Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Dia Kekasih Tuan Dawson?
Felix bermalam di apartemen Liora. Pria itu enggan untuk pulang ke penthouse-nya, karena dia memang sedang menghindari ibunya. Mungkin saja ibunya akan datang ke penthouse-nya untuk membahas hal-hal tak masuk akal. Felix malas bertemu dengan ibunya, setelah kemarin dirinya berdebat dengannya.
Felix melangkah keluar kamar, menghampiri Liora yang sudah bergelut di dapur membuatkan sarapan. Felix sudah rapi dengan pakaian kantor. Tadi pagi-pagi sekali, asistennya mengantarkan pakaian ganti untuknya.
“Morning,” Liora tersenyum menatap Felix yang duduk di kursi meja makan, lalu dia segera menghidangkan sandwich tuna serta teh madu hangat untuk Felix.
“Morning,” Felix mengecup bibir Liora, saat Liora memberikan sandwich untuknya.
Liora duduk di hadapan Felix. “Pagi ini apa kau tidak memiliki meeting?” tanyanya.
“Tidak, aku baru memiliki meeting nanti siang,” jawab Felix datar. “Kalau kau malas bekerja, kau istirahat saja. Nanti aku akan menyampaikan pada HRD.”
Liora berdecak pelan. “Felix, tidak bisa seperti itu. Kau sama saja menyalahgunakan kekuasaanmu demi diriku. Yang ada malah para karyawan pasti akan berpikir tidak-tidak padaku.”
Ide Felix ini membuat Liora kesal luar biasa. Bukan tak bersyukur memiliki kekasih CEO, tapi ide Felix itu akan menghebohkan kantor. Liora yakin dirinya bisa menjadi bahan gosip. Tidak, dia masih belum siap kalau seluruh pegawai kantor mengetahui hubungannya dengan Felix.
Felix mengambil cangkir yang berisikan teh madu di hadapannya, dan menyesap perlahan teh tersebut.
“Kau terlalu banyak berpikir, Liora. Cepat atau lambat, semua orang juga akan tahu.”
Liora menghela napas dalam. “Aku tahu semua orang akan mengetahui tentang kita, tapi tidak sekarang, Felix.”
Felix meletakkan cangkir yang berisikan teh madu ke tempat semula. “Alright. Terserah kau saja.” Pria itu menjawab seperti ini, karena memang ini sudah menjadi keinginan Liora.
Dering ponsel Liora terdengar. Refleks, Felix yang paling dekat di sana mengambil ponsel itu, dan melihat ke layar tertera nomor ibu Liora.
“Siapa yang menghubungiku?” tanya Liora sambil menikmati sandwich-nya.
“Ibumu,” jawab Felix menunjukkan layar ponsel Loora, ke hadapannya.
Raut wajah Liora berubah menjadi terkejut. Buru-buru dia menyambar ponselnya yang ada di tangan Felix.
“Felix, k-kau diam, ya? Jangan bersuara,” ucapnya cepat dan panik.
Sebelah alis Felix terangkat. “Bukankah ini aku juga diam?”
Liora menatap Felix cemas. “Felix, aku sedang tidak bercanda. Kau diam. Jangan mengeluarkan suara.”
Felix tersenyum melihat wajah panik Liora yang begitu menggemaskan di matanya. Detik selanjutnya, Felix mengangguk mengikuti keinginan Liora yang memintanya untuk diam.
Liora menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. Dia berusaha untuk tenang agar bisa mengeluarkan suara yang santai. Walau sebenarnya tak dipungkiri bahwa jantung Felix berdebar tak karuan seperti telah melakukan kesalahan besar. Sial, ini efek dari terlalu banyak menyembunyikan sesuatu dari keluarganya.
Perlahan ketika Liora mulai sedikit tenang, dia segera menggeser tombol hijau yang ada di layar ponselnya, menjawab panggilan telepon itu.
