Hidup dalam kemiskinan tak pernah di harapkan semua orang. Tapi takdirlah yang membawanya kesana tapi kita juga tak tau jika suatu saat takdir itu akan bisa berubah tanpa di sangka - sangka.
Lina gadis belia yang hidup kekurangan terpaksa bekerja sebagai pengasuh bayi seorang pengusaha. Siapa sangka pengusaha yang kesepian malah jatuh cinta pada pengasuh putranya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? apakah cinta mereka kan berjaln mulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Lina berusaha memejamkan matanya tapi rasa mual itu kembali datang. Lina duduk lemas karna harus bolak balik kamar mandi. Tidak ada lagi yang bisa ia keluarkan dari dalam perutnya tapi rasa mual itu tak kunjung hilang.
"Ya Allah, nduk. Kenapa jadi kaya gini. Di minum dulu wedang jahenya biar segera." Ibu menyodorkan segelas wedang jahe yang masih mengepulkan uap panas pertanda baru matang.
Lina meminumnya dan lumayan terasa menghangatkan kerongkongannya. Saru gelas Wedang jahe telah berpindah kedalam perut Lina tanpa tersisa.
Tapi kita berlangsung lama karna tak lama kemudian kembali Lina memuntahkan apa yang baru saja ia minum.
"Astafirullah nduk, sebaiknya kita ke puskesmas aja. Ibu takut terjadi apa - apa sama kamu." Ibu mengurut tengkuk putrinya dan mengoleskan minyak kayu putih berharap mendingan.
"Ga usah, bu. Aku minta tolong adik aja untuk di kerokin."
"Ya sudah, ibu panggil dulu adikmu. Tunggu sebentar." Ibu mencari keberadaan putri keduanya dan menyuruhnya untuk mengerok punggung mbaknya.
"Merah amat, mbak."
"Masa sih." sahut Lina tak percaya.
"Mateng, angginya kebanyakan." setelah di kerok punggungnya, tubuh Lina merasa agak mendingan. Lina memilih memejamkan matanya. Tubuhnya terasa sangat lemas dan tak bertenaga.
Sementara itu Bagas sehabis sarapan langsung bertolak kekampung istrinya dan menitipkan Bima pada bik Ratmi.
"Titip Bima ya, bik. Kalau Ana macam - macam ga usah turuti dan segera hubungi saya." pesan Bagas sebelum pergi. Walau Bagas itu terkesan dingin dan galak tapi ia bisa hambel pada pembantunya.
"Baik, tuan. Hati - hati." Bik Ratmi tidak tau jika tujuan sebenarnya Gibran adalah pulang kekampungnya untuk menjemput Lina yang Ia tau bahwa Bagas keluar kota untuk melakukan pekerjaan.
"Bik, sarapanku mana?" teriak Ana saat tiba di meja makan tak ada apa - apa.
"Maaf, nya. Say tidak sempat masak, den Bima rewel sedari tadi." Jawab ibu Ratmi sambil mengendong anak majikannya.
"Kalau gitu sekarang bibik buatkan sarapan untuk saya, cepat." perintah Ana.
"Tapi, nya. Den Bima bagaimana? ini aja masih belum tidur." tolak ibu Ratmi halus.
"Biar Bima sama saya saja, sini Bimanya."Ana merebut paksa Bima dari gendongan bik Ratmi sehingga bocah kecil yang hendak tidur itu menangis kejer.
"Udah diam, tidur." bentak Ana pada putranya, bukanya berhenti tangisnya malah makin besar membaut Ana kewalahan.
"Udah bik, ga usah masak. Urus ini bocah cengeng." kembali Ana menyerahkan Bima ketangan bik Ratmi dengan kasar.
"Sarapannya gimana, nya?" tanya ibu Ratmi sambil menenangkan majikan kecilnya.
"Ga perlu, saya delivery aja. Bawa Bima sana pusing saya dengar tangisnya, berisik." Ana mengusir ini Ratmi sambil mendorong tubuh wanita itu. Untung ibu Ratmi berpegangan pada keris kalau tidak pasti ia dan Bima sudah terjatuh karna di dorong paksa oleh Ana.
Bik Ratmi hanya bisa legowo, ia membawa Bima kekamarnya dan menenagkan bocah itu hingga tertidur. Bik Ratmi memperhatikan wajah kecil tanpa dosa yang tengah terlelap dalam damai.
"Kasihan kamu den, punya mama tapi kaya ga punya. Bibik janji bibik akan merawat aden seperti cucu sendiri." di elusnya wajah mungil sambil tersenyum.
...****************...
Assalamualaikum kk,terimakasih supportnya dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta vote yang banyak biar thor semakin semangat untuk melanjutkannya bab selanjutnya 👍💪😘🙏
lanjut thor ..
mungkin alan lebih menguras emosi pembaca jika agak dibuat lebih detail setiap polemiknya..