licik bima itu. Dia bukan lah orang sembarang yang bisa kamu anggap mudah untuk di hadapi."
"kenapa bawa-bawa bima ? regi tadi gak akrab dengan bima. Mana mungkin mereka ada hubungan nya."
"tapi istrinya bima kenal dengan si regi-regi itu"
"yah kenal Gitu aja, mana mungkin akrab. Regi akan bicara dengan wanita lain jika di sana ada qilah. Lihat saja tadi, dia cuek nya seperti apa ? Seperti menolak untuk mengenali ku. " ujar Jihan santai.
Sementara itu di bagian belakang bangunan cafe and resto itu.
"cek dulu. Sepertinya dia mau ngomong sesuatu entah apa ?" ujar regi menyodorkan kertas tadi ke arah zarah.
Dengan cekatan jihan segera mengontak atik keyboard nya namun mata nya tetap fokus pada layar di hadapannya.
"aku pakai handphone lama kamu buat ngirim pesan ke dia. Untuk meminta ketemu empat mata dengan mu di taman" ujar zarah, fokus.
Regi manggut-manggut saja.
Klik.....
"terkirim. Oke, mari kita lihat ekspresi nya......" jawan zarah, kemudian dengan singkat layar laptop nya memperlihatkan cctv cafe yang di mana jihan dan cakra terlihat berbincang ringan.
Selang beberapa lama cakra membuka handphone dan menyodorkan nya pada Jihan.
"bukan handphone nya." bisik regi.
Zarah mengangguk.
"jika nanti bertemu dengan nya, buat saja situasi natural. Jangan terlihat panik atau takut. ekspresi mu harus benar-benar meyakinkan. Seperti latihan kita kemarin." pinta zarah tanpa menatap sedikit pun ke arah regi. Dia masih fokus ke layar di hadapannya.
"gak sia-sia rasa nya kemarin ambil kelas tambahan di sekolah. Ternyata berguna juga masuk tim drama sekolah." puji nya pada diri sendiri.
"ingat, cakra bukan orang yang mudah untuk di bodohi apalagi di bohongi. Sedikit saja gerakan tubuh mu yang aneh. kamu akan buat kita semua dalam bahaya. Ingatkan kata bima? Ini sarang nya musuh. Jadi harus benar-benar hati-hati."
"kenapa harus aku juga sih yang jadi umpan.?"
"kamu sendiri yang mau."
"tapikan bukan peran berbahaya begini!"
"gak usah bawel. Di kasih senjata juga kamu gak bisa. Udah lah, terima aja. Lagian bima juga suka sama bakat akting mu itu." zarah menyelesaikan ucapan nya sambil membereskan meja kecil tempat laptopnya.
"mau kemana ?" tanya regi yang melihat zarah bersiap-siap pergi
",,jangan panik, yakin aja aku tetap ngawasin kamu. Gak perlu kita selalu deketan, bahaya."
"bahaya gimana ,?"
"nanti aku di jambak qilah."
"yang serius lah ?"
"mana ada masalah yang paling serius daripada pada di jambak pacar mu."
"jangan gitu lah rah. "
"fokus regi, kesuksesan kami tergantung pada mu. Cakra bukan orang sembarangan. Dengan background nya yang sempat di tahan karena bima, pasti dia tidak akan keluyuran dengan sembarang seperti itu. Kita gak tahu di sisi mana penembak jitu nya berada."
"bukan nya kamu bisa deteksi benda-benda yang seperti itu ?"
Zarah menarik nafas dalam lalu sejenak memainkan handphone nya. Kemudian memperlihatkan ke regi.
"di sini, barang seperti itu sudah seperti ilegal. Setiap orang punya. Di dalam bangunan ini sendiri banyak yang di selip kan. Titik merah ini adalah benda itu. Kamu lihat betapa padatnya itu ,?" ujarnya seperti menjelaskan, sesuatu di layar handphonenya seperti sebuah dena ruangan dengan titik-titik merah yang cukup banyak.
Regi hanya mengangguk-angguk. Hati nya sempat bergetar takut. Namun seperti kata bima. Jika terjadi sesuatu mereka akan memastikan diri nya tidak akan berada dalam bahaya. Lagi pula, di awal dia yang iseng menawarkan diri. Jadi seharusnya tak ada Yang perlu di sesali.
Sepeninggal zarah, regi juga bersiap untuk pergi ke taman. Tempat dimana dia dan jihan akan bertemu nanti.
",yok bisa yok, demi qilah. Pasti bisa.!!!!" ujarnya menyemangati diri sendiri.
"sadar kan diri mu." ucap seseorang di telinganya.
"haaarrrrgh,,, iyah iyah. Ngagetin aja." ucap nya setelah memegangi sebelah telinga nya yang sudah diselipkan benda kecil disana.
Dia cukup terkejut karena masih belum terbiasa dengan benda itu. Dan tadi itu suara bima.
Tiga hari terakhir ini semua merasa tegang. Sejak hari dimana para wanita menghabiskan malam bersama di villa. Di malam yang sama bima dan regi juga membicarakan hal lain di kamar. Dan ini lah hasil pembicaraan nya, regi ikut terlibat langsung dalam rencana.
sementara Gladys dan qilah di terbangkan keluar negeri untuk mengunjungi orang tua bima. Ini semua demi kebaikan dan keselamatan mereka. Jika mereka disana, sudah pasti keamanan mereka terjamin.
Sementara zarah, bima, dan regi sedang menjalankan tugas penting itu. Zarah berusaha keras mencari bukti kuat agar cakra dan jihan bisa di tahan dalam waktu lama. Kalau bisa seumur hidup, agar mereka semua bisa menjalani hidup tanpa harus di bayang-bayangi rasa khawatir perihal dua manusia itu.
Waktu yang sudah di sepakati, regi datang terlebih dahulu. Kurang lebih sepuluh menit, jihan datang seorang diri. Regi yang selama ini hidupnya terasa biasa saja, mulai merasa berdebar hebat. Tak biasa nya dia merasa bersemangat seperti ini.
"ngapain kamu disini ?" tanya jihan tanpa basa basi. Dia bahkan belum duduk.
"aku dapat kabar dari teman, kata nya di sini lebih baik jika ingin menenangkan diri. Suasananya mendukung, dengan banyak nya fasilitas hiburan dan pemandangan yang memanjakan mata ." jawab regi datar tanpa melihat ke arah Jihan sedikit pun.
"kamu gak penasaran kenapa aku disini,?"
"bukan nya kamu yang lebih tertarik dengan kehadiran ku disini, aku sih mau ada kamu atau tidak. Sama aja. Biasa... Tanpa qilah, dunia rasa nya biasa aja. Gak ada yang spesial."
",nah bener tuh ? Kemana magnet mu itu ?" tanya jihan penasaran. Kini ekspresi nya berubah menjadi semangat.
"entah. Dia hilang bak ditelan bumi. Tanpa jejak, tanpa pesan. Aku kesini karena Putus asa. Katanya disini ada orang berpengaruh yang bisa bantu kita nemuin orang hilang. Kata nya orang mati yang tersembunyi di dasar laut pun bisa dia temukan."