NovelToon NovelToon
ANTARA CINTA DAN DENDAM

ANTARA CINTA DAN DENDAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Sania, seorang dokter spesialis forensik, merasakan hancur saat calon suaminya, Adam, seorang aktor terkenal, meninggal misterius sebelum pernikahan mereka. Polisi menyatakan Adam tewas karena jatuh dari apartemen dalam keadaan mabuk, namun Sania tidak percaya. Setelah melakukan otopsi, ia menemukan bukti suntikan narkotika dan bekas operasi di perut Adam. Menyadari ini adalah pembunuhan, Sania menelusuri jejak pelaku hingga menemukan mafia kejam bernama Salvatore. Untuk menghadapi Salvatore, Sania harus mengoperasi wajahnya dan setelah itu ia berpura-pura lemah dan pingsan di depan mobilnya, membuat Salvatore membawanya ke apartemen. Namun lama-kelamaan Salvatore justru jatuh hati pada Sania, tanpa mengetahui kecerdikan dan tekadnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Beberapa bulan kemudian dimana udara pagi di rumah Bima terasa dingin dan tenang.

Hanya terdengar detak jarum jam dan suara burung dari luar jendela laboratorium bawah tanah yang kini beraroma antiseptik tajam.

Sania duduk di kursi besi, tubuhnya tegak namun tegang.

Di hadapannya ada Bima yang berdiri dengan mengenakan sarung tangan medis.

Bima mulai membuka lapisan demi lapisan perban putih yang selama ini menutupi wajah Sania.

Setiap kali satu gulungan perban terlepas, napas Bima terasa semakin berat.

Papa Erwin berdiri di sudut ruangan, menggenggam erat rosario kecil di tangannya, matanya bergetar antara cemas dan kagum.

“Sudah siap, San?” tanya Bima dengan suara serak, seolah ia sendiri belum siap menghadapi hasilnya.

Sania menganggukkan kepalanya dengan jantungnya yang berdetak kencang.

“Buka saja, Om. Aku sudah siap melihat siapa aku sekarang.”

Bima menarik napas panjang, lalu melepaskan perban terakhir yang menutupi pipi dan rahang Sania.

Cahaya putih lampu operasi memantul di kulitnya yang kini terlihat sempurna tanpa bekas luka.

Sania membuka matanya perlahan dan menatap ke arah cermin besar di hadapannya.

Tangannya terangkat gemetar, menyentuh wajah yang kini bukan lagi miliknya.

Rambut hitam legam terurai jatuh ke bahu, mata tajam berwarna abu-abu kehijauan dan garis rahang lembut yang begitu mirip.

“M–Madeleine…” gumam Papa Erwin nyaris tak terdengar.

Bima tersenyum tipis saat melihat hasil karyanya telah berhasil.

“Ya, operasi berhasil. Wajahmu kini sama persis dengan mendiang istri Salvatore, Madeleine."

Sania menatap pantulan dirinya di cermin dengan air matanya yang mengalir.

"Adam, aku akan membalas mereka semua." ucap Sania.

Papa Erwin mendekat dan memegang bahu putrine.

“San, jangan biarkan dendam membuatmu kehilangan dirimu sendiri.”

Sania menatap wajah ayahnya lewat pantulan kaca.

“Tidak, Pa. Aku tidak kehilangan diriku. Aku hanya menggantinya… dengan wajah yang bisa membuat iblis itu hancur.”

Bima melepaskan sarung tangannya, menatap Sania dengan rasa kagum bercampur ngeri.

“Mulai sekarang, kau bukan lagi Sania Erwin. Namaku Shelena Rosalia." ucap Sania

Sania berdiri perlahan, menatap dirinya di cermin sekali lagi.

"Semua identitas kamu ada disini semua, San. Dan ini ponselmu." ucap Adam.

Sania menganggukkan kepalanya dan melihat semua yang sudah disiapkan oleh Bima.

"Malam ini Salvatore ada di gedung Giarnt dan kamu bisa mulai merambah malas dendam kamu."

Papa Erwin memasangkan kalung milik mendiang istrinya.

"Papa ingin kamu selamat dan lekas kembali." pinta Papa Erwin.

Sania mengangguk kecil sambil memeluk tubuh Papanya.

"Aku janji akan menyelesaikan semuanya, Pa."

Bima memberikan gaun tidur yang sudah berlumur darah.

"Kamu bisa memakainya dan berpura-puralah pingsan di depan mobil Salvatore." ucap Bima yang sudah merencanakan semuanya.

Sania mengambil gaun itu dan lekas memakainya.

Jam menunjukkan pukul delapan malam dimana Bima dan Sania sudah berada di depan gedung Giarnt.

Sania turun dari mobil dan melepaskan jaket yang ia pakai

"San, ingat rencana kita." ucap Bima.

Sania menganggukkan kepalanya sambil merasakan jantungnya yang berdetak kencang.

Sania menundukkan kepala sebentar, lalu mengangkat pandangan ke arah mobil Salvatore yang baru saja masuk dan berhenti di tempat parkir.