“Hallo, Mom?” jawab Liora saat panggilan terhubung.
“Liora, kau di mana, Sayang?” ujar Sherina—ibu Liora—dari seberang sana.
“A-aku masih di apartemen, Mom. Sebentar lagi aku akan berangkat ke kantor.”
“Hmm, Liora. Bagaimana rencana pernikahanmu dengan Kevin?”
Liora meringis mendengar pertanyaan ibunya yang membahas tentang pernikahannya dengan Kevin.
Liora tak menyalahkan ibunya yang bertanya. Yang patut disalahkan adalah dirinya sendiri yang tidak memberi tahu pada ibunya, tentang batalnya rencana pernikahan dengan Kevin.
Alhasil, sekarang bagaikan senjata makan tuan. Liora bingung harus menjelaskan seperti apa pada ibunya. Jika dirinya cerita Kevin meninggalkannya, pasti ibunya akan bersedih. Mengingat hubungannya dengan Kevin sudah bertahun-tahun lamanya.
Namun, jika Liora mengatakan hubungannya dan Kevin baik-baik saja, pasti ibunya akan terus-menerus menanyakan tentang rencana pernikahannya dengan Kevin. Sungguh, yang Liora rasakan saat ini adalah kebimbangan.
“Liora? Kau masih di sana, ‘kan?” tegur Sherina saat Liora tak menjawab pertanyaannya.
Liora berdeham sebentar. “Mom, aku baru saja mendapatkan pesan dari bos baruku. Dia memintaku untuk meeting. Maaf, Mom. Aku harus berangkat bekerja. Bos baruku galak sekali.”
“Liora, tapi—”
“Bye, Mom. Love you.” Tanpa menunggu jawaban, Liora menutup panggilan secara sepihak.
“Huffftt.” Liora bernapas lega, karena panggilan sudah terputus. Setidaknya, dirinya bisa tenang dan damai.
Alis Felix menaut melihat Liora. “Jadi bos di kantormu galak, Liora?” ujarnya seraya tersenyum tipis.
Liora gelagapan dan malu. “Ah, itu. A-aku hanya, akhh—” Perkataannya terpotong saat kursi meja makan Liora ditarik, mendekat ke Felix. Tampak raut wajah Liora semakin panik tak menentu.
"F-Felix—” Lagi dan lagi ucapan Liora terpotong, karena sekarang Felix mencium bibir Liora. Pria itu tak membiarkan Liora untuk mengeluarkan sepatah kata pun.
“Apa yang kau sembunyikan dari ibumu?” bisik Felix bertanya. Pria itu langsung menduga, bahwa ada yang telah Liora sembunyikan.
Liora terdiam sebentar. “Maaf, tadi aku terpaksa beralasan memiliki bos baru yang galak agar telepon terputus. Jika aku tidak beralasan seperti itu, pasti ibuku akan terus mengajukan pertanyaan.”
Felix menatap Liora serius. “Memangnya apa yang ibumu tanyakan?”
“Kevin. Ibuku menanyakan tentang sudah sampai mana perkembangan pernikahanku dengan Kevin,” jawab Liora yang seketika itu juga membuat Felix sempat terdiam.
“Ibumu belum tahu kalau kau dan Kevin sudah berpisah?” ulang Felix memastikan. Ada rasa tak suka dari nada bicara Felix, saat mengetahui bahwa Liora belum memberi tahukan pada ibunya tentang hubungan wanita itu dengan Kevin telah berakhir.
Liora mengangguk. “Ya, ibuku belum mengetahuinya. Aku bingung harus menjelaskan seperti apa, Felix.”
“Kenapa kau harus bingung? Kau cukup bilang kalau kau dan dia sudah berpisah,” jawab Felix dingin.
