Axel sedang menata hidupnya usai patah hati karena wanita yang selama ini diam-diam ia cintai menikah dengan orang lain. Ia bahkan menolak dijodohkan oleh orang tuanya dan memilih hidup sendiri di apartemen.
Namun, semuanya berubah saat ia secara tidak sengaja bertemu dengan Elsa, seorang gadis SMA yang salah paham dan menganggap dirinya hendak bunuh diri karena hutang.
Axel mulai tertarik dan menikmati kesalahpahaman itu agar bisa dekat dengan Elsa. Tapi, ia tahu perbedaan usia dan status mereka cukup jauh, belum lagi Elsa sudah memiliki kekasih. Tapi ada sesuatu dalam diri Elsa yang membuat Axel tidak bisa berpaling. Untuk pertama kalinya sejak patah hati, Axel merasakan debaran cinta lagi. Dan ia bertekad, selama janur belum melengkung, ia akan tetap mengejar cinta gadis SMA itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Irfan! Ikut daddy sekarang," perintah Dion, berdiri tegap di depan pintu kamar putranya.
Irfan, yang tengah asyik bermain game, berdecak kesal dan menoleh cepat. "Ke mana?" tanyanya singkat.
"Menemui seseorang. Ini penting."
Irfan mengernyit. "Seseorang? Siapa?" tanyanya penasaran.
"Tuan Martin, dari perusahaan AL’X Company."
Mendengar nama itu, tubuh Irfan menegang. Ia bangkit perlahan, menatap ayahnya penuh tanya. "Tuan Martin? Kenapa aku harus bertemu dengannya? Bukankah dia partner bisnis Daddy?"
Dion menarik napas dalam. "Daddy juga tidak tahu. Tapi, yang jelas dia hanya ingin bicara. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan."
Namun Irfan menggeleng, hatinya diliputi firasat buruk. "Tidak, dad. Aku tidak mau. Aku merasa ada yang tidak beres. Daddy saja tidak tahu alasan kenapa tuan Martin ingin bertemu denganku. Aku bahkan bukan orang yang terlibat dalam urusan bisnis kalian."
"Daddy tahu," potong Dion cepat. "Awalnya daddy juga berpikir begitu. Tapi, setelah mempertimbangkannya, ini semua demi perusahaan kita, Irfan. Sanjaya Group sedang di ujung tanduk. Jika kita salah langkah, semuanya akan runtuh. Kau tidak mau kita bernasib sama dengan kakakmu, kan?
"Tapi dad, kenapa harus aku?" desak Irfan dengan suara meninggi. "Jangankan saling mengenal, bertemu saja aku belum pernah."
"Dan daddy tidak peduli," desis Dion. "Yang terpenting sekarang adalah, dia bersedia mempertimbangkan kembali kerja sama kita, jika kau menemuinya. Itu saja sudah cukup untuk menyelamatkan perusahaan kita dari ambang kehancuran."
Irfan menggeleng tidak percaya. "Apa Daddy ingin menjual ku untuk bisnis?"
PLAK!
Satu tamparan keras mendarat di pipi Irfan.
"Daddy melakukan ini bukan karena Daddy tidak peduli padamu. Tapi, karena daddy bertanggung jawab atas keluarga ini, atas ribuan karyawan kita. Apa kau benar-benar ingin kita bangkrut seperti perusahaan kakak iparmu, hah? Jangan membuatku memilih, Irfan."
Tatapan Irfan meredup, rahangnya mengeras. Ia mengepalkan tangan, diliputi amarah dan kecewa. Namun pada akhirnya, ia diam, membiarkan sang ayah menarik lengannya dengan kasar keluar dari kamar.
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di perusahaan AL'X Company. Kini, mereka berdiri di depan sebuah ruangan eksekutif dalam gedung tinggi milik AL’X Company.
Dua bodyguard membuka pintu, dan Martin sudah menunggu di dalam, berdiri dengan tangan yabg terlipat di depan dada.
"Irfan!"ucap Dion tegas, mendorong putranya maju. "Seperti yang kau inginkan, tuan. Ini putraku," seru Dion.
Martin tersenyum tipis, tatapannya beralih pada Irfan. "Senang akhirnya kita bisa bertemu, Irfan," ujarnya pelan. " Karena kami akan berbicara cukup lama, kau boleh pergi, tuan," ucapnya pada Dion.
Irfan menatap Martin tajam, dengan dada yang bergemuruh. Ia tahu, apapun yang akan terjadi setelah ini, tidak akan sesederhana urusan bisnis biasa.
Sementara itu, Dion yang berdiri di samping Irfan, menatap Martin penuh selidik. "Sebelum saya pergi, saya hanya ingin tahu. Kenapa anda menginginkan Irfan?"
Martin menaikkan sudut bibirnya, menatap Dion dengan pandangan datar tanpa emosi. Namun, alih-alih menjawab, Martin hanya menggerakkan tangannya pelan, memberi isyarat tegas.
"Silakan, Tuan Dion. Kami ingin berbicara secara pribadi."
Dion menahan napas sejenak, menoleh ke arah Irfan yang tampak masih menatap Martin dengan penuh tanda tanya. Ada rasa khawatir dan gelisah, yang jelas terpancar di mata putranya. Hal itu membuat Dion ragu untuk pergi. Namun, perasaan itu hanya sesaat karena ambisi dan rasa tanggung jawab yang berat kembali menekannya.
Dengan satu helaan napas panjang, Dion berbalik dan melangkah keluar, meninggalkan Irfan sendiri di ruangan itu.
"Dad!" Irfan hanya bisa melihat ayahnya keluar dari sana, meninggalkan nya dalam kebingungan dan ketakutan yang tertahan.
Begitu pintu tertutup, suasana ruangan berubah. Hening, namun mengandung tekanan yang sulit dijelaskan. Lalu …
Sebuah suara halus terdengar dari seberang meja. Kursi di depan Irfan yang semula membelakanginya perlahan berputar, memperlihatkan seseorang yang duduk di sana, dengan berpakaian gelap, postur tubuh tegap, namun mengenakan masker hitam yang menutupi hampir seluruh wajahnya.
Irfan menyipitkan mata, mencoba mengenali sosok di balik topeng itu. "Siapa kau?" tanyanya tajam. "Kenapa kalian ingin aku ke sini?"
Orang bertopeng itu tidak langsung menjawab. Ia hanya diam sejenak, sebelum mengangkat tangannya dan menjentikkan jarinya.
Pintu samping terbuka, dan dua bodyguard masuk. Di antara mereka, seorang pria muda berjalan pelan dengan tubuh yang gemetar, wajahnya pucat penuh luka lebam, dan kepalanya terus menunduk.
Irfan menegang. Orang itu ... pelayan cafe tempat Elsa bekerja. Pelayan yang membantunya memberikan minuman yang sudah ia beri obat untuk di berikan pada Elsa.
Jantung Irfan berdegup kencang. Ia menoleh ke arah orang bertopeng itu, dan mulai menyadari arah situasi yang sangat tidak menguntungkan baginya.
"A-apa maksud semua ini?" gumam Irfan, suara tegang.
Orang bertopeng itu akhirnya bicara, suaranya tenang namun dingin, seperti badai yang bersiap menghantam.
"Aku ingin memastikan, apa kau sudah tahu kesalahanmu apa, Tuan Irfan ?"
"I-itu ... "
"Kau tahu, Irfan? Setiap kesalahan ada harganya. Dan hari ini, kau akan mulai membayarnya."
👍❤🌹🙏
thor bikin glenzy gk berkutik donk..aq takut dia nyakitin elsa lagi😏😏😏