NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: tamat
Genre:Action / Reinkarnasi / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Transmigrasi / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

karya tamat, novel ini hanya pembentukan world-building, plot, dan lore kisah utama

kalian bisa membaca novel ini di novel dengan judul yang lain.

Karena penulisan novel ini berantakan, saya menulisnya di judul lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: Menuju Bab 1 (2)

“Lala! Cepat mandi sudah mau siang!”

Teriak Liria dari ruang belakang memanggilku.

Aku bergegas membawa handuk kecilku menuju kamar mandi.

Dave dan Liria tampak biasa saja dengan kondisi Lala, dimata mereka Lala mengalami amnesia, tapi jauh didalam tubuh Lala adalah aku dari dunia yang berbeda.

Dalam benakku, alasan mereka ingin terlihat tanpa masalah, agar Lala merasa nyaman dan tidak cemas dengan kondisi yang dialami Lala, sebagai orang tua, memberikan rasa aman pada darah daging mereka sendiri adalah tugas mereka.

Namun jauh di dalam diri mereka, rasa cemas takkan hilang begitu saja, aku mengerti rasanya.

“Aku harus berterima kasih pada mereka, tapi nanti.” ketusku, walau jiwaku pria dewasa, namun tetap saja aku adalah anak kecil berusia empat tahun.

Akal sehatku sebagai orang dewasa masih utuh dalam tubuh anak kecil, tetap berpikir secara rasional dan nyata di semua kondisi.

“Mau sedewasa apapun anak-anak tetap butuh perlindungan dari orang tua mereka...”

Dengan handuk kecil di kepalaku, aku berlari menuju kamar mandi.

Liria memandikanku, dititik ini kami mandi bersama, dengan air yang ditimba oleh Dave melalui sumur yang Dave gali sendiri dibelakang halaman rumah.

Pagi-pagi sekali Dave sudah ke ladang untuk panen, walau ladang kami di depan halaman rumah. Di rumah hanya aku dan Liria.

“Dua hari lalu, aku terkejut karena harus mandi bareng... Sekarang tampak nyaman.” gumamku dalam hati.

Kami memasuki bak mandi dari kayu jati berisi air, aku duduk di pangkuan Liria.

“Kamu harus bersih supaya kamu cantik.” Ucap Liria membasuhi rambutku dengan kain basah.

Sabun adalah barang mewah, mahal dan sulit didapat, kami keluarga petani tak mungkin memakai sabun setiap harinya.

Tak hanya itu mandi bersama Liria membuatku nyaman semenjak transmigrasi ke dalam dunia novel.

“Dada Liria lembut banget...” ketusku dalam batin yang nakal, karena dua buah surgawi menyentuh kulit halus di punggung.

“Y-ya mau gimana lagi, aku juga laki-laki dikehidupan lama.” dalam batinku, menyeringai.

Sejenak aku melupakan semua masalah yang berkecamuk dalam otakku saat mandi bersama Liria.

“Mandi memang yang terbaik!”

Liria penuh dengan perhatian dan kasih sayang saat membasuhi tubuh anaknya ini.

“Kamu anteng banget nak.” ucap Liria dengan senyum membelalak.

“Maksud ibu?” timpalku dengan raut wajah heran.

“Kamu inget ga? Kamu tuh gabisa diam saat ibu mandiin.”

Tak lain Liria bermaksud, agar aku bisa mengingat bahwa Lala adalah anak mereka.

“Y-ya ga usah dipikirkan Liria, wajar kok kalo kamu ga ingat, lagipula orang dewasa juga banyak melupakan kejadian masa kecil.”

Liria tampak menenangkan suasana canggung diriku.

“Kalo dipikir-pikir, ngapain dipikirin, lah aku saja bukan Lala yang mereka kenal.” batinku yang tak mungkin terdengar Liria.

Tubuh kami bersih, tak lagi bau ketiak.

Kami bergegas mengeringkan tubuh dengan handuk kami masing-masing.

Hal yang paling membuatku tak nyaman adalah, memakai pakaian anak perempuan.

“Aku ini laki-laki tulen, bukan femboy.” keluhku dalam hati. “Tapi mau gimana lagi coba.”

“Kemarin sore, teman-temanmu ke rumah, kamu lagi bantu ayah di ladang. Katanya mereka mau main kesini hari ini.”

Liria sembari memakaikan gaun kecil pada diriku.

Aku tidak pernah tahu Lala memiliki teman di desa ini.

