NovelToon NovelToon
Istri Yang Disia Siakan

Istri Yang Disia Siakan

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Ibu Mertua Kejam / Tamat
Popularitas:428.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"mas belikan hp buat amira mas dia butuh mas buat belajar" pinta Anita yang ntah sudah berapa kali dia meminta
"tidak ada Nita, udah pake hp kamu aja sih" jawab Arman sambil membuka sepatunya
"hp ku kamarenya rusak, jadi dia ga bisa ikut zoom meating mas" sanggah Nita kesal sekali dia
"udah ah mas capek, baru pulang kerja udah di sodorin banyak permintaan" jawab Arman sambil melangkahkan kaki ke dalam rumah
"om Arman makasih ya hp nya bagus" ucap Salma keponakan Arman
hati Anita tersa tersayat sayat sembilu bagaimana mungkin Arman bisa membelikan Salma hp anak yang usia baru 10 tahun dan kedudukannya adalah keponakan dia, sedangkan Amira anaknya sendiri tidak ia belikan
"mas!!!" pekik Anita meminta penjelasan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

wanita yang memastikan semua lancar

Hay ges jangan lupa like dan coment

...

...

Laksmi duduk di tepi ranjang, tubuhnya gemetar. Anak bungsunya—yang selama ini ia bangga-banggakan—melakukan sesuatu yang tak pernah ia bayangkan.

“Apakah ini azab karena aku mengusir Anita?” gumamnya lirih.

Tidak. Tidak mungkin. Ia orang baik. Mana mungkin ia mendapat azab?

“Ini pasti ujian. Ya, ujian. Setelah ini, aku pasti mendapat rahmat,” bisiknya, meyakinkan diri sendiri.

Tangannya yang sudah berkeriput meraba-raba ponsel di atas meja. Ia mencari nomor Lestari—putrinya. Tapi tidak ada.

Dadanya sesak. Bagaimana mungkin ia tidak memiliki nomor anaknya sendiri?

Ia buru-buru mencari nomor lain. Arman. Ya, hanya Arman yang nomornya ia simpan. Ia bahkan tidak punya nomor Dewi. Untuk apa? Dua anak perempuannya hanya membawa masalah dan beban. Tidak seperti Arman. Arman adalah andalannya.

Dengan tangan gemetar, ia menekan tombol panggil. Sekali. Dua kali. Sepuluh kali. Puluhan kali. Tapi tak ada jawaban.

“Arman… Kenapa kau tidak angkat teleponku?” suaranya nyaris tak terdengar.

..

Arman menatap layar ponselnya yang terus bergetar. Panggilan dari ibunya. Lagi. Berkali-kali. Tapi tangannya tak juga bergerak untuk menjawab.

Di hadapannya, Bianka bersedekap, matanya nyalang, menatapnya tanpa sedikit pun keraguan.

“Kapan kamu akan menikahi aku?” suaranya tegas, tanpa ruang untuk negosiasi.

Arman menghela napas, merasa semakin terjepit. “Aku juga ingin secepatnya, Bianka. Tapi… bisa tidak kamu tinggal denganku? Ibu tidak mungkin mengizinkan aku tinggal di rumahmu.”

Bianka mendengus. “Arman, kamu bukan anak kecil lagi. Umurmu hampir empat puluh. Sampai kapan semua keputusanmu harus mengikuti ibumu?”

Arman menunduk, jemarinya menggenggam ujung meja. “Aku harus menghormati ibu, Bianka. Aku takut dosa.”

Bianka terkekeh sinis. “Dosa? Kamu pikir yang kita lakukan di kamar hotel itu bukan dosa?” Matanya menyipit, penuh ejekan. “Sudahlah, Arman. Jangan bicara dosa denganku.”

Suasana tiba-tiba terasa begitu berat. Arman terdiam.

Bianka mendekat, bersandar di meja dengan tatapan tajam. “Aku beri waktu tiga hari. Kalau kamu tidak menikahi aku, aku akan laporkan ini ke atasan kita.”

Arman merasakan jantungnya mencelos. “Tiga hari?” suaranya hampir bergetar.

