NovelToon NovelToon
Kutu Buku Mendapatkan Sistem

Kutu Buku Mendapatkan Sistem

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Sistem
Popularitas:38.2k
Nilai: 5
Nama Author: jenos

Kehidupan Jansen, seorang pemuda biasa, berubah secara drastis ketika ia secara tak terduga mendapatkan sesuatu yang misterius bernama "System". Sistem ini memberinya kekuatan untuk mengubah takdir hidupnya dan membawanya ke jalan kesuksesan dan kebahagiaan.

Dengan bantuan sistem ini, Jansen berusaha untuk meraih impian dan cinta sejatinya, sambil menghadapi berbagai rintangan yang menguji keteguhan hatinya.

Akankah Jansen mampu mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai kehidupan yang ia inginkan, ataukah ia akan terjebak dalam keputusasaan karena kekuatan baru yang ia miliki?

Jansen mendapatkan beberapa kemampuan dari sistem tersebut, seperti kemampuan bertarung, peningkatan kecepatan dan kekuatan, serta kemampuan untuk mempelajari teknik baru lebih cepat. Sistem tersebut juga memberikan Hansen akses ke pengetahuan yang luas tentang dunia, sejarah, dan berbagai aspek kehidupan, yang membantu Jansen dalam menghadapi berbagai tantangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 21

Ibu, aku tak tahu kamu dimana

sekarang. Tapi kalau ibu bisa

melihatku sekarang, aku akan

sangat senang." gumam Jansen

dengan mata berkaca-kaca. la

melihat-lihat sekelilingnya.

menikmati desain interior yang

elegan dan mewah,

Setelah puas menikmati

suasana ruang tamu, Jansen

melanjutkan perjalanannya

untuk memilih kamar, la sudah

mengetahui letak kamar utama

berkat tour yang diberikan oleh

Manajer Sony. Kamar itu begitu

luas dengan tempat tidur yang

besar dan mewah. Tanpa ragu,

Jansen menghempaskan

tubuhnya ke atas ranjang.

merasakan kenyamanan yang

belum pernah ia rusakan

sebelumnya.

Mata Jansen menatap

langit langit kamar yang tinggi.

"jika ibu ada disini, apakah dia

akan bertanya bagaimana bisa

aku memilikinya? Apa yang

harus aku loitakkan?"

"Aku harus memiliki alasan

kuat agar Ibu percaya saat

berkunjung. Aku akan memulai

sebuah Bisnis. Namun, bisnis

apa yang baik, yang

menghasilkan banyak uang?

Sedang aku tidak memiliki

banyak pengalaman yang

berbeda selain pengalaman

menjadi pengantar paket,"

gumamnya. Terlarut dalam

lamunan, Jansen tak sadar

waktu berlalu, hingga akhirnya

dia terlelap.

Tak jauh dari tempat

tinggalnya, pesta ulang tahun

diadakan dengan meriah di

salah satu perumahan

mewah.

Musik dan tawa riang terdengar

jelas, menggema hingga ke

telinga Jansen yang sedang

terlelap dalam tidurnya.

Kedengaran gemerlap lampu

lampu hias yang menari-nari,

serta suara orang-orang yang

bergembira ria, menikmati

hidangan yang beraneka ragam.

Jansen terkejut saat

terbangun dari tidurnya.

Matanya langsung menatap jam

dinding besar yang

menunjukkan pukul sembilan

malam. "Astagaa Aku lupa ada

janji dengan Larissa, Aku

terlambat," serunya sambil

melompat dari tempat tidur dan

berlari menuju kamar mandi.

Dalam sekejap, Jansen

selesai mandi dan keluar dari

kamar mandi dengan handuk

melilit tubuhnya. Dia segera

membuka buntelan kain yang

berisi pakaian miliknya. Sambil

mencari pakaian yang cocok,

Jansen tak sengaja menatap

tubuhnya

di cermin. Kini,

tubuhnya terlihat atletis dan

kekar.

"Sungguh tubuh yang

diimpikan oleh banyak lelaki di

dunia," ujar Jansen bangga

sambil tersenyum

puas. Tanpa

menyadari, waktu terus berjalan

dan Jansen semakin terlambat

untuk janji dengan Larissa.

Namun, la terus saja mencoba

berbagai pakaian untuk

memastikan penampilannya

sempurna pada malam itu.

