"Aku hanya jadi seorang pemeran pembantu! tidak... aku maunya jadi pemeran utama yang cantik bukan wanita dengan muka yang mengerikan ini. "
Mei Yi yang seorang dokter jenius tiba-tiba mendapati dirinya berada di dalam cerita Wattpad yang sedang di bacanya. Ia menjadi Luo Yi Seorang anak jendral yang tak di anggap dan di kucilkan karena penampilannya.
Karena kebiasaannya, yang tak pernah membaca dengan teliti dan suka men skip bagian adegan pentingnya Mei Yi kebingungan dengan jalan cerita Wattpad itu. Ia harus bisa menentukan nasipnya sendiri , dan tak ia sadari bahwa dalam cerita Wattpad itu banyak adegan berbahaya yang bisa mengancam nyawanya.
Akankah Mei Yi bisa melewati adegan berbahaya itu dan berakhir bahagia?
Mau tau kelanjutan ceritanya? jangan lupa baca sampai akhir ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32-Terbunuhnya dayang An.
Luo Yi tersentak mendengar keributan, ia segera keluar untuk melihat apa yang terjadi. Pintu kamar terbuka lebar, kedua pengawal menghampiri dan memegang erat kedua tangannya.
"Ada apa, ini? kenapa kalian menangkapku?! " Suaranya panik.
"Putri ikutlah dengan kami, jangan melawan jika tidak ingin terluka. " Ucap salah seorang pengawal, suara dingin dan tegas.
"Hui... ada apa ini? "
Hui segera menghampiri. " Saya juga tidak tau Nona, mereka tiba-tiba saja menerobos masuk. " Hui berusaha melepas cengkraman pengawal. "Lepas! jika pangeran tau dia pasti akan menghukum kalian. "
"Diam! Putri ini adalah tersangka atas kematian dayang istana. Kami harus membawanya. "
Luo Yi dan Hui terpaku, kejutan membisu. Tanpa pilihan,Luo Yi mengikuti mereka, saat sampai di tepi danau, pengawal itu melepas Luo Yi.
Luo Yi masih bingung dengan apa yang terjadi, ia menatap semua orang, namun tatapan mereka seakan mencibir dan mencaci dirinya.
"Dia putri Luo Yi, cantik ya... tapi sayang... dia pembunuh. " Ucap salah seorang dayang.
"Benar, buat apa cantik kalau kelakuannya sangat jahat seperti itu. "
Kasim Chen mendekat, ia tatapannya tajam. "Putri benarkah Anda yang membunuh dayang itu, bukankah dia dayang di kediamanmu."
Kasim Chen menunjuk ke arah mayat yang tergeletak di tanah.
"Apa-apaan ini! mengapa mereka tiba-tiba menuduhku? " Batin Luo Yi bertanya-tanya.
Alisnya bertaut, matanya menyipit tajam. "Atas dasar apa kalian menuduhku?! Seharusnya kau, sebagai penyidik, menyelidiki dulu semuanya! Mana buktinya jika aku yang membunuh dayang An?!" suaranya bergetar menahan amarah.
Mei Na dan Jia Li tiba, menambah tekanan pada Luo Yi. "Ada dayang yang melihatmu berdebat dengan Dayang An kemarin," kata Mei Na, suaranya dingin dan penuh kepastian, "Bahkan semalam mereka melihatmu pergi ke danau bersama Dayang An. Itu sudah cukup untuk membuatmu jadi pembunuhnya!"
Tatapan tajam Luo Yi bertemu dengan tatapan Mei Na, dua sorot mata yang penuh amarah dan kebencian saling beradu, ketegangan di udara semakin mencekik.
Luo Yi mengusap wajahnya kasar. "Jadi hanya bukti itu yang kalian punya, dan kalian sudah berspekulasi akulah pembunuhnya. " Luo Yi kembali menatap tajam kasim Chen.
"Mana dayang yang melihatku semalam. " Tanya Luo Yi menatap para dayang yang hadir.
"Ini pasti Mei Na yang ingin menjebakku. Tidak akan aku biarkan mereka berhasil semudah itu. " Batin Luo Yi, tangannya mengepal kuat menahan emosi yang hampir meledak.
"Panggil mereka. " Ucap kasim Chen.
Para pengawal membawa kedua dayang itu. Mereka menunduk, tubuhnya bergetar ketakutan.
Luo Yi menyunggingkan bibirnya, "Jadi kalian yang melihatku? kapan kalian melihatku? "
"Dini hari, sebelum ...fajar. Kami melihat Tuan Putri dan dayang An berjalan menuju danau. " Ucap salah seorang dayang, ia terlihat gugup.
"Baiklah... aku akan memeriksa mayat ini, apakah benar ia mati karena tenggelam. "
"Apa maksudnya, bukankah dia benar-benar mati tenggelam. " Tanya kasim Chen dengan penasaran.
"Kita akan mengetahuinya nanti. "
Luo Yi mendekati mayat itu, pergerakannya lincah dan terampil. Ia menyingkap rambut yang menutupi leher Dayang An, memeriksa dengan teliti setiap inci kulit. Kemudian, ia berdiri tegak.
"Lalu, aku memakai baju warna apa?"
"Biru muda…"
"Ungu muda…" jawab kedua dayang itu bersamaan, kebingungan dan ketakutan semakin terlihat jelas.
Luo Yi tersenyum, ia melihat ke arah kasim Chen. Mei Na mengepalkan kedua tangannya kuat, rasa cemas mulai menyeruak.
"Jadi... mana yang benar, biru muda atau ungu muda! " Teriak kasim Chen.