"TOLONG!!!"

Dengan napas yang tertahan, Sania berlari ke arah mobil Salvatore.

Sania langsung pura-pura pingsan di depan mobil.

"Ada apa?" tanya Salvatore kepada supirnya.

"S-saya lihat dulu, Tuan." jawab Supir yang kemudian turun dari mobil.

Salvatore membuka jendela mobilnya dan langsung terkejut ketika melihat wajah yang selama ini ia rindukan.

"Madeleine!"

Ia langsung membuka pintu mobil dan menghampirinya.

"T-tolong aku..." ucap Sania yang berpura-pura bergumam.

Salvatore membopong tubuh Sania dan membawanya masuk ke dalam mobil.

"Ayo, kita pulang."

Supir kembali masuk dan segera melajukan mobilnya menuju ke rumah Salvatore.

"Siapa dia? Kenapa wajahnya sangat mirip dengan Madeleine?" gumam Salvatore sambil membelai pipi Sania.

Salvatore melihat banyak luka di lengan dan leher wanita yang sedang berada di pelukannya.

Sesampainya di rumah, ia meminta agar Charles menghubungi dokter pribadi.

"Salvatore, siapa dia?" tanya Ibu Salvatore yang terkejut ketika melihat putranya membopong tubuh wanita.

Salvatore tidak menjawab dan langsung membawa Sania ke kamar utama.

Beberapa menit kemudian dokter pribadi Salvatore mengetuk pintu kamarnya.

"Masuklah!" ucap Salvatore.

Dokter Richard langsung masuk dan memeriksa keadaan Sania.

Ia langsung memasang selang infus ke pergelangan tangan Sania.

Cairan bening mengalir perlahan, menenangkan tubuhnya yang tegang.

“Pasien harus banyak istirahat, Tuan. Jangan biarkan dia bergerak terlalu banyak,” ucap dokter itu sambil menatap Salvatore.

“Baik. Pastikan dia aman, dok.”

Lalu Salvatore menoleh ke pelayan yang berdiri di pojok kamar.

“Siapkan makan hangat untuknya, segera. Pastikan aroma dan rasa menenangkan,” perintah Salvatore.

Beberapa menit kemudian, perlahan-lahan Sania membuka matanya.

Matanya buram, menatap sekeliling kamar yang mewah namun terasa asing baginya.

"A-aku d-dimana? S-siapa kamu?" tanya Sania dengan suara lirih.

Sania mencoba untuk bangkit, tapi Salvatore lansung menahannya dan memintanya untuk istirahat.

"Kami di rumahku dan perkenalkan namaku Salvatore." jawab Salvatore.

"K-kalau aku Shelena Rosalia." ucap Sania.

Sania menundukkan kepalanya dan langsung menangis sesenggukan.

Salvatore yang duduk di sisi ranjang langsung menatapnya dengan dahi berkerut.

“Kenapa kamu menangis? Apa yang mereka lakukan padamu?”

Sania menutup wajahnya dengan kedua tangan, tubuhnya gemetar.

“A-aku… aku hampir dijual, Tuan…” suaranya bergetar, parau.

“Mereka bilang… aku akan dikirim ke luar negeri untuk dilayani ke orang-orang hidung belang…”

Salvatore menegang. Rahangnya mengeras, matanya berubah dingin.

“Siapa mereka?” tanyanya pelan tapi berbahaya, nada suaranya seperti bilah pisau yang diselipkan di antara kata.

Sania menggeleng cepat, berpura-pura takut.

“Aku tidak tahu siapa mereka, Tuan. Mereka membiusku dan aku hanya ingat suara tawa mereka.”

Salvatore yang mendengarnya langsung mencengkram erat kedua tangannya.

“Mereka menyiksaku, Tuan. Setiap kali aku berteriak, mereka malah tertawa dan langsung memukulku." ucap Sania dengan aura wajahnya yang ketakutan.

Salvatore menggenggam tangan Sania dan mencoba menenangkannya.

Salvatore langsung menatap pelayannya yang berdiri di pojok ruangan.

“Charles.”

“Ya, Tuan?”

“Mulai malam ini, tidak ada seorang pun yang boleh masuk ke rumah ini tanpa izin dariku. Siapkan pengawal di setiap pintu. Siapa pun yang mendekat tanpa perintah tembak di tempat.”

Charles menunduk hormat dan akan melaksanakan perintahnya.

“Baik, Tuan.”

Sania diam-diam menunduk, menyembunyikan senyum tipis di balik isak tangisnya.

Disaat akan melanjutkan obrolannya, pelayan mengetuk pintu kamar Salvatore.

"Masuk."

Pelayan menundukkan kepalanya sambil membawa nampan yang berisi sup kepiting, bubur, dan susu kedelai hangat.

Setelah itu Salvatore meminta pelayan untuk menutup pintunya kembali.

1
kalea rizuky
buat pergi jauh lahh sejauh jauhnya
kalea rizuky
biadap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!