“Hehhh... Siapa mereka?” raut wajahku tak semangat.

Bermain dengan anak kecil sama saja mengasuh mereka, merepotkan.

“Itu temanmu yang kamu bilang dua hari lalu, James sama Natasya.”

Sontak aku menatap Liria dengan pakaian yang sudah dikenakan.

“Ehh, mereka? Terus Ryan?” Aku heran kenapa Ryan tidak ikut.

“Ohh jadi anak laki-laki yang kamu suka Ryan yaa... Kamu genit Lala.” senyum Liria manis setelah menggodaku.

“Hah...? Mana mungkin aku suka anak kecil. Dia itu laki-laki.” kesalku dengan nada anak-anak.

“Ahh kamu Lala, kamu juga masih kecil, nanti dewasa kamu juga nikah sama laki-laki...” Liria menarik hidungku. “Mereka bilang Ryan juga kesini kok hari ini.”

Nama Ryan yang keluar dari bibir Liria membuat tubuh kecilku menegang... anak itu juga bagian dari anomali Pe and Kob, sama sepertiku.

“Lala! Mereka sudah datang jemput main!”

Teriak Liria hingga ke kamarku, aku bergegas menghampiri suara Liria berasal, disana, diluar pintu rumah berdiri para protagonis kecil yang aku temui dua hari lalu.

Natasya tersenyum lebar kepadaku.

“Lala!”

James menyeringai, melihatkan giginya yang rapih dan putih bersih, memakai pakaian khas petualang dengan kain diikatkan dibahu, menjalar kebawah punggung.

Sedangkan Ryan berdiri dibelakang mereka, wajahnya tenang, khas orang kalem, seperti salah satu temanku saat masa SMA. Pendiam, misterius dan dingin.

“Kalian...” gumamku pada para protagonis kecil.

“Hihihihi” senyum James semakin melebar.

Sedangkan Liria mencoba menggodaku melalui Ryan.

“Jadi siapa diantara kalian yang bernama Ryan, Lala nanyain terus loh.”

Aku hanya menatap Liria dengan alis terangkat dan tangan yang menegang karena kesal.

“Hah...!” ketusku, dalam batin aku melanjutkan “Orang ini benar-benar menganggapku anak kecil.”

Walau kenyataannya aku memang anak-anak.

“Ehh Lala suka sama Ryan yaa...” gumam Natasya dengan kedua tangan memegang pipinya.

James hanya tertawa, entah mengapa tokoh ini selalu tersenyum lebar.

Sedangkan Ryan, wajanya memerah bagai tomat siap panen.

“Hey sadarlah, kamu itu dari masa depan.” dalam batinku “Ga pantes malu-malu begitu ditubuh anak kecil yang jiwanya orang dewasa.” lanjutku dalam batin yang terdalam.

“Kalian sudah makan? Kalau belum biar bibi buatkan.” Liria, sebagai ibu yang bahagia. Melihat anaknya Lala dalam kondisi amnesia, Lala mempunyai teman.

James yang sedari tadi hanya tersenyum dan tertawa kini bersuara.

“Eh gausah bi, kami ingin bermain dengan Lala diluar.”

“Kenapa aku harus bermain bersama kalian?” semburku, bermain dengan anak-anak sama saja dengan mengasuh mereka, walau pada kenyataannya bermain dengan mereka juga salah satu menghindari bendera kematianku.

“Lala!” Liria mencubit telinga kecilku “sudah sana main.”

Pada akhirnya kami bermain bersama.

James, Natasya, dan Ryan, serta aku menjadi bagian dari masa kecil para protagonis di desa paling damai Pe and Kob.

Langkah kecil kami menuju lapang tempat bermain, disana rumput hijau menyejukkan mata dengan tumbuhan rimbun serta angin yang berhembus damai.

Aku belum menentukan endingnya, namun jika good ending, inilah tempat paling damai untuk James dan para haremnya.

Jika bad ending aku tidak tahu apa yang terjadi pada desa ini.

James sungguh ceria, anak laki-laki ini mungkin juga pemberani, aku merancang tokohnya sebagai tokoh protagonis yang hanya bisa tertawa dan tersenyum, sebagai tokoh yang tak sengaja dicintai dalam cerita

Sedangkan Natasya, gadis itu adalah cinta pertama James di masa depan, setelah tahu perasaannya sendiri.