Langkah Luo Yi tenang, ia mendekati kedua dayang itu. "Taukah kalian, apa hukumannya jika menuduh seorang putri." Tanya Luo Yi, nadanya datar. "Bukan hanya nyawa kalian yang melayang, tapi seluruh keluarga kalian juga. Apa itu yang kalian inginkan. "
Ia melanjutkan, suaranya semakin dingin, "Kematian Dayang An bukan karena tenggelam! Mereka berbohong! Dayang An mati sebelum dimasukkan ke dalam danau! Itu terlihat jelas dari memar di lehernya! Seseorang mencekiknya sampai mati, kemudian memasukkannya ke dalam danau untuk menghilangkan jejak! Lagipula, jika dia tenggelam, pasti ia akan berteriak dan seseorang akan melihatnya, tapi tidak satu pun yang mengetahui! Jadi, mana mungkin kalian melihatku bersama Dayang An?!"
Kedua dayang itu berlutut, tubuh mereka gemetar hebat, tangan mereka bertaut memohon ampun. Air mata bercucuran deras membasahi pipi mereka.
"Ampuni kami, Putri… kami tidak berani… kami hanya diperintah seseorang…"
"Siapa… yang memerintah kalian?" Luo Yi mendesak, tatapannya tajam dan menusuk.
Mereka hanya diam tertunduk, tubuhnya bergetar, air mata mulai mengalir.
Kesabaran Luo Yi habis, ia berteriak lantang. "Katakan! apa kalian ingin seluruh keluarga kalian di eksekusi! "
"Ampun! ampun Putri, merekalah yang menyuruh kami... " Kedua dayang itu menunjuk ke arah Mei Na dan Jia Li.
Mata Mei Na melotot, ia mundur beberapa langkah. "Jangan kurang ajar kalian, kalian mau mati,ha! "
Ia melirik ke arah Jia Li, matanya melotot. Tiba-tiba Jia Li bersujud. "Ampun Putri... maafkan saya, sayalah yang memerintahkan mereka berbohong. "
Kilatan kemarahan terpancar dari sorot mata Luo Yi. "Dasar licik, ia bahkan tega membiarkan orang lain menanggung atas kejahatannya. Kali ini kamu lolos tapi lain kali aku pastikan kamu akan membayar semua perbuatanmu Mei Na. " Batin Luo Yi.
Kasim Chen terlihat marah, matanya tajam. "Lancang, sungguh berani kau menjebak putri Luo Yi. Kenapa kau melakukannya... katakan. "
Jia Li gemetar, wajahnya pucat. "Saya sangat membenci putri Luo Yi, karna dia... pangeran Jian Ming mengabaikan putri Mei Na, aku ingin melenyapkannya agar putri Mei Na merasa senang karena pangeran Jian Ming akan memperhatikannya. "
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Jia Li. Mei Na, dengan wajah penuh kepura-puraan, menampar Jia Li dengan sekuat tenaga.
"Lancang kau, Jia Li! kau membuatku malu... aku tidak pernah menyuruhmu melakukan hal jahat, kenapa kau tega menjebak kak Luo Yi. " Sentak Mei Na, ia berusaha menutupi kejahatannya.
"Putri Mei Na kasihan ya, padahal dia sangat baik, bagaimana bisa dayangnya melakukan itu. "
"Ia benar, kasihan Putri Mei Na... " Ucap Para dayang yang hadir di situ.
Jia Ji bersujud. "Ampun Putri... ampuni saya, saya janji tidak akan mengulanginya lagi. " Isak Jia Li.
"Pengawal! bawa dia kepenjara! dia akan di eksekusi karena membunuh dayang An, terlebih ia juga berusaha memfitnah putri Luo Yi. " Suara kasim Chen menggema.
"Tidak! ampuni saya... " Teriaknya. "Putri tolong... saya tidak ingin mati!"
Para pengawal menyeret Jia Li pergi, tangis dan jeritannya menggema, namun Mei Na hanya diam, menyaksikan semuanya dengan tatapan dingin dan tanpa ekspresi.
Kasim Chen membungkuk di hadapan Luo Yi. "Maafkan saya, Putri, karena saya telah salah menuduh Putri."
"Tidak apa-apa," kata Luo Yi, suaranya tenang namun penuh wibawa, "tapi lain kali kau harus memeriksa semua bukti dengan teliti sebelum menyimpulkan siapa pembunuhnya. Aku akan memaafkanmu kali ini, Kasim Chen."
"Terima kasih, Putri… saya mohon pamit."
Kasim Chen pergi, meninggalkan Luo Yi dan Mei Na. Mei Na mendekat, wajahnya dipenuhi air mata palsu, berusaha mencari simpati.
"Maafkan Jia Li, Kak… ia sudah dihukum… ia pantas mendapatkannya…"
Mata Luo Yi menyipit, tatapannya tajam dan menusuk. "Tentu saja. Mereka yang berusaha menjebakku akan bernasib sama. Jadi… jangan pernah bermain-main denganku."
Dengan anggun dan penuh percaya diri, Luo Yi meninggalkan Mei Na, Hui mengikutinya dari belakang. Mei Na menatap mereka dari kejauhan, giginya terkatup rapat, matanya membulat sempurna, menunjukkan rasa benci yang mendalam terpendam di dalam hatinya.
"Permainan belum berakhir." Gumam Mei Na.
tidak berbelit dan tertata rapih
bab 1 dst makin penasaran dan makin menarik ceritanya
siapa lagi yg iri dengki kl bukan dya.
duh kq AQ jadi souzon skg/Facepalm/