Kesetiaan Dibalas Pengkhianatan

Apakah mungkin aku hamil...??

Aku pun segera menyuruh mbak Mina untuk membelikan alat testpack di apotik.

Mbak Mina pembantu baruku menggantikan pembantuku yang lama, yang memang bekerja saat Kirana masih menjadi nyonya di rumah ini.

Mbok Mina pun langsung mengantarkan testpack itu kepadaku, dan aku segera masuk ke kamar mandi untuk mengeceknya, dan ternyata memang benar kalau aku hamil.

Hanya saja saat ini aku tidak tau bayi yang aku kandung anak dari David atau Haris.

Akhirnya pada sore hari aku pergi memeriksakan diriku di dokter khusus kandungan, karena aku penasaran sekali sudah berapa bulan sebenarnya bayi yang ada dalam kandunganku ini?

“Selamat ya ibu, usia kandungannya sudah masuk trimester kedua, dan bayi dalam kandungan ibu juga sehat. Ini vitamin untuk ibu diminum satu hari sekali untuk pertumbuhan bayi dalam perut ibu.” Pesan dokter itu.

Aku pun mengucapkan terimakasih dan segera meninggalkan rumah sakit menuju ke apartemen Haris untuk memberitahukan tentang kehamilanku kepadanya.

***

“Hai sayang, tumben sekali kamu datang kesini? Ada perlu apa?” tanya Haris kepadaku setelah dia mempersilakan aku duduk di ruang tamu apartemen itu.

Aku pun tanpa basa-basi langsung mengeluarkan surat yang berisi tentang kehamilanku kepadanya.

“Hamil...!! Kamu hamil? tapi anak siapa bayi yang ada dalam kandunganmu ini?” tanyanya.

“Iya anakmu lah, Ris? Anak siapa lagi? Sedangkan selama 2 bulan ini David tidak pernah menyentuhku. Apakah kamu tidak ingat kalau dua bulan lalu mencumbuku selama tiga kali dan itupun semuanya dibuang di dalam, apalagi saat itu adalah masa suburku.”

“Kamu gak usah mengada-ngada, aku gak percaya!” jawabnya lagi.

“Baiklah kalau kamu tidak percaya, aku tinggal mengarang cerita di David tentang usia kandunganku, supaya dia mau mengakui anak ini adalah anaknya. Dan kamu jika apa yang aku katakan itu benar, jangan harap kamu bisa bertemu aku maupun anak ini.”

Jawabku dengan emosi kepadanya, dan setelah itu aku langsung keluaar dari apartemen tersebut untuk kembali ke rumah.

Sesampainya aku di rumah, ternyata mas David belum pulang juga. Aku melihat jam di dinding dan ternyata sudah jam sembilan malam.

Tumben-tumbenan jam segini mas David belum pulang, aku meminta mbak Mina untuk membuatkan telur mata sapi dan juga salad buah untukku, karena aku menginginkan makanan itu.

Setelah selesai makan aku pun tertidur dengan lelapnya, sampai aku tersadar di jam 1 pagi, mas David belum juga pulang.

"Kemana mas David ini? Sampai jam segini pun dia belum pulang rumah."

Sampai 15 menit kemudian aku mendengar bunyi mobil mas David. Aku pun segera menunggunya di dalam kamar, sampai dia masuk ke dalam kamar dalam keadaan mabuk berat.

"Ya ampun mas David kenapa kamu bisa mabuk sampai parah begini?" Ucapku.

"Diam kamu wanita ular! ini semua karena kamu, kalau bukan karena ulahmu hubunganku dengan Kirana pasti masih baik-baik saja sampai hari ini."

Ucap mas David dengan tatapan nyalangnya.

"Salahku...!! apakah kamu tidak mengaca pada diri-sendiri?" tanyaku kepadanya.

"Aahhh...diam kamu!!"

Teriak mas David sampai dia pun pada akhirnya langsung tertidur di atas tempat tidur dengan sepatu dan pakaian yang masih lengkap.

Aku pun segera melepas sepatu dan juga membuka pakaiannya dan menggantinya dengan baju yang lebih baik.

