Istri Kontrak Sang Posesif

Gathering Keluarga Mahesa

Akhir pekan itu, keluarga besar Mahesa mengadakan gathering di vila mewah milik keluarga di Puncak.

Acara ini adalah ajang Kirana untuk secara resmi diperkenalkan ke lingkaran inti keluarga besar Mahesa, setelah pengakuan publik Arjuna.

Kirana merasa tegang. Meskipun ia kini dilindungi oleh status barunya, ia khawatir dengan tatapan menghakimi dari bibi dan paman Arjuna yang terkenal kritis. Arjuna merasakan kegugupan Kirana.

Dalam perjalanan ke sana, Arjuna memegang tangan Kirana di dalam mobil.

"Jangan gugup. Selama kamu di sisiku, tidak ada yang bisa menyentuhmu," katanya, nadanya penuh jaminan agar sang istri tidak perlu takut dan gugup karena dia akan selalu ada disisi nya.

"Tapi, Pak Arjuna, saya takut mereka menanyakan latar belakang keluarga saya," bisik Kirana. Ia teringat usaha Bianca menggali masa lalunya.

"Aku sudah menyiapkan narasi, Kirana. Kamu adalah wanita cerdas dan mandiri yang memilih fokus pada karir. Itu saja yang perlu mereka tahu," putus Arjuna.

Semua berjalan lancar di awal gathering. Laksmi dengan bangga memperkenalkan Kirana sebagai menantunya yang membawa cucu.

Kirana berhasil memenangkan hati beberapa bibi dengan sopan santun dan kecerdasannya.

Namun, Bianca Wijaya, yang diundang karena keluarganya adalah mitra bisnis penting, hadir dengan niat buruk. Ia menunggu momen yang tepat.

Saat semua orang berkumpul di teras vila menikmati pemandangan, Bianca mendekati Kirana yang sedang berbincang dengan Laksmi.

Arjuna sedang berbicara serius dengan Harun Mahesa di sisi lain teras.

"Nyonya Mahesa," sapa Bianca, senyumnya palsu.

"Nona Bianca," balas Kirana, berusaha tenang.

"Aku dengar kau berhasil melunasi utang judi adik tirimu baru-baru ini. Lima puluh juta rupiah, bukan? Itu pengorbanan yang besar untuk seorang asisten yang baru menikah," kata Bianca, suaranya pelan tapi cukup keras untuk didengar beberapa kerabat dekat.

Kirana tersentak. Ia tahu Bianca telah mendapatkan informasi dari detektifnya, bahkan setelah Kirana berusaha membereskannya diam-diam dengan bantuan Bayu.

"Saya tidak mengerti maksud Anda, Nona Bianca," kata Kirana, wajahnya memucat pasih, dia sudah bersusah payah untuk menyembunyikan nya tapi kenapa Bianca masih tahu juga tentang hal tersebut.

"Jangan berlagak bodoh. Aku tahu ibumu yang berteriak di lobi itu adalah ibu tirimu yang miskin, dan utang judi adikmu hampir menghancurkan keluargamu. Kau harus jujur pada suamimu. Bukankah menikah dengan CEO demi melunasi utangmu adalah tindakan penipuan?" Bianca mencibir.

Kerabat Mahesa yang mendengar bisikan itu mulai menatap Kirana. Wajah Laksmi berubah khawatir.

"Bianca, jaga bicaramu!" tegur Laksmi.

"Aku hanya ingin Tuan Mahesa tahu bahwa istrinya punya sejarah yang kotor. Bukankah wanita yang mengandung pewaris Mahesa harusnya datang dari latar belakang yang bersih, Harun?" tanya Bianca, kini menarik perhatian Ayah Arjuna.

Harun Mahesa, yang terkenal menjunjung tinggi integritas, menatap Kirana dengan mata curiga.

Arjuna mendengar keributan itu. Ia segera berjalan cepat ke arah kerumunan. Ia melihat air mata Kirana yang mulai menggenang dan wajah Bianca yang penuh kemenangan.

Arjuna tahu, Bianca telah menyerang titik kelemahan terbesar Kirana masa lalu dan utang Wulan.

