NovelToon NovelToon
Paman CEO Itu Suamiku!

Paman CEO Itu Suamiku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Nikah Kontrak / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lee_ya

Nayra Kirana, gadis berusia 22 tahun yang baru lulus kuliah, dihadapkan pada kenyataan pahit, ayahnya sakit keras dan keluarganya berada di ambang kehancuran ekonomi. Ketika semua pintu tertutup, satu-satunya jalan keluar datang dalam bentuk penawaran tak terduga—menikah dengan Arka Pratama, pria terpandang, CEO sukses, sekaligus... paman dari senior sekaligus bos tempatnya magang.

Arka adalah duda berusia 35 tahun, dingin, tertutup, dan menyimpan banyak luka dari masa lalunya. Meski memiliki segalanya, ia hidup sendiri, jauh dari kehangatan keluarga. Sejak pertama kali melihat Nayra saat masih remaja, Arka sudah merasa tertarik—bukan secara fisik semata, melainkan pada keteguhan hati dan ketulusan gadis itu. Ketika Nayra tumbuh dewasa dan kesulitan menghimpit hidupnya, Arka melihat kesempatan untuk menjadikan gadis itu bagian dari hidupnya.

Tanpa cinta, tanpa keromantisan, mereka memulai hidup sebagai suami istri berdasarkan perjanjian: tidak ada kewajiban fisik, tidak ada tuntutan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lee_ya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pintu Besar Terbuka

Dua bulan berlalu sejak Nayra memulai bisnis kecilnya dari rumah.

Hari-harinya dipenuhi sketsa, chat klien, revisi mendadak, pengiriman bahan yang kadang salah warna, dan tawa Alma yang berlarian di antara gulungan kain.

Kadang lelahnya luar biasa. Tapi ada kebahagiaan aneh yang tak bisa digambarkan.

Satu siang, ia sedang menyusun paket pre-order batch kedua untuk dikirim, ketika notifikasi dari Instagram berbunyi bertubi-tubi.

"Ada apa ini?" gumam Nayra.

Ia membuka aplikasinya. Ratusan notifikasi mention, DM, dan komentar.

Sebagian besar menandai akun milik salah satu influencer fashion lokal yang cukup terkenal.

Akun itu memposting desain serupa milik Nayra tanpa mencantumkan nama Nayra sedikit pun.

Jantung Nayra seperti terjatuh ke lantai.

Ia scroll ke bawah. Desain yang dicuri bukan hanya satu, tapi tiga desain andalan Nayra, yang pernah ia unggah di akun @NAKA_style beberapa minggu lalu. Hanya diganti warna dan label.

Komentar netizen mulai gaduh:

“Mirip banget sama brand rumahan yang baru naik daun itu, deh.”

“Kok ini desainnya kayak punya NAKA ya?”

“Eh plagiat bukan sih?”

Nayra menutup ponselnya. Tangannya gemetar.

Bukan hanya karena marah, tapi karena takut, takut akan kehilangan sesuatu yang baru saja ia perjuangkan mati-matian.

Malamnya, Arka mendapati Nayra duduk di ruang kerja sambil menatap kosong ke layar laptop.

"Ada yang salah?"

Nayra tak langsung menjawab. Ia hanya menyodorkan ponsel pada suaminya.

Arka membaca cepat. Wajahnya langsung berubah tegang.

"Ini mereka beneran ambil desainmu?"

Nayra mengangguk.

"Aku enggak tahu harus ngapain. Aku enggak punya hak paten. Aku gak punya kekuatan buat lawan akun sebesar itu.”

Arka terdiam sejenak, lalu duduk di sebelah Nayra.

“Denger ya, Nay. Kamu boleh kalah besar, tapi kamu gak boleh kalah cara. Kita bisa konsultasi ke bagian hukum perusahaan. Kita kumpulkan bukti desain digital kamu, tanggal upload, semua jejaknya.”

“Tapi kalau mereka bawa ke media, nama kita bisa rusak.”

Arka menatapnya dalam. “Lebih baik reputasi diuji, daripada diam dan diinjak. Biar aku yang urus sisi legalnya. Kamu fokus jaga kualitas brand kamu.”

***

Keesokan harinya, Arka membawa masalah itu ke divisi hukum perusahaannya. Ia menjelaskan kronologis tanpa embel-embel drama. Legal team menyarankan, kumpulkan bukti digital, komunikasi dengan pihak pelanggar dulu secara resmi dan bila tidak ada itikad baik, baru dilanjutkan ke jalur hukum.

Tiga hari kemudian, tim Nayra mengirimkan surat elektronik resmi kepada akun tersebut.

Responnya?

“Mohon maaf jika dianggap menyerupai. Namun desain tersebut bukan hasil penjiplakan, hanya kebetulan ide.”

Nayra tertawa getir saat membaca balasan itu.

“Kebetulan? Tiga desain sekaligus?”

Arka mendekat. “Kalau gitu kita naikkan ke langkah berikutnya.”

Di tengah semua tekanan itu, pre-order batch kedua Nayra justru naik dua kali lipat. Banyak yang bersimpati dan mendukung Nayra untuk terus berkarya.

Namun itu tak berarti hidupnya jadi mudah.

Alma mulai memasuki fase susah makan, cranky dan makin lengket ke Nayra.

Satu sisi Nayra harus revisi desain tengah malam, sisi lain Alma sering terbangun karena mimpi buruk.

Di hari kelima, tubuh Nayra tumbang karena flu dan kelelahan.

Ia terbangun siang itu di atas ranjang dengan selimut ditarik hingga leher.

Arka duduk di kursi dekat tempat tidur sambil menyuapi Alma bubur.

“Kamu akhirnya pingsan juga,” gumam Arka.

Nayra berusaha duduk. “Aku harus kirim–”

“Kamu harus istirahat,” potong Arka cepat. “Masalah desain biar aku delegasikan dulu ke tim kamu.”

“Aku gak punya tim.”

Arka tersenyum. “Mulai hari ini, kamu punya. Aku ambilkan dua desainer junior dari kantor untuk bantu freelance sementara.”

Nayra tertegun. “Serius?”

“CEO mana yang tega liat co-founder brand-nya tumbang, coba?” Kata Arka tersenyum pada Nayra.

Nayra terdiam. Lalu tersenyum.

Bukan karena semuanya jadi mudah, tapi karena ada seseorang yang tak lelah memayunginya.

Minggu berikutnya, akun pelanggar akhirnya menghapus seluruh postingan desain yang mirip dengan Nayra dan diam-diam menutup kolom komentar.

Nayra tak merayakan kemenangan itu dengan pesta.

Ia hanya duduk di ruang kecilnya, memandang desain-desain baru yang mulai bermunculan di layar laptop.

Bersama Alma yang sedang tidur siang di pangkuannya dan bersama cinta dari seorang suami, yang diam-diam menciptakan ruang untuk ia bertumbuh.

***

“Aku gak percaya in ok,"

Nayra menatap layar ponselnya dengan mata membelalak, jantungnya deg-degan seperti habis lari dari maling.

Arka yang baru selesai mencuci botol susu Alma, datang membawa handuk kecil. “Kenapa? Kamu ngidam bakso isi emas?”

Nayra menyerahkan ponselnya dengan tangan bergetar. “Baca deh!”

Arka membaca cepat. Matanya ikut membesar.

"Dear Ibu Nayra,

Kami dari tim Creative Director Jakarta Fashion Collective (JFC) sangat tertarik pada desain-desain Ibu di akun @NAKA_style.

Kami sedang membuka seleksi kolaborator brand lokal untuk event tahunan kami. Jika Ibu bersedia, kami ingin mengundang untuk presentasi langsung minggu depan…”

Nayra masih diam, wajahnya pucat. Tangannya dingin.

“Nay, ini JFC yang tiap tahun kamu tonton livestream-nya sambil makan keripik!”

Nayra menelan ludah. “Aku diundang buat presentasi,"

Namun euforia itu cepat digerus kenyataan.

Sore harinya, Nayra duduk di dekat boks Alma, yang baru saja tertidur habis tantrum.

Tatapan Nayra penuh kebingungan.

"Aku harus ke event, tiga hari. Tapi Alma, dia masih nyusu langsung, masih suka demam tengah malam, masih belum ngerti kalau aku cuma sebentar ninggalin…”

Ia menunduk, memandangi tangan mungil Alma yang menggenggam selimut.

Kepalanya penuh suara-suara cemas.

“Kalau dia bangun tengah malam nyariin aku?”

“Kalau Arka panik?”

“Kalau aku gak fokus dan gagal?”

Malamnya, Nayra akhirnya bercerita pada Arka.

“Aku pengen banget ambil ini, Ka. Tapi aku juga takut ninggalin Alma.”

Arka mengangguk, lalu duduk di samping Nayra.

“Kamu tahu waktu aku jadi CEO, aku takut kehilangan kamu karena aku gak ada waktu. Sekarang giliran kamu bertumbuh dan aku akan jadi ‘kamu’ yang jaga rumah.”

Nayra tersenyum lemah. “Kamu yakin bisa jagain anak satu tahun yang mood-nya kayak cuaca Jakarta?”

Arka mengangkat alis. “Aku udah hafal semua lagu Cocomelon, Nay. Aku siap perang.”

***

Hari keberangkatan pun tiba.

Nayra memeluk Alma erat. Anak itu belum paham konsep "pergi beberapa hari", tapi bisa merasakan pelukan mamanya lebih erat dari biasanya.

“Ma, mam.” gumam Alma, tangannya menarik ujung jaket Nayra.

Nayra mengecup pipi bulat Alma. “Mama balik cepet ya, sayang.”

Alma hanya menggigit dotnya sambil matanya berkaca-kaca.

Nayra hampir batal pergi saat itu juga.

Presentasi di JFC berlangsung di ruangan mewah, penuh layar besar dan audiens dengan jas mahal.

Nayra berdiri di panggung, mengenakan tunik hitam polos dan sepatu yang sudah mulai longgar karena sering dipakai lari-lari ngejar anak.

Tangannya dingin, tapi suaranya lantang. Ia membawakan koleksi bertema “Perempuan Bertumbuh.”

Bukan sekadar desain tapi cerita.

Perjalanan seorang ibu muda yang bertahan di tengah cucian dan dot susu, sambil merangkai ulang mimpinya.

Ketika selesai, ruangan sunyi.

Lalu tepuk tangan pelan menyusul, hingga membesar.

Salah satu panelis berdiri. “Desain Anda bukan hanya menarik. Tapi menyentuh. Kami suka pendekatannya yang jujur dan membumi.”

Dalam perjalanan pulang, Nayra menulis di jurnal kecil yang selalu dibawanya.

"Aku masih takut. Tapi sekarang aku tahu aku gak egois karena bermimpi.

Aku hanya ingin membuktikan, bahwa Mama bisa.

Untuk Alma, untuk diriku sendiri.”

Sampai di rumah, Nayra langsung membuka pintu dengan setengah berlari.

Di ruang tengah, Alma duduk di pangkuan Arka sambil mengunyah potongan pisang.

Begitu melihat Nayra, mata mungil itu membulat.

“Mamaaa!”

Suara cadel dan serak itu meluncur, sebelum tubuhnya merambat jatuh ke pelukan Nayra.

Arka tersenyum.

"Dia nangis tiap malem. Nyariin kamu sambil bawa baju kamu.”

Nayra memeluk Alma lebih erat. “Maaf ya sayang, mama pergi cuma sebentar,"

Alma mengangguk-angguk kecil, lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Nayra.

“Nay," ujar Arka, menyerahkan cokelat panas. “Selamat ya, Mama CEO.”

Nayra tertawa, walau matanya basah.

1
Dini Aryani
mohon maaf, karakter istri egois. dia menuntut suami yg diinginkan semua istri, sedangkan dia tidak melakukan kewajiban sebagai istri apalagi sedang hamil, ketaatan pd suami yg baik. sudah jadi istri lho. tolonglah ada unsur edukasi buat istri, agar tdk ada yg meniru sesuatu yg buruk. saya sbg istri malu
Lee_Ya: terimakasih kak buat komentarnya, stay tune terus ya buat tau cerita selanjutnya....lope sekebon 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!