Icha Adeela, anak angkat dari keluarga Raffi Hamzah. Dia diperlakukan tidak adil, dijadikan sebagai penebus utang. Ayah angkatnya mempunyai banyak utang dan keluarga mereka terancam kehilangan rumah dan aset lainnya.
Dalam upaya menyelamatkan keluarga dan ibu angkatnya yang sekarat di rumah sakit, Icha dipaksa menikah dengan orang tua dan cacat.
Ternyata, Icha juga diperlakukan kasar oleh suaminya. Icha berusaha membayar utang agar terbebas dari belenggu suaminya.
Apakah Icha berhasil membebaskan dirinya dari situasi tersebut?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Rencana Kania
Raffi masih memegangi ponsel Icha. Banyak sekali video bukti penindasan yang dilakukan Kania dan Alula. Icha terlihat sesekali melawan tapi setelah mendapatkan ancaman dari Kania, Icha diam.
Raffi menangis menyesali yang telah terjadi. Raffi terlanjur sayang dengan Alula anak kandungnya. Raffi melupakan Icha. Raffi juga tidak mempercayai Carmen. Semua berubah setelah kehadiran Alula dan Kania di keluarga mereka.
Raffi meminta maaf kepada Carmen. Walaupun sudah terlambat, Raffi terus meminta maaf. Raffi menyesal. Dia lah yang menarik Carmen sampai jatuh dan koma di rumah sakit.
Raffi akan melakukan sesuatu untuk membalas dendam kepada Kania dan Alula. Raffi masuk ke dalam gudang. Raffi mematikan dan menyimpan ponsel Icha di tempat yang menurutnya aman. Raffi mengambil foto dan mengirimkannya ke ponsel Icha.
Raffi mengunci gudang dan lagi-lagi Raffi mengirim pesan ke ponsel Icha. Raffi memberitahu di mana Raffi menyimpan kunci gudang kepada Icha. Setelah pesan terkirim, Raffi segera menghapus percakapan dengan Icha.
Raffi berniat kembali ke rumah sakit. Raffi melihat Kania yang tiba-tiba sudah ada di depan pintu kamarnya. Kania memeluk Raffi. Kania tidak ingin berpisah dengan Raffi.
Raffi dengan kasar melayangkan pukulannya ke wajah Kania. Raffi juga mencengkram leher Kania.
"Ternyata, waktu itu, kamu sendiri yang menjatuhkan diri dari tangga!"
"Ti ... tidak. O ... orang bo ... doh mana be ... gitu," susah payah Kania mengeluarkan suara.
"Kamu. Orang bodoh yang berani mengorbankan diri demi mendapatkan simpatiku!" Raffi melonggarkan sedikit cengkeramannya.
Kania membalas dengan mencengkram leher Raffi. Kania juga menendang 'pusaka keramat' milik Raffi dengan lututnya. Raffi menjerit kesakitan. Raffi melepaskan cengkeramannya. Kania menusuk leher Raffi dengan sebuah suntikan.
"AAAGHHHHHHHHH!"
Raffi memegang lehernya yang tiba-tiba saja sakit. Tubuhnya kejang-kejang. Matanya melotot. Kania mengambil ponsel Raffi dan mencari kontak Icha. Kania menelpon Icha.
Nada memanggil terdengar, tapi Icha sama sekali tidak mengangkat teleponnya. Kania merekam video dan mengirimkannya kepada Icha.
Icha yang terganggu dengan suara dering telepon berkali-kali, membuka mata dan mencek ponselnya. Icha membuka video yang dikirim Raffi. Icha masih belum mengerti kenapa Raffi mengirimkan video kepadanya. Icha juga melihat kondisi terakhir Raffi yang kesakitan.
Icha menelpon ke nomor Raffi, Kania yang menjawab.
"Icha, Ayahmu sekarat. Buruan pulang!" Kania dengan cepat menutup teleponnya.
Icha panik, walaupun sebenarnya Icha sungguh berat kembali ke rumah itu, tapi Raffi adalah ayah kandungnya. Icha melepas infus yang menancap di tangan kanannya.
"Ka Icha, mau ke mana?" Maira datang membawa makanan untuk Icha.
"Maira, tolong, ikut aku," Icha menarik lengan Maira.
"Tunggu! Kaka harus makan dulu!"
Icha dengan cepat menghabiskan makannya. Icha tergesa-gesa keluar dari kamarnya dan tanpa sengaja menabrak dada Putra.
"Cha, ada apa?" Putra menahan Icha biar tidak jatuh.
"Kak, Ayah, tolong!" Icha meneteskan air mata.
Putra mengangguk. Icha, Maira masuk ke dalam mobil Putra. Putra kembali melarikan mobilnya menuju rumah Raffi. Di dalam mobil, Icha cerita tentang video yang dikirim kepadanya. Raffi kesakitan.
Mereka akhirnya tiba, Icha secepatnya masuk ke dalam rumah. Icha melihat Raffi yang masih kejang. Kania menangis histeris. Kania terus memanggil nama Raffi. Kania bingung, panik, takut. Kania tidak tahu harus melakukan apa. Kania hanya mengingat Icha.
"Icha, Tante bingung. Alula di ICU, Ayahmu sakit. Harus bagaimana?" Kania semakin kencang menangis.
