NovelToon NovelToon
Jejak Luka Sang Mafia

Jejak Luka Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Obsesi
Popularitas:20.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sonata 85

Gavin Alvareza, pria berdarah dingin dari keluarga mafia paling disegani, akhirnya melunak demi satu hal: cinta. Namun, di hari pernikahannya, Vanesa wanita yang ia cintai dan percaya—menghilang tanpa jejak. Gaun putih yang seharusnya menyatukan dua hati berubah menjadi lambang pengkhianatan. Di balik pelaminan yang kosong, tersimpan rahasia kelam tentang cinta terlarang, dendam keluarga, dan pernikahan gelap orang tua mereka.
Vanesa tidak pernah berniat lari. Tapi ketika kenyataan bahwa ibunya menikahi ayah Gavin terkuak, dunianya runtuh. Di sisi lain, Gavin kehilangan lebih dari cinta—ibunya bunuh diri karena pengkhianatan yang sama. Amarah pun menyala. Hati yang dulu ingin melindungi kini bersumpah membalas.
Dulu Gavin mencintai Vanesa sebagai calon istri. Kini ia mengincarnya sebagai musuh.
Apakah cinta mereka cukup kuat untuk melawan darah, dendam, dan luka?
Atau justru akan berakhir menjadi bara yang membakar semuanya habis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perang yang Tak Terlihat

Gavin Alvareza sudah ada di kantor. Kepulangannya akan membuat jantung para staf kantor berdetak hebat bersantai, bara api yang hampir membakar seluruh fondasi perusahaannya. Wajahnya dingin, penuh aura ancaman. Sebuah peringatan tak terucap yang membuat semua karyawan menahan napas.

“Sebelum masalah ini selesai, tak satu pun dari kalian boleh pulang!” suara Gavin menggelegar saat melangkah ke dalam ruang utama kantor. Semua orang menunduk, tidak ada yang berani mengangkat wajah. Bahkan suara napas pun terasa menghina kesunyian yang menyiksa. Felix, Raga Zidan ikut bekerja mencari tahu. Mereka  merasa di kerjai. Saat mereka fokus mengerjakan bisnis gelap Gavin. Ternyata perusahaan Mahesa Group di serang.

“Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi di sini! Bagaimana mungkin, dalam acara launching produk baru kita, yang muncul malah produk dari perusahaan lain?!”

Tidak ada yang bersuara.

Diam yang mencurigakan.

“Siapa yang bisa menjelaskan?!”

Akhirnya, salah satu staf memberanikan diri angkat suara. Tubuhnya gemetar, suaranya nyaris tak terdengar.

Gavin mendengarkan penjelasan itu dengan rahang mengeras. Saat informasi mengenai hilangnya sampel produk dari kantor mengemuka, ia membalikkan tubuhnya dengan tatapan membakar.

“Bagaimana mungkin contoh barang bisa hilang dari kantor ini? Kita punya tim keamanan, kamera pengawas, protokol ketat! Apa kerja mereka semua? Pecat! Pecat semuanya sekarang!”

Suasana pun berubah jadi neraka. Tangis diam, wajah-wajah murung, dan ketakutan mulai menyebar seperti virus. Damian berdiri kaku di sudut ruangan, tak berani menatap mata Gavin. Tapi ia tahu, giliran dirinya sudah dekat.

“Kamu. Damian. Ke ruanganku. Sekarang.”

Damian menelan ludah. Nafasnya berat. Saat ia berdiri, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Vanesa muncul di layar.

[Jangan sebut namaku. Kumohon] tulis Vanesa.

Gavin sudah menunggunya di ruang kerja. Duduk di kursi kebesarannya, kedua tangan terlipat, sorot matanya tajam, menusuk seperti belati. Felix, Raga ada juga di sana sedang berjaga di depan pintu.

“Aku beri kamu satu kesempatan, Damian. Katakan padaku, apa tujuanmu melakukan ini?”

