seorang gadis yang sangat menaruh harapan besar terhadap apa yang sedang di jalani,namun setelah dia mendapatkan kenapa dunia ini sangat jahat padanya membuat dia untuk melepaskan apa yang digenggam saat.
apakah setidak pantas itu dia untuk bahagia bersama nya?kenapa sangat tidak adil,jika memang akhirnya akan membuat dia sakit kenapa harus di pertemukan?kenapa harus dia?,apa salah dia sampai dunia tega padanya.
setelah menaruh harapan kenapa malah direbut dengan paksaan?
rindu semakin kuat disaat hujan turun dengan lebat.
kini hanya rindu yang melekat pada dirinya kesunyian yang menghantam nya dan sakit memukulnya.
namun kisah mereka sangat lucu dan so sweet saat-saat mereka bersama, ayo baca kisah nya sebelum mereka dipaksa untuk mengakhiri semuanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iren qirenava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
thirty five
Dalam perjalan tidak banyak percakapan yang mereka bicarakan, Nava masih terdiam masih kesal dengan kejadian tadi. Membuat dia enggan membuka percakapan biarlah hening selama perjalanan.
"Tumben diem" ucap Dikta memecahkan keheningan, yang tidak dapat balasan dari Nava
"Nav?"tanya Dikta kembali
"Lo denger gak sih?" lanjut nya
"Oh ceritanya marah nih" ledek Dikta
"Utu utu utu marah nya lucu" ujar Dikta melihat ke arah Nava dari spion dengan tawa kecil nya. Nava hanya memutarkan bola matanya malas meladeni
"Kok jutek sih" Dikta masih berusaha untuk menggoda Nava
"Oh jadi gitu.......oke deh" ucap Dikta. Tiba-tiba Dikta menarik gas motor nya sedikit kencang membuat dia terkejut dan tidak sadar memeluk pinggang cowo yang di depan nya.
"Cie meluk-meluk" kata Dikta setelah menyadari bahwa Nava kini telah memeluk nya, dan memelankan kecepatan motor kembali
Nava yang mendengar itu pun sontak langsung menarik tangan nya kembali, entah kenapa kini dada nya sangat berdebar kencang dia menetralkan nya untuk menghindari agar Dikta tidak menyadari nanti. Yang ada nanti dia di ejek kembali.
"Kenapa di lepas?" tanya Dikta
"Lo ke enakan nanti" ketus Nava
"Hahaha, peluk aja kali Nav kalo nyaman" ledek Dikta membuat Nava mencubit pinggang nya
"Aww, galak banget sih" keluh Dikta
"Nyebelin" kesal Nava
"Tapi nyaman kan?" tanya Dikta dengan senyum ledek nya
"Mana ada, ngaco" jawab Nava mengalihkan pandangan ke sekeliling nya
"Ada, tadi meluk nya kencang banget perasaan"
"Udah lah Dik, lo demen banget ngeledek gue heran" kesal Nava, dia sudah tidak tahan karna Dikta mengejek nya terus
"Makanya jangan gemes-gemes dong, gue gereget soalnya lucu" kata Dikta, membuat Nava kembali merasakan rasa yang sangat membuat dia tidak bisa diam di tempat. Pipinya terasa panas dan berusaha untuk menahan senyum di bibir nya
Dikta memperhatikan Nava dari spion. Dia gemas sekali saat muncul tomat alami di pipi Nava. "Cie tomat alami muncul"
"Maksud lo?" tanya Nava bingung
"Itu, pipi lo muncul tomat lucu banget sih Nav" jawab Dikta, membuat Nava salah tingkah kenapa Dikta selalu membuat nya salah tingkah mulu kan jadi susah untuk menetralkan rasa deg degan nya
"Ngaco" jawab Nava memegang pipi nya, benar saja sangat panas sekali pipi nya itu
"Kok gemesin sih Nav" ucap Dikta sambil tertawa gemas
"Mata lo gemes" ketus Nava
"Emang, lo dimata gue gemesin pengen gue cubit tuh pipi" jawab Dikta
"Udah stop, makin ngaco lo" . Dikta yang mendengar itu pun tertawa dengan sikap salah tingkah Nava, dia sangat menyukai saat Nava seperti ini.
"Susah banget gue nahan gemes sama lo Nav, jadi pacar gue ayo ah gemes banget sumpah" batin Dikta
Kini mereka masih dalam perjalanan menuju rumah Nava. Dikta tidak berhenti selalu memperhatikan Nava dari spion nya.
Setelah sampai di depan rumah Nava. Nava langsung turun dan membuka helm juga memberikan kepada Dikta.
"Makasih nya mana cantik?" tanya Dikta setelah menerima helm dari Nava, dia masih terduduk di atas motor nya.
Nava tidak langsung menjawab, dia terdiam sebentar untuk menetralkan rasa gugup nya.
"Apa?! Cantik dia bilang?" pekik Nava dalam batin
"Hei, kok bengong sih" ucap Dikta menyadarkan Nava dari lamunan nya
"A-apa ?" tanya Nava
"Tuh kan, mikirin apa hayo" tuduh Dikta sambil memicingkan matanya
"Ga ada mikirin apa-apa" jawab Nava
"Makasih nya mana?" tanya Dikta kembali
"Makasih" jawab Nava cepat
"Sama-sama cantik" jawab Dikta
"Sana masuk" suruh Dikta
"Lo aja duluan sana" suruh Nava kembali
"Gue liat lo masuk dulu, abis tuh baru gue pergi" jawab Dikta
"Yaudah kalo gitu gue masuk" ucap Nava, dia berjalan ke arah gerbang rumah nya. Namun langkah nya terhenti saat Dikta memanggil nya kembali
"Nav" ucap Dikta, membuat Nava kembali melihat ke arah nya. Nava hanya mengangkat satu asli nya menunggu apa yang akan Dikta katakan
"Jangan lupa bales chat gue nanti" ucap Dikta
"Ngapain?" tanya Nava bingung
"Ya...........bales aja lah" jawab Dikta
"Gamau" tolak Nava
"Kenapa?" tanya Dikta bingung
"Ga kenapa-kenapa" jawab Nava mengalihkan pandangan nya
"Kalo gitu gue telpon nanti" ucap Dikta
"Gaboleh" jawab Nava cepat
"Kok gitu sih? lo punya cowo?" tanya Dikta heran
"B-bukan gitu" jawab Nava terbata-bata
"Terus apa dong?" tanya Dikta
"Ga ada apa-apa" jawab Nava
"Yaudah, gue kabarin nanti" kekeh Dikta
"Ih! Dibilang jangan Dikta" ucap Nava kesal
"Emang kenapa? Lo terganggu?" tanya Dikta kembali
"Bukan gitu" jawab Nava
"Ya terus gimana cantik" gereget Dikta
"Ck, t-terserah lo" ketus Nava, sambil berbalik dan meninggal kan Dikta di sana
"Dasar, lucu banget calon pacar gue"ucap Dikta setelah Nava masuk ke dalam rumah nya.