“Tiga hari,” ulang Bianka dengan nada menekan. “Jangan sampai meleset, Arman. Atau kau tahu akibatnya.”

Lalu ia berbalik, meninggalkan Arman yang kini terduduk lemas, menatap layar ponselnya yang masih bergetar—panggilan dari ibunya.

"Halo, Bu. Ada apa?” suara Arman terdengar frustrasi.

“Man, cepat pulang,” suara Laksmi di seberang telepon terdengar mendesak.

“Bu, Arman ada meeting.”

“Tinggalkan dulu. Ini lebih penting.”

Arman menghela napas panjang. Ada nada cemas dalam suara ibunya. “Ya sudah, Bu. Aku segera pulang.”

Ia menutup telepon dengan perasaan kalut. Masalah demi masalah terus datang menghampirinya.

Sementara itu, di tempat lain, Raka termenung, pikirannya penuh dengan kegelisahan yang tak bisa ia enyahkan. Ia menatap ke sekeliling—rumah yang dulu terasa hangat, kini seperti berantakan. Hatinya terasa kosong.

“Kenapa sejak Anita pergi, hidupku jadi berantakan?” gumamnya.

Ia menekan pelipisnya, mencoba menenangkan diri. Tidak. Tidak mungkin ini azab.

“Aku ini anak yang berbakti pada orang tua,” bisiknya. “Ini pasti ujian. Ya, ujian.”

Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Sudah banyak kebaikan yang ia lakukan. Tidak mungkin Tuhan menghukumnya seperti ini.

Jika memang ini azab, ia akan protes pada Tuhan.

Arman tiba di rumah dengan wajah tegang. Ia baru saja menghindari satu masalah, kini dihadapkan pada masalah lain.

“Ada apa, Bu?” suaranya lelah, frustrasi.

Laksmi terisak. “Lestari, Man… Lestari…”

Jantung Arman berdegup kencang. Kemarin Dewi yang nekat ingin bunuh diri, sekarang Lestari?

“Kenapa dengan Lestari, Bu?” tanyanya cemas.

Dengan suara bergetar, Laksmi berusaha menjelaskan. Tangannya yang keriput menggenggam erat ponsel, menunjukkan sesuatu pada Arman.

Saat matanya menangkap layar, tubuh Arman langsung membeku.

Sebuah foto. Lestari—adiknya—terbaring di ranjang bersama seorang pria. Seorang pria yang lebih pantas menjadi ayahnya daripada pasangannya.

Tangan Arman gemetar. “Tidak mungkin… Tidak mungkin, Bu…” suaranya parau, nyaris tak terdengar.

“Cari Lestari, Man,” suara Laksmi bergetar penuh ketakutan. “Kalau tidak, video itu akan menyebar ke mana-mana… Ibu malu kalau foto Lestari sampai tersebar di media sosial…”

..

Arman mengendarai sepeda motornya dengan perasaan yang berat. Angin sore menerpa wajahnya, namun tidak sedikit pun mampu menenangkan pikirannya. Ia merasa masalah datang bertubi-tubi, seolah semesta tengah mengujinya tanpa ampun. Dan semua itu terjadi setelah Anita pergi.

Ia menarik napas panjang ketika sampai di kampus Lestari. Harusnya Lestari ada di sini, pikirnya. Ini masih jam kuliah. Ia memarkir motor dan segera menuju gedung utama. Beberapa mahasiswa berlalu-lalang dengan buku di tangan, beberapa asyik berbincang. Namun, tak ada sosok Lestari di antaranya.

Arman menghampiri beberapa teman Lestari, bertanya apakah mereka melihatnya. Jawaban mereka seragam—Lestari sudah lama tidak masuk kuliah. Hatinya semakin gelisah. Tanpa membuang waktu, ia melangkah cepat menuju bagian administrasi.

"Permisi, Bu. Saya ingin menanyakan jadwal kuliah mahasiswa atas nama Lestari," ujarnya dengan suara tegas, meski hatinya berdebar.