Liora berdecak pelan. “Tidak semudah itu, Felix. Aku dan Kevin sudah menjalin hubungan lama. Kalau ibuku tahu Kevin menyakitiku pasti ibuku juga akan terluka. Aku memikirkan perasaan ibuku.” Liora berusaha memberikan penjelasan pada Felix agar pria itu tak salah paham.
“Kalau kau takut ibumu akan terluka, maka kau tidak usah mengatakan kalau Kevin melukaimu. Kau cukup bilang bahwa kau dan Kevin berpisah, karena sudah tidak ada lagi kecocokan. Pernikahan saja banyak bisa bercerai. Apalagi kau dan mantan kekasihmu,” balas Felix menekankan dan tersirat penuh ketegasan di sana.
Liora kembali terdiam mendengar ucapan Felix. Dia melihat mata Felix memancarkan rasa kesal dan tak suka. Itu menandakan bahwa dirinya tak bisa lagi untuk membantah.
Loora membawa tangannya membelai rahang Felix, dan memberikan kecupan di sana. “Aku akan memberikan penjelasan pada ibuku nanti. Tunggulah.”
Felix memeluk erat Liora, dan mencium rambut panjang dan indah wanita itu.
Liora melangkah lebih dulu masuk ke dalam perusahaan. Langkah kaki yang begitu terburu-buru. Sedangkan Felix berada di belakang Liora. Mobil mereka tiba bersamaan di perusahaan, tapi Liora lebih dulu berjalan agar tak dicurigai oleh orang lain. Seperti biasa Liora masuk ke dalam lift karyawan.
Felix masuk ke dalam lift pribadinya.
Ting!
Pintu lift terbuka. Liora melangkah keluar lift, tapi Rose yang ada di sana sudah mencegat Liora.
“Liora,” seru Rose memanggil Liora.
Liora menatap Rose. “Ada apa, Rose?”
Rose menyentuh tangan Liora. “Liora, Tuan Felix Dawson kedatangan tamu wanita cantik sekali.”
Kening Liora mengerut. “Tamu cantik?”
Rose mengangguk cepat. “Ya, tamu cantik.” Lalu, perkataan Rose terpotong saat melihat Felix keluar dari lift pribadi.
“Selamat pagi, Tuan Dawson,” sapa Rose sopan pada Felix.
Felix mengangguk singkat. “Semua laporan yang aku minta sudah kau selesaikan?”
“Sudah, Tuan. Saya sudah meletakkan ke atas meja kerja Anda,” jawab Rose sopan. “Maaf, Tuan Dawson. Ada tamu wanita datang mencari Anda.”
“Tamu wanita? Siapa?” tanya Felix seraya mengerutkan keningnya.
“Saya kurang—”
“Felix!” Seorang wanita cantik berlari menghampiri Felix, dan memberikan pelukan erat pada Felix.
Felix terkejut. “Kau di sini?”
Wanita itu tersenyum dan memeluk lengan Felix. “Ceritanya panjang. Ayo kita masuk ke dalam ruang kerjamu.”
Felix mengangguk tanpa sama sekali menolak, dia melangkah pergi bersama dengan wanita itu menuju ke ruang kerjanya.
Tampak raut wajah Liora berubah saat Felix pergi bersama dengan wanita asing itu tanpa sama sekali melihat ke arahnya. Dada Liora memanas, merasakan rasa kesal yang tersirat cemburu.
Rose menatap kagum wanita cantik yang bersama dengan Felix. “Liora, aku yakin itu kekasih Tuan Dawson.”
“Bukan!” seru Liora tegas.
Rose menoleh menatap Liora. “Bukan? Memangnya kau tahu kekasih Tuan Dawson?” ujarnya bertanya bingung.
Liora tak menggubris ucapan Rose. Dia melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya dengan raut wajah yang menunjukkan rasa kesal dan marah.
“Eh? Liora? Kenapa kau pergi?” seru Rose kesal melihat Liora pergi begitu saja. Padahal pertanyaannya belum sama sekali terjawab oleh temannya itu.
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah