Shanca Evalyne Armandez tak pernah meminta hidup seperti ini. Sejak kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan misterius, ia menjadi tawanan dalam rumah sendiri. Dihabisi oleh kakak tirinya, dipukuli oleh ibu tiri yang kejam, dan dijual seperti barang kepada pria-pria kaya yang haus kekuasaan. “Kau akan menyenangkan mereka, atau kau tidak akan makan minggu ini,” begitu ancaman yang biasa ia dengar. Namun satu malam mengubah segalanya. Saat ia dipaksa menjebak seorang pengusaha besar—yang ternyata adalah pemimpin mafia internasional—rencana keluarganya berantakan. Obat yang ditaruh diam-diam di minumannya tak bekerja seperti yang diharapkan. Pria itu, Dario De Velluci, tak bisa disentuh begitu saja. Tapi justru Shanca yang disentuh—dengan cara yang tak pernah ia duga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CantiknyaKamu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBM
Malam Hari Kamar Sancha.
Hujan turun perlahan, seperti irama detak jantung yang tak tenang. Lampu kamar Sancha menyala temaram, menebarkan cahaya kuning hangat. Kamar itu senyap—hingga gagang pintu berputar.
Alaska masuk.
Tubuhnya tegak, langkahnya terukur meski wajahnya masih terlihat sedikit pucat. Wajahnya dingin, dan tidak ada ekspresi lembut saat ia menutup pintu dari dalam.
Sancha baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah, dan tubuhnya hanya dibalut kimono putih yang longgar. Ia terkejut, lalu segera menarik bagian depan kimononya agar lebih tertutup.
Sancha (terkejut, lalu waspada):
“Apa yang kau lakukan di sini? Kau salah kamar?”
Alaska tidak menjawab langsung. Ia hanya menatap ruangan, lalu menarik kursi di dekat dinding dan duduk dengan posisi santai namun dingin.
Alaska (datar):
“Dokter menyarankan agar aku mengurangi reaksi fisik yang sedang kualami. Dan salah satu caranya adalah… berada dekat denganmu.”
Sancha menegang.
Sancha:
“Apa maksudmu?”
Alaska:
“Tubuhku bereaksi seperti orang hamil. Mual, lemas, sensitif… Sejenis gangguan psikologis. Aku tidak percaya omong kosong itu, tapi dokter bilang bisa stabil… kalau aku menghabiskan waktu lebih dekat dengan wanita hamil yang terikat emosional denganku.”
Tatapannya lurus ke arah Sancha. Dingin. Tajam. Tanpa empati.
Alaska (lanjut):
“Kau mengandung anakku. Maka… aku di sini.”
Sancha mundur satu langkah.
Sancha (suara gemetar, tertekan):
“Kau tidak bisa seenaknya tidur di kamar ini…!”
Alaska tanpa merasa bersalah ia mendekati Sancha..”aku bahkan tidak perlu meminta izin dari kau Sancha,karena rumah ini milik ku,bukan kau…!”lirih Alaska berdiri dekat dengan Sancha memandang mata indah Sancha,keduanya sama-sama diam mematung.
tanpa aba-aba Alaska menarik tengkuk leher Sancha,dan menciumi bibir Sancha,Sancha kaget dan membulatkan matanya..ia memukul-mukul dada Alaska..
Alaska menghentikan..”uhm cukup manis…”
“apa kau gila….!”pekik Sancha mempererat kimononya.
“selagi kau masih memgandung benih ku,kau masih milik ku…”jawab Alaska berjalan duduk di sofa panjang dan merebahkan tubuh besarnya..
sebelum menutup matanya ia melirik Sancha yang masih menatap nya dengan tajam..”jangan khawatir aku tidak akan menyentuh mu…”lirih Alaska.
Sancha bergindik ngeri..”cih kau baru saja menciumi bibir ku,apa itu tidak kau sebut menyentuh…”ujar Sancha berjalan masuk ke walk in closet..
setelah keluar dari tempat pakaian,Sancha melirik Alaska sudah tertidur pulas,ia mencoba mendekat dan menyisihkan beberapa jarak.
“kau bahkan lebih gagah ketika diam saat tidur,tapi saat mata mu sudah terbuka,kau membuat ku membenci dirimu..”lirih Sancha berjongkok di hadapan Alaska.
“aku harap suatu saat nanti,kau berbaik hati kepada ku,dan membebaskan ku dengan anak ini,dan kalau itu terjadi,maka aku tidak akan menyembunyikan dia dari papa nya..”lirih Sancha lagi tak sadar meneteskan air matanya.
Sancha memberikan selimut untuk Alaska,lalu ia berbaring di kasurnya,dan juga mulai menutup matanya.
malam itu berjalan tampak tenang,namun langkah kaki kecil mulai berjalan menunjukkan aksinya,ia berjalan mengendap-ngendap supaya tidak mengganggu tidur..
“apa kau terbiasa berperilaku seperti maling…!”suara tegas itu membuat tubuh wanita cantik putih itu memaku…
Sancha mencoba menetralisasi kan detak jantungnya..ia melirik kearah Alaska..dengan menyengir kuda..secara tiba-tiba tersenyum begitu di hadapan Alaska..
“hehe..tuan a-aku haus,sepertinya air di kamar ku habis jadi aku berencana kebawah..ya itu..”jelaskan Sancha mencoba melanjutkan jalan nya..
“biar aku saja…”jawab Alaska berdiri dari tidurnya..
“uhm baiklah,tapi kalau tuan yang mengambilkan sepertinya tidak perlu air putih saja…”ujar Sancha tersenyum kikuk..
alaska menaikkan alisnya..”apa maksudnya..?”
dengan Refleks tubuh Sancha mendekat dan menyentuh lengan Alaska..”tuan,bisa kah anda membuatkan saya jus alpukat campur buah bery dan di atasnya ada cream lalu ada taburan kacang almond…?” dengan tatapan yang mengiba..sebenarnya ia turun untuk membuat minuman itu..
“apa kau gila…?”
reaksi tubuh sancha berubah begitu cepat…”ia mundur dua langkah dari Alaska..”kalau tuan tidak mau,biar aku saja,tidak perlu menyebut diri ku gila,kalaupun aku gila ini karena kau tuan…!”ujar Sancha
“yayaya baiklah,kau tidak perlu merubah mood mu dengan cepat seperti itu,aku tidak suka…”ujar Alaska berjalan kearah pintu kamar..
“aku juga tidak suka dengan tuan,pergi sana buatkan aku jus…”lirih Sancha pelan karena takut di dengar oleh Alaska,ia bahkan mengejek alaska setelah Alaska pergi dari kamar.
“memang enak aku kerjai,sana cari kalau di kulkas mu ada buah-buah tuan,aku sudah menghabiskan nya,pasti kau akan datang kepada ku bilang,kalau buah nya habis,dan kau meminta maaf kepada ku…”lirih Sancha merebahkan tubuhnya dan menutup matanya…
namun setengah jam sudah berlalu,Alaska juga belum kembali,namun saat pas 1 jam berlalu,ia datang dengan membawa apa yang Sancha inginkan..
pintu kamar terbuka,memperlihatkan tubuh Sancha sudah terkulai di atas kasur..
Alaska mendekat..”Cha…bangun..nih…”seru Alaska berseru mendekat
Sancha menggeliat..”aarhh kau sangat lama tuan,letakkan di nakas ku saja,aku akan minum nanti…”
“sekarang.!”
mata sancha terbuka sempurna ketika mendengar perintah Alaska…
ia melirik tajam kearah Alaska..dan mengambil gelas berisi jus yang sancha inginkan..
Sancha meneguk jus itu dengan sesakma,saat jus tersebut telah habis,ia memberikan gelas kosong itu kepada Alaska..
“terima kasih tuan,anggap itu upah kau menumpang tidur di kamar ku…”seru Sancha membaringkan tubuh nya..
Alaska kaget dengan ucapan Sancha..
”apa-apaan dia ini…”ujar Al melihat gelas kosong itu,ia melirik dan masih ada sisa sedikit..
“rasa seperti apa ini,sangat tidak bagus untuk di jadikan minuman…tapi dia…”seru Alaska bergindik ngeri dan membawa gelas tersebut keluar,ia segera kembali ke kamar nya untuk melanjutkan tidurnya..
namun…
ternyata sudah pukul 4 pagi..Amar datang dengan membawa baju untuk Alaska..
Alaska sampai lupa ia harus terbang ke negara italy karena ada pertemuan dengan rekan nya,ia akan terbang bersama dengan Tio dan Nadya…