Petugas administrasi, seorang wanita paruh baya dengan kacamata di ujung hidungnya, mengangguk dan mulai memeriksa data di komputernya. Tak butuh waktu lama sebelum ia menatap Arman dengan ekspresi ragu.

"Lestari sudah tidak masuk kuliah selama empat bulan, Pak," kata wanita itu pelan. "Selain itu, dia juga menunggak satu semester dan belum membayar uang UTS."

Arman mengernyit. "Tidak mungkin, Bu. Saya sudah memberikan uangnya ke Lestari untuk membayar biaya kuliah."

Petugas administrasi menghela napas. "Saya mengerti, Pak. Tapi berdasarkan data kami, belum ada pembayaran. Kalau Bapak memberikan uangnya, sebaiknya selalu meminta bukti tanda terima pembayaran. Biasanya, Bu Anita yang memastikan hal seperti ini. Dia tidak akan pulang sebelum mendapatkan tanda terima pembayaran."

Deg.

Hati Arman mencelos. Nama itu kembali disebut, menyelinap ke dalam pikirannya seperti angin yang menusuk tulang. Anita. Seberapa besar perhatian perempuan itu selama ini? Seberapa besar tanggung jawab yang ia pikul tanpa keluhan? Selama ini, Arman hanya berpikir bahwa semua berjalan lancar. Ia tidak pernah benar-benar peduli siapa yang memastikan uang kuliah Lestari terbayar. Dan sekarang, setelah Anita pergi, semuanya berantakan.

"Jadi, kejadian ini pernah terjadi sebelumnya?" suara Arman terdengar lebih lemah dari yang ia harapkan.

Petugas administrasi mengangguk. "Pernah, Pak. Dulu, Lestari juga belum membayar uang kuliah, lalu Bu Anita yang turun tangan dan membayarkannya. Apa Bapak juga ingin melunasi tagihan kali ini?"

Arman menggeleng pelan. "Nanti saya urus, Bu. Sekarang saya hanya ingin tahu di mana Lestari."

Wanita itu kembali menatap layar komputernya. "Jadwalnya memang ada hari ini, Pak, tapi menurut absensi, dia tidak pernah hadir selama beberapa bulan terakhir."

Arman mengangguk lemah. "Baik, terima kasih, Bu."

Ia keluar dari ruangan itu dengan langkah gontai. Langit mulai meredup, menyisakan semburat jingga yang menggores cakrawala. Namun, keindahan senja itu tak mampu mengusir rasa gundah yang menguasai hatinya.

Lestari menghilang.

Dan selama ini, Anita-lah yang memastikan semua berjalan dengan baik.

Angin berhembus lebih dingin. Arman menatap kosong ke depan, menyadari sesuatu yang terlambat ia pahami. Bahwa kepergian seseorang tidak hanya meninggalkan kekosongan, tetapi juga menghadirkan kenyataan pahit yang selama ini luput dari perhatian.

..

Anita berjalan dilorong koridor rumah sakit dan tiba-tiba saja dia menabrak seseorang

"firman" gumam Anita

"Anita" gumam firman

Dan hati Anita langsung bernyanyi "bergetar hatiku .saat ku bertemu dengannya"