Jansen berdiri di depan

lemari pakaiannya, merasa

frustrasi saat melihat pilihan-

pilihan pakaian yang ada di

dalamnya. Tidak ada satupun

yang terlihat bagus dan cocok

untuk dikenakan pada acara

yang akan ia hadiri. Ia mencoba

mengenakan pakaian baru yang

baru saja dibelinya, namun

ternyata pakaian itu tidak sesuai

dengan bentuk tubuhnya.

Kesempitan di beberapa bagian

membuatnya merasa tidak

nyaman.

Ia pun bingung, "Apakah

aka harus membeli pakaian di

Toko Sistem? gumamnya pelan.

mempertimbangkan opsi

tersebut. Setelah berpikir

sejenak, Jansen akhirnya

memutuskan

untuk pergi ke

Toko Sistem. Di sana, la

menghabiskan waktu yang

cukup lama untuk memilih

pakaian yang paling cocok

untuknya. Tidak terlalu mewah,

namun juga tidak terlalu murah.

Akhirnya, la membeli satu

set pakaian lengkap beserta

sepatu yang sesuai dengan selera

dan kebutuhannya,

dengan harga yang harus ia bayar

Dengan pemotongan 50 poin dari akunnya. Angka yang cukup besar, namun Jansen merasa puas dengan pilihannya.

berlangsung meriah dengan cukup banyak tamu yang hadir. Dekorasi balon dan pita berwarna-warni

menghiasi ruangan, serta suara tertawa dan musik menggema di sepanjang malam. Jam madah menunjukkan pukul sembilan lewat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan untuk

pesta dimulai

Larissa, gadis berambut panjang berusia 20 tahun, tampak gelisah sambil sesekali melirik ke arah pintu. Dinda, sahabatnya yang sudah mengenal Larissa sejak kecil,

menyadari perubahan sikap Larissa.

Larissa, tampaknya kamu

menunggu seseorang, siapa dia? Apakah kamu sekarang memiliki gobetan?" tanya Dinda dengan wajah

penasaran.

Ah, aku hanya merenung, usiaku kian bertambah dan tidak lama lagi kita akan wisuda, bekerja, dan menikah,"

jawab Larissa sambil tersenyum kecut.

"Hobo, kama mulai tidak jujur, Larissa. Aku telah memperhatikanmu untuk waktu yang lama. Dan kamu sering melihat ke pinta," ujar Linda sambil tersenyum jahil.

Larissa tersipu malu dan

menunduk, mencoba mengalihkan perhatian dari pertanyaan Dinda. Namun, rasa penasarannya membuat Dinda semakin yakin bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh

Larissa.

Sementara itu, di luar ruangan,

sosok pemuda tampan dengan setelan

jas rapi sedang berjalan menuju pintu.

Matanya mencari seseorang, dan begitu melihat Larissa, senyum merekah di

wajahnya. Ia melambaikan tangan dan berjalan mendekati Larissa yang saat Itu tengah berbicara dengan Dinda,

Ketika Larissa menyadari

kehadiran pemuda tersebut, wajahnya

bersemu merah dan detak jantungnya

semakin cepat.

Dinda menatap tak percaya ke arah

Larissa yang tengah tersenyum pada

Jansen. Hampir tak bisa dipercaya bahwa sosok yang ditunggu Larissa adalah Jansen, pemuda yang dulu

sering dihina dan dianggap miakin oleh

orang-orang sekitar.

Wajah Dinda mengernyit, seolah

mencoba mencerna apa yang baru saja

disaksikannya, la merasa seperti

sedang menonton adegan di film yang penuh dengan kejutan, seolah hari ini adalah hari ulang tahunnya sendiri dan

ja baru saja diberi surprise yang

mengejutkan.

Dengan langkah pasti, Dinda

menarik tangan Larissa menjauh dari

Jansen. "Larissa, bukankah dia itu

Jansen?" tanya Dinda dengan nada skeptis, menunjuk ke arah pemuda tersebut. "Memang sekarang dia

terlihat sedikit berbeda, tapi tetap saja

dia itu miskin. Apakah kamu...."

Larissa tersenyum tenang.

menatap Dinda dengan tajam. "Miskin

atau kaya hanyalah status di mata orang lain, Dinda. Paktanya, hati adalah yang terpenting. Bukan masalah kan kalau aku berteman dengan dia?" jawab

Larissa dengan mantap.

Dinda terdiam, tak mampu

menjawab pertanyaan sahabatnya. Ia

masih terbayang-bayang wajah Jansen

yang kini terlihat jauh lebih tampan

dan percaya diri, membuatnya merasa

terhenyak. Mungkin selama ini Dinda

terlalu fokus pada status sosial dan melupakan bahwa hati yang baik adalah yang paling berharga.

Dinda menatap Larissa dengan

tajam, "Namun tetap saja apa kata

orang kalau karma dekat dengannya.

Kabar mengatakan bahwa dia sekarang

dekat dengan Lorenza. Entah kami atau

Lorenza, kalian berdua sungguh mengherankan. Aku tak paham dari pandangan kalian berdua." ucap Dinda

dengan nada sinis

Larissa mencoba menjawab dengan

tenang. Apa yang salah Dinda

Dinda melanjutkan, "Tidak ada. Hanya, kamau dikelilingi oleh banyak lelaki kaya dan tampan. Mengapa kamu

tidak pilih salah satu, seperti Kevin.

Dia bahkan sangat memujama."

Mendengar ucapan Dinda, Larissa

tersenyum lembut, Jangan bedakan

manusia, setiap orang memiliki hak berteman. Larissa menegaskan pendiriannya, walaupun ia tahu Dinda

mungkin tidak akan mengerti.

Jansen berdiri tegap di tengah

keramaian, mengabaikan tatapan sinis

dan ejekan yang dilemparkan ke

arahnya, ta jelas mendengar apa yang

dikatakan oleh Dinda, namun entah mengapa, ia tidak merasa tersinggung sama sekali. Mentalnya yang kini sudah terlatih membuatnya tak peduli

dengan ucapan seperti itu. Sungguh,

sekarang ini dengan Sistem yang

membantunya, kekayaan hanyalah

masalah waktu.

Dengan percaya diri, Jansen

melipat kedua tangannya di dada dan

bersandar pada dinding, memandangi banyak orang yang ada di sekelilingnya. Ja merasa tak perlu terpengaruh oleh

pandangan orang lain, karena ja tahu

dirinya lebih baik dari mereka.

Tiba-tiba, seorang pemuda

berwajah sombong menghampiri

Jansen dan menatapnya dengan

pandangan remeh. "Oh siapa ini, mengapa bisa ada di sini? ejek pemuda itu sambil memandangi Jansen dari atas aumpai bawah.

"Apa pedulimu. Urus apa yang

seharusnya kamu urus, jangan

mengurusi ku, karena aku sudah cukup

kurus," ucap Jansen dengan nada sinis

dan menyeringai.

Suasana yang tadinya tegang mulai

berubah menjadi riuh ketika dia

melontarkan kalimat tajam kepada

Kevin.

Mendengar ucapan Jansen, orang-orang yang tadinya hendak marah karena sikap Kevin langsung terdiam.

Namun, tak lama kemudian, mereka

terkekeh dan tertawa mendengar

guyonan di ujung kalimat Jansen,

"Dia sungguh licu!" ujar seseorang di belakang Kevin, sambil menepuk nepuk pundaknya

Wajah Kevin memerah karena

malu, tangannya sudah siap untak memukul Jansen, namun tiba-tiba Andara, sahabatnya, menepuk bahunya

pelan. "Untuk ape memurunkan level.

kamu, Bre?" bisik Andara.

Kevin menghela nafas panjang,

kemudian menatap Jansen dengan

sinis. "Kama benar, gembel tetap saja

gembel walaa berpakaian bagus."

ujarnya sambil berlalu pergi bersama

Andara, meninggalkan Jansen yang

tersenyum lebar di tengah kerumunan

orang yang masih tertawa.

"Eh Kevin," sapa Dinda saat melihat sosok Kevin yang sedang mendekati Larissa dengan langkah pasti dan semangat yang terpancar jelas dari

wajahnya.

Kevin mengangguk, matanya

memperhatikan Larissa yang tampak cantik bak peri dengan gaun yang bersinar malam ini, menarik perhatian

banyak orang di sekitarnya.

"Selamat ulang tahun, Larissa. Ini

kado untukmu seru Kevin sambil

menyerahkan kotak berwarna perak

yang sudah la bungkus dengan rapi.

Tampak ada usaha yang ia lakukan

untuk membuat kado tersebut terlihat

spesial.

"Buka! Buka! Bukal tiba-tiba saja

tamu-tamu undangan yang merupakan teman-teman sekelas mereka mendekat dan membuat lingkaran di

sekitar Larissa, Seruan untuk

membuka kado itu menggems

berulang kali, membuat suasana

semakin riuh dan penuh keceriaan.