Putra meminta bantuan Icha dan Maira mengangkat Raffi ke dalam mobil. Mereka menuju rumah sakit di mana Alula dirawat. Kania mengikuti mereka dengan mobilnya di belakang.
Icha memandangi Raffi yang meneteskan air mata memandangi Icha. Raffi masih melotot, tatapannya tidak fokus, gerakan otot wajahnya berkedut tidak terkendali.
"Ayah, Ayah, kenapa jadi begini?" Icha menciumi wajah Raffi.
Putra melirik dari kaca spion. Putra bertanya-tanya dalam hati, apa yang terjadi pada Raffi. Baru beberapa menit yang lalu mereka bertemu. Apakah Raffi tertekan dalam rasa bersalah dan penyesalan yang dalam setelah tahu kebenaran.
Dalam hati Putra merasa senang. Raffi mendapatkan balasan atas perbuatannya. Raffi telah membunuh ibunya. Ibu yang selama ini tidak pernah dia temui. Putra tidak pernah merasakan kasih sayang Carmen. Bertahun-tahun lamanya Putra mencari dan setelah bertemu, kematian kembali memisahkan mereka.
Raffi, mungkin ini balasan atas perbuatanmu! Tapi kamu jangan mati dulu! Tidak adil rasanya jika kamu dengan mudah meninggalkan dunia dengan cara seperti ini, Putra memaki dalam hati.
Di dalam mobil yang berbeda. Kania tertawa puas. Kania berharap, Raffi akan segera lumpuh dan mati. Kania sudah menyiapkan surat wasiat yang sudah ditandatangani Raffi beberapa tahun yang lalu. Di mana semua harta kekayaan yang dimiliki akan diwariskan kepada Alula.
Kania terus memberikan obat-obatan kepada Raffi yang dia masukkan secara diam-diam ke dalam minuman dan makanannya. Obat-obatan itu secara perlahan akan merusak sistem syaraf. Dan suntikan tadi adalah racun dengan dosis tinggi.
"Raffi, kamu akan segera berkumpul dengan Carmen. Kurang baik apalagi aku sama kamu. Terima kasih atas kebodohanmu selama ini, ha, ha!" Kania memukul-mukul setirnya.
Kania memarkirkan mobilnya. Kania melihat Putra keluar dari mobil dan memanggil para perawat yang ada di dalam rumah sakit. Putra kembali ke mobil bersama para perawat yang membawa brankar. Raffi dimasukkan ke dalam rumah sakit.
Kania tersenyum, Kania sengaja tidak ikut mengantar Raffi. Kania menelpon seseorang. Kania menanyakan keberadaannya dan dengan sedikit marah Kania memaki orang yang ada di dalam panggilan telepon.
Kania marah karena Icha selamat. Kania ingin Icha mati. Kania iri melihat Icha yang hidupnya sekarang lebih baik. Setelah berpisah dengan Fairel, Icha bersama pria yang bernama Putra.
Kania mengira, Putra adalah kekasih baru Icha pengganti Fairel. Kania melihat banyak sekali perubahan dari diri Icha. Selama menikah dengan Fairel hidupnya sengsara. Sekarang setelah bersama Putra, hidupnya berubah drastis. Icha menjadi orang kaya.
Kania menanyakan apakah Fairel memberikan uang yang dia minta. Pria yang ada di dalam panggilan telepon menjawab uangnya aman bersamanya.
"Sayang, uang sudah kita dapatkan. Tinggalkan Raffi."
"Tunggu sebentar, Raffi masih belum mati. Alula masih di dalam ruangan ICU. Alula, Alula," Kania ingat Alula. Kania bergegas keluar dari mobil dan menuju ruangan ICU.
Kania berlari. Kania menemui dokter yang memeriksa Alula. Dokter bilang harus dilakukan operasi sumsum tulang belakang. Alula harus mendapatkan pendonor secepatnya. Kania kembali dalam kepanikan. Saat itu Kania melihat Icha yang berjalan sendirian menuju ke arahnya.
Kania mengatakan kepada dokter, bahwa Icha adalah pembantu di rumahnya. Icha selama ini secara diam-diam mendonorkan darahnya untuk Alula. Icha anak yang sangat baik. Kebaikannya tidak ingin diketahui Kania.
Kania menunjuk ke arah Icha. Kania sangat yakin, Icha kali ini mau mendonorkan sumsum tulang belakangnya untuk Alula. Dokter harus bisa mendapatkan Icha. Kania menjanjikan akan memberikan imbalan jika berhasil mengambil sumsum tulang belakang Icha.
Kania sedikit menjauh dari ruangan ICU. Kania bersembunyi dan melihat dari kejauhan. Dokter itu mendekati Icha. Entah apa yang mereka bicarakan. Dokter itu mengajak Icha masuk ke dalam ruangan ICU.
Kania yang penasaran mengintip dari kaca ruangan ICU. Icha berdiri di depan hospital bed milik Alula. Tidak lama kemudian Icha pingsan. Dokter mengangkat tubuh Icha dan keluar dari ruangan ICU.
"Alula, semoga saja kali ini operasinya berhasil," ucap Kania.
Apa yang akan terjadi pada Icha? Tunggu besok ya 😉.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...