Ryan, mungkin rival, sahabat, sekaligus pendorong perkembangan James, namun alasannya kembali ke masa lalu? Entahlah aku sendiri tidak tahu.

Dalam alur ini, alur alternatif semua bisa berubah dalam gambaran besar premis yang aku buat.

Mungkin aku akan membimbing mereka sebagai orang dewasa. Ryan, kuharap kamu bukan musuhku.

1
AI
kata "di" dipisahkan jika menunjukkan tempat, lokasi, atau waktu.
xiang ma'ling sheng: saya catat kak
total 1 replies
AI
Kalau dialog tag itu ditulis didahului tanda koma sebelum tanda petik dan ditulis dengan huruf kecil.

Contoh salah: "Aku lelah." keluhku.

Contoh benar: "Aku lelah," keluhku.
xiang ma'ling sheng: oalahhh, oke catat pak
total 1 replies
AI
tanyaku
AI
Anak berusia empat tahun itu jatuh dengan kepala membentur batu. Sudah jelas ia akan mati karena pendarahan di otak. Mungkin jiwanya pergi, dan aku yang menggantikannya.
AI
Lala, anak pemilik tubuh ini, terjatuh dari atas pohon saat bermain sendirian. Kepala bagian belakangnya terbentur batu besar sehingga membuatnya tak sadarkan diri selama empat hari.
AI
Dave dan Liria memang tidak pernah memberitahuku apa yang terjadi sebelum aku terbangun. Namun, aku sempat mendengar mereka berbicara diam-diam di balik pintu kamarku.
AI
Tulisan di chapter ini sedikit lebih baik dari prolognya yang kek cacing kepanasan. Meski begitu, penggunaan tanda bacamu buruk, huruf kapital masih salah, dan kata-kata yang harusnya dipisah malah disambung.
xiang ma'ling sheng: catat pak, saya akan tulis ulang.
total 2 replies
xiang ma'ling sheng
Terimakasih untuk semua yang membimbing saya dalam menulis, saya akan terus berkembang.

Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian saya tidak akan pernah menyelesaikan rangka awal kisah ini.

Terimakasih untuk para reader yang sudah membaca kisah ini hingga volume 1 selesai.

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini.

Novel ini tamat dalam bentuk naskah kasar. Saya berniat merapihkannya nanti dengan sudut pandang orang ketiga.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih.
xiang ma'ling sheng: Novel ini hanya awal pembentukan kisah utama.

Kisah utama sedang saya tulis dengan judul, Transmigration: Ki Hajar Dewantara Academy.

Untuk lebih lengkap silahkan cek di profil saya.
total 1 replies
AI
Layar laptopku bergetar pelan, garis tipis seperti retakan kaca merayap dari tengah, memecah warna menjadi semburan ungu pekat. Kilau cahaya menyelinap di celah-celah retakan, menyala seperti urat petir yang tertahan.

Aku menunduk lebih dekat. "Apa-apaan ini …." bisikku, tenggorokanku kering.

Celah itu melebar. Dari dalam, sesuatu merayap keluar, sebuah tangan legam, berasap seakan bara membakar udara di sekitarnya. Jari-jari panjangnya menancap di tepi layar, mencengkeram kuat, lalu menarik celah itu lebih lebar, seperti seseorang membuka pintu ke dunia lain.

Tangan itu terhenti. Perlahan, satu jari terangkat … lalu berdiri tegak. Jari tengah.

Narasi ini jauh lebih baik dan lebih enak dibaca.
AI: note, kata "masa-masa" w typo bjir, harusnya "sama-sama"
total 4 replies
Riska Mustopa
terus nulis sampe lu jadi bisa profesional
xiang ma'ling sheng: lah ada teteh /Facepalm/
bakal terus nulis sampai punya buku cetak sendiri
total 1 replies
Arlen࿐
aku yg komen di tiktok dengan nickname Arlen tadi, novel nya menarik bang, walau aku belum baca semuanya, semangat nulisnya!
xiang ma'ling sheng: wahhh makasih bg udah berkunjung, abang yang pertama dari tiktok baca novel ini
total 1 replies
Arlen࿐
kisah nyata kah?
xiang ma'ling sheng: sebagian nyata dan sebagian fiksi/Scowl/
total 1 replies
aurel
hai Thor aku sudah mampir yuk mampir juga di karya aku " istriku adalah kakak ipar ku
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
xiang ma'ling sheng: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
xiang ma'ling sheng: shappp paman/Applaud/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!