Sebenarnya aku mulai merasakan jatuh cinta kepadamu mas, kalau bukan karena dendamku kepada Kirana, aku tidak akan tega melakukan ini semua.

Pada akhirnya aku pun berbaring di samping mas David sambil memeluknya dengan erat, karena aku tau saat esok membuka mata, mas David akan kembali bersikap dingin kepadaku.

***

Pagi ini aku bangun lebih dulu daripada mas David, dan entah kenapa aku merasakan mual yang teramat sangat.

Aku pun segera berlari ke kamar mandi untuk menumpahkan semua isi dalam perutku.

Hoe... hoe...

Setelah mengeluarkan semua isi dalam perutku aku segera membersihkan diri.

Aku melihat kalau mas David masih sangat nyenyak dalam tidurnya, karena aku tidak mau mengganggunya, aku lebih dulu turun ke bawah untuk makan, karena aku merasa sangat lapar.

Aku meminta mbok Mina membuatkan telur goreng setengah matang dengan mie goreng dan juga membuatkan orange juice.

Ketika aku sedang asyik sarapan, mas David datang dan ikut sarapan bersamaku.

"Kamu sudah bangun, mas?" sapaku kepadanya.

"Iya, dan kamu tidak usah sok manis kepadaku, karena aku muak melihat wajahmu yang sok lugu." Ucapnya dengan sinis.

"Mbok Mina tolong buatkan aku kopi hitam dan roti bakar." Perintahnya kepada mbok mina.

"Aku mau kita segera mengurus perceraian kita."

Ucap mas David yang hampir saja membuatku tersedak.

"A-apa bercerai? aku gak mau mas. Dan kamu harus tau kamu tidak bisa menceraikan aku karena saat ini aku sedang mengandung anakmu."

"Hamil...? kamu yakin dia darah dagingku? sudah mau 2 bulan aku tidak pernah menyentuhmu."

"Kandunganku sudah masuk 3 bulan, apakah kamu tidak ingat kalau 3 bulan yang lalu kita melakukan hubungan itu."

Yang aku katakan kepadanya itu tidak benar, karena yang sebenarnya usia kandunganku baru 2 bulan.

Aku tidak bisa kehilangan mas David, bukan hanya karena aku mulai mencintainya, tapi karena aku tidak mau kehilangan kemewahan yang aku dapatkan saat ini.

"Kalau begitu sekarang juga kita harus ke rumah sakit untuk mengecek kandunganmu."

'Wahhh, bisa bahaya kalau sampai dia tau aku telah menipunya. Aku harus mencari cara supaya dia tidak membawaku ke sana.'

"Aduhhh... mas, tolong mas perutku sakit sekali." Ucapku sambil berteriak.

Mas David yang mendengar teriakanku pun segera memegang badanku,

"Kamu kenapa? Ayok kita ke rumah sakit sekarang."

"Gak bisa mas, lebih baik aku beristirahat saja! Besok baru kita ke rumah sakit ya? Gimana?" Jawabku.

"Kamu yakin gak apa-apa?" tanya mas David dengan wajah khawatirnya.

"Iya mas, aku hanya butuh istirahat saja."

Akhirnya mas David pun membantuku untuk masuk ke dalam kamar, dan membaringkanku di atas tempat tidur, aku senang sekali melihat wajahnya yang kembali lembut kepadaku.

"Kalau begitu kamu istirahat dulu ya? Kalau ada apa-apa kamu bisa memanggilku ataupun mbok Mina. Hari ini biar aku ijin tidak pergi ke kantor dulu, aku akan ada di ruangan kerjaku."

Dan akhirnya mas David pun pergi meninggalkanku sendiri di dalam kamar.

Setelah aku yakini kalau mas David sudah turun, aku segera mengambil handphone dan menghubungi seorang teman yang juga merupakan dokter kandungan di sebuah rumah sakit.

"Halo Lidya, ini aku Tina. Bisakah aku meminta bantuanmu?"

Ucapku kepada seseorang di seberang sana.

***BERSAMBUNG***