Mata kecil Larissa memandangi

Jansen yang berdiri di belakang Kevin. Dalam hati, dia merasa ingin tahu apa yang akan Jansen berikan padanya nanti. Namun, bagi Kevin, ja merasa

seolah-olah Larinsa sedang

memandangnya dengan tatapan yang

penuh arti. Ini membuat perasaan

Kevin berbunga, mengira bahwa

Larissa mungkin juga tertarik padanya.

"Larisa, sebenarnya aku sangat

mencintaimu. Maukah kama menjadi pacarku?" ucap Kevin. la berlutut dengan anggun, kemudian lembut memegang tangan Larissa. Wajahnya.

penuh harap.

Larissa menahan nafas.

Keterkejutan memenuhi hatinya.

namun ia tahu betul bagaimana sifat

Kevin. Itu bukan hal yang cukup untuk

menyentuh lubuk hati paling dalam.

"Terima kasih," seru seorang teman

di halaman rumah itu. Larisa, jangan

ragu, cepat terima!" bisik Dinda di

telinga Larissa

Namun, dengan berat hati, Larissa

menggeleng. "Maaf," satu kata itu

bagaikan jarum tajam yang menusuk

hati. Seperti ledakan petir yang

mencabik-cabik langit, kecewa teru

memekikkan telinga.

Kevin terpaku, merasa hatinya

hancur lebur bak kaca yang dilempar dengan palu dari ketinggian. "Maaf? Untuk apa?" tanya Kevin dengan suara

bergetar.

"Aku masih ingin sendiri!" jawab

Larissa, suaranya serak. "Aku belum

siap untuk menjalin hubungan."

Masa salah dan malu menyelimuti

Kevin. "Apakah kau tidak bisa

memberiku kesempatan?" tanya Kevin

dengan nada memelas.

Tiba-tiba Andara menepuk pundak

Kevin dan berkata, "Kamu adalah

pemuda berkualitas. Untuk apa

mengemis cinta? Ayo, pergi dari sinif"

ujarnya.

Kevin menatap Larissa dengan

campur aduk perasaan, ada kecewa,

marah, dan kebencian. Namun, dibalik

Tatapan itu, ada pula rasa sayang yang tak bisa diungkapkan. Dalam diam, Kevin menggigit bibir, berusaha tegar menghadapi kenyataan pahit ini.

1
Samadi Kelana
Lanjutkan. Gas pol.
Didi Mahardeka
/Frown/
Didi Mahardeka
bagus
Ali Nur
sangat menarik... dan tolong lanjutkan
Ali Nur
kenapa berhenti lanjutkan tore
Aang Alik
tolong perhatikan caranya menulis jangan seperti anak SD dong gak jelas, gak enak membacanya kalo seperti itu
slametskc: berul bang amburadul semua gantung semua gak ada ending nya..
total 1 replies
Agang Junior
like tetap d bantu dan d beri hadian gratis kalau ada poin...intinya jgn memaksa cerita..karena dari translet sedikit kacau dan nana berubah² serta alur yg membagongkan...tpi thanks sudah memberi cerita untuk saya baca.../Grin/
DigiDaw: Hay, salam kenal /Tongue/
pejuang: siap terima kasih saya akn coba koreksi lagi sebelum upload...soalnya ini cerita dari bahasa Mandarin /Grin/
total 2 replies
Sules Tiyanto
terlalu banyak tiponya
Sules Tiyanto: siippp ,, 👍👍
pejuang: trimakasih akan masukannya akan saya perhatikan lgi
total 2 replies
adi ambara
cerita yg tak jelas..bnyak yg slot yg dipotong..
Oktaviadi Ayu
cerita nya keren, tapi sayang msh ad typo
Oktaviadi Ayu
thor, tolng diperbaiki byk typo
R Ahmad
kapan kaya nya kalo gitu
Rizky Fadillah
bah Banjarmasin kh sekali nya,kd jauh jua🤣🤣🤣
Didi Mahardeka: iya ne kalsel/Grin/
total 1 replies
Cha Sumuk
knp sih mc cowok nya di buat jd playboy gt ihhh
Cha Sumuk
knp murahan sekali sih sifat mc cowok nya,,yg dingin,kaku,cuek badas ap ga bisa
Pakde
lanjut thor
Pakde
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!