Damian menunduk. “Saya minta maaf, Pak…”

“Aku tidak butuh permintaan maafmu. Aku butuh penjelasan.” Gavin menyela, nadanya semakin dingin. “Siapa Vanda?”

Damian nyaris tak bisa menutupi ketakutannya. “Saya... saya hanya tidak ingin booth kita kosong saat launching. Saya pikir... daripada mengecewakan pelanggan, saya minta mereka. Vanda Store. mengisi tempat itu dengan produk mereka. Tentu dengan membawa nama perusahaan kita.”

“Kamu ganti produk kita dengan produk dari luar?! Tanpa izin?!” Gavin berdiri, wajahnya mengeras.

“Saya hanya ingin menyelamatkan situasi, Pak. Tidak ada maksud jahat…”

“Kamu pikir aku sebodoh itu? Kau pikir aku akan percaya kamu melakukan ini demi perusahaan?” Suara Gavin naik satu oktaf. “Atau sebenarnya kamu ingin menghancurkannya dari dalam? Apa ada seseorang yang memintamu?”

‘Katakan padaku di mana Vanesa’ Gavin bertanya dalam hati.

Damian panik, tapi tetap pada satu hal: ia menepati janjinya pada Vanesa.

“Tidak Pak. Saya melihat kualitas produk mereka bagus, Pak. Sejalan dengan tema acara... sangat cocok.”

Gavin mengepalkan tangan. “Aku ingin bertemu pemilik Vanda Store. Sekarang.”

“Owner-nya... sedang berada di luar negeri. Semua urusan dipegang asistennya,” jawab Damian gugup.

“Lalu, kamu menemui seseorang diam-diam. Siapa ini?” Gavin menunjukkan gambar Damian layar ponselnya, ia bertemu seorang wanita, tapi, gambar wanita itu terhalang tembok hanya topi hody yang kelihatam setengah.

‘Itu kan Vanesa’ Damian menelan ludah dengan gugup, tapi ia tidak menyebutkan nama Vanesa.

“Itu teman saya Pak, dia hanya ingin bertemu  denganku.”

Mendengar itu, Gavin memijit pelipisnya. Di luar, badai belum juga reda. Di dalam, ia seperti dikelilingi penghianatan dari segala sisi.

**

Kejadian itu berdampak besar. Lebih besar dari yang diprediksi. Produk Vanda justru jadi primadona. Online maupun offline, produk mereka laris manis. Batik dengan motif tradisional, hasil karya pelajar SMK, mencuri hati masyarakat. Vanesa benar-benar jenius: menggandeng generasi muda dan menjadikan mereka ujung tombak dalam tema "Cintai Produk Lokal."

Produk Vanda melesat, mengalahkan merek milik perusahaan Gavin. Para pemegang saham marah. Mereka mendesak Gavin untuk menurunkan semua produk Vanda dari area bazar. Tapi Vanesa bukan wanita yang bisa dikalahkan begitu saja.

Diam-diam, ia telah menyiapkan pengacara. Ketika barang-barangnya dicabut dari stan bazar, Vanesa langsung menyewa tempat sendiri, hanya beberapa meter dari lokasi utama. Ia bahkan membuat gebrakan besar dengan meluncurkan produk terbarunya, yang… mengejutkan semua pihak, sama persis dengan produk Gavin yang gagal launching.

Suara Gavin mengguntur di ruang rapat. “Siapa yang membocorkan desain kita?!”

Staf duduk membatu. Tak satu pun dari mereka bisa menjawab. Semua orang panik , ketegangan menggantung di udara.

“Cari tahu siapa pemilik Vanda Store. Aku ingin laporan lengkap. Sekarang juga!”

Raga , Felix dan Zidan mengangguk patuh.

Vanesa, di ruangan lain, mendengar semua itu lewat siaran internal. Ia tersenyum tipis lalu menghubungi Serli dan ayahnya. “Waktunya jaga ketat semua titik. Jangan sampai jejak kita terbaca,” ucapnya dengan tenang.

Banu, sahabat masa kecil Vanesa, dan kini mitra rahasia, bertugas sebagai 'bayangan' dalam strategi bisnis itu. Gavin mulai curiga. Terlebih sejak Vanesa menghilang sejak malam kekacauan itu. Ia tidak tahu bahwa Vanesa selama ini bekerja di kantornya, di balik layar.

“Felix,” panggil Gavin lewat sambungan telepon, “apa kamu sudah menyelidiki ke pabrik Vanda?”

“Sudah, Pak. Kepala produksi bilang pabrik itu milik mereka sendiri.”

“Apa kamu tanya siapa pemiliknya?”

“Mereka bilang pemiliknya seorang pria, bernama Banu dia tinggal di luar negeri. Semua urusan sejak awal memang ditangani asistennya.”

Ketika dicek ke tempat yang di sebutkan, di sana ada yang bernama Banu, tinggal di luar negeri.

“Dan... soal desain pakaian kita?”

“Pak... mereka sudah produksi tiga bulan yang lalu.”

Gavin terdiam. Napasnya tercekat. “Maksudmu... kita yang mencuri desain mereka?”

Masalah kian rumit. Salah satu pembeli online menyebut bahwa produk Vanda yang sama sudah dibelinya sejak dua bulan lalu. Gavin langsung memanggil desainer lamanya, tapi laporan menyebut wanita itu sudah resign sebulan lalu.

Tuduhan menjiplak pun berbalik arah.

*

Vanesa bertindak cepat. Pengacaranya membawa hal ini ke pengadilan dengan segala bukti dan saksi. Perusahaan Gavin tidak bisa berkutik. Perusahaannya dituntut membayar ganti rugi miliaran. Lebih parah lagi, mereka kehilangan kepercayaan pasar. Para investor mulai menarik diri. Konsumen melirik ke tempat lain.

“Aku ingin tahu siapa sebenarnya pemilik Vanda Store!” Gavin menggebrak meja. Tapi hasil penyelidikan nihil.

Vanda Store bukan merek baru yang muncul tiba-tiba. Nama mereka sudah lama beredar, ruko mereka sudah berdiri bertahun-tahun. Vanesa telah merencanakan semuanya dengan rapi. Berkat bantuan Ayahnyaia berhasil. Saat ini ia berhasil mengalahkan Gavin satu kosong.

Di balik kaca ruangannya, Gavin menatap kota malam yang dipenuhi cahaya.

Senyumnya miring. “Jadi kau pikir kau bisa kalahkan aku hanya dengan satu langkah?”

Ia tak tahu, di sisi lain gedung, Vanesa menatap langit malam dengan pandangan tajam yang sama.

“Permainan ini baru saja dimulai, Gavin Alvareza...”

Bersambung

1
Bella syaf
😭😭😭
Bella syaf
selalu buat aku sedih Thor 😭
Bella syaf
wahh akhirnya dia tiadaaaaa, aku senang sekali 😭
Jenny's
sama, kita juga yg baca lelah. kesel
Bella syaf
Thor rumit bgt mereka
Bella syaf
capek bgt sama konfliknya, internal gavin-vanes aja rumit ditambah kritis Maxim
Bella syaf
😭😭😅😂🤣
Bella syaf
capek Thor Maxim kapan matinya
Bella syaf
plisss jangan ada masalah lagi thorr capeekk 🥲
Bella syaf
sepanjang baca nangis Mulu ya, sedih amat cerita ini. author ny pinter bikin kata menyayat hati
Bella syaf
besar bgt cinta Gavin ya Allah 😭
Bella syaf
🥹🥹🥲
mbok Darmi
waduh siapa lagi musuh gavin apakah maxime belum mati
Bella syaf
😭😭😭😭
Bella syaf
Alhamdulillah akhirnya 😭
Bella syaf
😭😭😭 capek nangis Thor
Bella syaf
😭😭😅😂
Bella syaf
😭😭😭
Thor boleh nggak Angga mati aja?
sedih aku 😭
Bella syaf
kenapa ni kabur melulu? selamat melulu
Bella syaf
untung Angga masih bener otaknya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!