Bersambung

1
Memyr 67
𝗅𝖺𝗄𝗌𝗆𝗂 𝗄𝖺𝗇 𝗇𝗀𝖺𝗇𝗍𝖾𝗋 𝖽𝖾𝗐𝗂 𝗄𝖾 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗌𝖺𝗄𝗂𝗍, 𝗒𝗀 𝗇𝖾𝗆𝗎 𝗄𝖾𝗋𝗍𝖺𝗌 𝗆𝗂𝗋𝖺, 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗅𝖺𝗄𝗌𝗆𝗂 𝗒𝗀 𝗇𝗀𝖺𝗆𝗎𝗄 𝗁𝖺𝖻𝗂𝗌 𝖻𝖺𝖼𝖺 𝗌𝗎𝗋𝖺𝗍? 𝗈𝗍𝗁𝗈𝗋 𝗇𝗀𝖺𝗐𝗎𝗋 𝗇𝗂. 𝗄𝖺𝖼𝖺𝗎 𝖺𝗆𝖺𝗍 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺𝗇𝗒𝖺.
Memyr 67
𝗃𝗂𝗄𝖺 𝖺𝗋𝗆𝖺𝗇 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗆𝖾𝗇𝗀𝗂𝗄𝗎𝗍𝗂 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗒𝗀 𝗌𝖺𝗅𝖺𝗁, 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 𝖺𝖽𝖺 𝗐𝖺𝗇𝗂𝗍𝖺 𝗒𝗀 𝖻𝗂𝗌𝖺 𝖻𝖾𝗋𝗍𝖺𝗁𝖺𝗇 𝗆𝖾𝗇𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂𝗇𝗒𝖺. 𝗄𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗋𝗆𝖺𝗇 "𝗁𝖺𝗇𝗒𝖺" 𝖽𝗂𝖺𝗇𝗀𝗀𝖺𝗉 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺𝗂𝗇, 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 𝖻𝖾𝗋𝗁𝖺𝗄 𝖺𝗍𝖺𝗌 𝗇𝖺𝖿𝗄𝖺𝗁 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗋𝗆𝖺𝗇. 𝖻𝖾𝗀𝗂𝗍𝗎 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝖺𝗇𝖺𝗄𝗇𝗒𝖺. 𝗂𝗍𝗎 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗒𝗀 𝗅𝖺𝗁𝗂𝗋 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗐𝖺𝗇𝗂𝗍𝖺 𝗒𝗀 𝖻𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺𝗇𝗒𝖺, 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝖻𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝖽𝗂𝖺. 𝖽𝖺𝗇 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝖺𝗋𝗆𝖺𝗇 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗄𝗂𝗍 𝗁𝖺𝗍𝗂 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗅𝗂 𝗃𝗂𝗄𝖺 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗄𝖺𝗇𝖽𝗎𝗇𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗂𝗍𝗎 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗋𝗂 𝗄𝖾𝗉𝖺𝖽𝖺 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗄𝖺𝗇𝖽𝗎𝗇𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗒𝗀 𝗆𝖾𝗇𝗎𝗋𝗎𝗍 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗂𝗍𝗎 "𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺𝗂𝗇". 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 𝗉𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗁𝖺𝗄.
Firman Firman
Alhamdulillah 🤲 telah selesai terimakasih athour telah memberikan cerita yg menarik 👍semoga kedepannya lebih baikdan sukses lagi
Firman Firman
rasain tu pria hidung belang 😂😂🤭 jadi wanita sekarang
Firman Firman
Alhamdulillah 🤲 semua impianmu terkabul dan harapan mu mnjadi nyata amin🤲
Firman Firman
itulah karma mu wanita jalang 😡
Firman Firman
makan tu harta makan tu martabat dan derajat 😂😂🤭
Firman Firman
lebih baik melihara mafia dari pada anak selingkuhan seperti ular yg GK tau diri 😂😂
Firman Firman
lnjut
Firman Firman
biarin aja kalau keluarga iblis betina itu masuk penjara seumur hidup 😂😂🤭
Firman Firman
lnjut mngkanya nasi up salah 🤭 mngkanya jadi orang gak usah cuma wa makan tu hutang 😂😂🤭
Memyr 67
𝗆𝖾𝗇𝗎𝗇𝗀𝗀𝗎 𝗀𝖾𝖻𝗋𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗇𝗂𝗍𝖺 𝗉𝖺𝖽𝖺 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗍𝗈𝗑𝗂𝖼 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂𝗇𝗒𝖺
Firman Firman
lnjut
Firman Firman
dasar wanita gila merasa diri paling benar merasa diri paling di permalukan pergi aja lestari dari rumh neraka itu 😡😡
Firman Firman
ya kok tau tau punya jet pribadi dan bnyak bodigat diakan buronan sekarang
Firman Firman
lnjut,,waduh bisa gawat kalau wanita jalang itu gerak cepet 😡
Firman Firman
dasar wanita liar wanita binal anak bodoh
Firman Firman
semua jawaban ada ditangan athour 😂😂🤭
Firman Firman
lnjut
Firman Firman
Alhamdulillah 🤲 ketemu cucu nya yg menjadi malaikat penolong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!