"Sudah sedari dulu, aku memang hanya pemuas nafsu di ranjang mu, jadi jangan meminta lebih untuk menikahiku, karna aku tak ingin berurusan dengan istrimu!"
Itulah kalimat yang sering keluar dari mulut gadis cantik bernama Diana, ia ikhlas menjadi selir dari seorang Mafia berdarah dingin padahal keduanya sudah menjalin cinta sedari masih duduk di bangku SMA.
Lalu apa alasan yang membuat Diana bisa menjadi simpanan dari pria yang amat mencintainya itu?
Mampukah ia bertahan dengan hubungan yang selalu disembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SCSM 32
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Adam yang sakit raga dan hatinya kini melangkah gontai menuju kamarnya di lantai atas setelah semua miliknya di ambil oleh Papa.
Dalam pikirannya saat ini hanyalah Diana, bagaimana dengan nasib gadis itu jika ia tak bisa keluar rumah, bahkan ponselnya pun di rampas paksa oleh kakaknya.
"Aku hanya menitipkan sedikit uang pada Eyang" ucapnya frustrasi sambil mengacak rambutnya sendiri.
"Dee, tunggu aku ya, Sayang"
Adam mulai membersihkan dirinya dengan sangat hati hati, rasa perih ia rasakan di sekujur tubuh bagian atasnya yang penuh luka. Ia membuang nafas kasar karna tak memungkiri jika ini memang salahnya, rasa takut akan terjadi sesuatu pada Diana membuat ia melakukan hal konyol dengan membawa kabur gadis kesayangannya itu.
"Jika sudah begini aku bisa apa?"
Pemuda tampan yang kini bertelanjang dada itu terus saja memutar otaknya mencari cara agar bisa menghubungi Diana, kekasihnya itu pasti sedang menunggu kabar darinya sekarang.
Senyum tersungging di sudut bibirnya, mana kala ia ingat dengan tiga sahabatnya yang pasti bisa di andalkan di saat keadaan darurat seperti ini, ia yang hanya tak di izinkan keluar rumah tentu masih bisa untuk keluar kamar sesukanya.
Adam menuruni tangga dengan tergesa, namun langkahnya terhenti saat melewati ruang tengah, karna di sana ada papa dan juga Bagas sedang berbincang.
Ia langsung memutar langkahnya menuju pintu halaman samping, semua itu ia lakukan hanya untuk bertemu dengan Bi Asni, salah satu asisten rumah tangga yang bekerja paling lama di kediaman Biantara.
"Bi Asni, mana?" tanya Adam pada tukang kebun yang sedang menyiram tanaman.
"Ada di dapur kotor, Tuan"
Adam hanya mengangguk lalu pergi menuju dapur kotor dimana biasanya para pelayan bagian makanan berkumpul.
"Bi.. Apa Adam bisa minta tolong?"
Kedatangannya yang tak memakai baju tentu membuat para pelayan menunduk malu termasuk mereka yang masih gadis.
"Tuan, ada apa? mari ikut Bibi"
Adam di gandeng masuk kedalam kamar Bi Asni yang terletak paling ujung karna paling luas dari kamar asisten rumah tangga yang lainnya.
"Ada apa? bagaimana dengan lukamu, Nak?'' tanya wanita baya berkacamata itu.
"Aku sudah biasa mendapatkannya, Bi. Aku ingin meminjam ponsel Bibi, boleh?" pintanya malu-malu.
Bi Asni terkekeh kecil melihat tingkah menggemaskan Adam yang tersenyum kecil sambil menunduk, Ia yang sudah mengurus Adam selama dua belas tahun lamanya tentu langsung mengangguk saat pemuda itu meminta bantuannya yang tak seberapa.
Bi Asni berjalan menuju lemari bajunya, ia mengambil benda pipih keluaran beberapa tahun silam itu untuk di berikan pada Tuan mudanya.
"Pakailah, bibi keluar sebentar" pamitnya pada Adam, karna tak ingin menjadi pengganggu.
"Terima kasih, Bi"
Adam lalu duduk di tepi ranjang berukuran single, ia menekan beberapa angka di layar benda mungil tersebut yang beruntungnya ia ingat di luar kepala.
Satu detik dua detik tiga detik sampai sepuluh detik hanya nada tunggu yang terdengar di telinga Adam yang mulai merasa kesal.
"Hallo"
"Lama banget sih, Yang" jawab Adam saat gadis kesayangannya itu mengangkat teleponnya.
"Adam?" ucapnya pelan namun terdengar nafas lega setelahnya.
"Iya, ini aku. Kamu kemana aja? kenapa lama banget sih?" ocehnya pada Diana.
Gadis itu bukan menjawab, ia malah memperhatikan nomer yang tertera di layar ponselnya.
"Hallo, Dee... hallo"
"Sayang, kamu kenapa?" teriak Adam mulai panik.
"Ah, enggak, maaf" Sahutnya dengan nada terbata.
"Kamu lagi apa? kenapa gak langsung angkat telepon dariku?" tanya Adam lagi masih dengan menaikan nada bicaranya.
.
.
.
.
.
.
Aku hanya ingat pesanmu untuk tidak menjawab telepon dari nomer yang tak ku kenal, Dam.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Senjata makan tuan 🤣🤣🤣🤣🤣
Like komennya yuk ramaikan