Jika Kirana mengakui utang itu, Harun Mahesa mungkin akan mempertanyakan pernikahan ini.

Arjuna berdiri di samping Kirana, melingkarkan lengannya di bahu Kirana. Ia menatap Bianca.

"Ya, Bianca. Kami tahu tentang utang itu," kata Arjuna, membuat semua orang terkejut, termasuk Kirana.

Arjuna kemudian melanjutkan, suaranya tegas dan lantang.

"Kirana memang memiliki keluarga tiri yang bermasalah. Dan ya, dia melunasi utang sebesar itu. Tapi, bukan karena dia takut. Kirana melunasi utang itu dari uang tabungannya sendiri, yang seharusnya ia gunakan untuk masa depannya, sebelum aku memaksanya menikah denganku." ucapnya dengan tegas memberikan muka kepada sng istri.

Arjuna menatap Kirana, dan matanya kini dipenuhi kebanggaan. "Kirana adalah wanita yang sangat bertanggung jawab. Dia memilih untuk menyelamatkan nyawa keluarganya yang bermasalah daripada membiarkan mereka dalam bahaya. Itu namanya integritas, Bianca. Itu namanya kesetiaan."

Arjuna menoleh pada Harun. "Pa, aku bangga menikahinya. Aku bangga wanita yang akan melahirkan anakku adalah wanita yang berani menanggung beban sebesar itu sendirian, tanpa pernah mengeluh, dan tanpa menggunakan uang sepeser pun dariku. Aku adalah pria yang meyakinkan Kirana, bukan sebaliknya."

Pengakuan Arjuna itu bahwa Kirana melunasi utang sebelum menikah dengannya, dan bahwa dialah yang memaksa Kirana membalikkan semua narasi Bianca. Kirana bukan gold digger yang mencari uang, melainkan korban yang dipaksa oleh keadaan, yang kemudian dipilih oleh CEO.

Bianca tampak kaget. Rencananya hancur. Ia tidak menduga Arjuna akan membela Kirana sejauh itu.

"Ini... ini tidak mungkin," gumam Bianca.

"Pergilah, Bianca," perintah Arjuna dingin.

"Dan jangan pernah lagi mengganggu istriku, atau aku akan pastikan kerja sama antara perusahaan kita akan terputus selamanya." lanjutnya karena merasa Bianca terlalu mengganggu saja.

Bianca segera pergi dalam rasa malu yang luar biasa. Keluarga Mahesa lain, yang terkesan dengan pembelaan Arjuna, mulai memuji Kirana. Laksmi memeluk Kirana.

Setelah keadaan mereda, Kirana dan Arjuna berjalan menjauh ke taman vila yang sepi.

"Kenapa Bapak melakukan itu?" tanya Kirana, suaranya bergetar antara haru dan bingung.

"Bapak berbohong. Bapak bilang Bapak memaksaku, Bapak bilang saya melunasi utang sebelum menikah. Tapi itu semua bohong." lanjutnya.

"Aku tidak bohong, Kirana," kata Arjuna, memegang bahu Kirana.

"Aku memang memaksamu menerima kontrak ini. Dan aku memang menunda pelunasan utang Wulan sampai aku bisa mengurus perjanjian hukum. Intinya, kamu melunasi utang itu untuk melindungi mereka, dan kamu membayarnya dengan harga dirimu."

Arjuna menatap Kirana, matanya kini lembut. "Aku tahu kamu takut, dan aku tahu kamu tidak ingin aku tahu. Tapi aku sudah tahu semuanya. Dan aku tidak peduli. Aku hanya peduli bahwa Bianca menyakitimu."

Arjuna mengangkat tangan dan menyeka air mata Kirana. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi. Jangan pernah sembunyikan apa pun dariku, Kirana. Aku adalah suamimu. Kontrak atau tidak, aku akan melindungimu. Itu adalah kewajibanku."

Kirana tidak bisa menahan perasaannya lagi. Pengakuan itu, pembelaan itu, kebohongan yang manis itu semua menunjukkan bahwa Arjuna telah memilih perasaannya di atas perjanjian kontrak mereka.

"Saya... saya tidak bisa memendamnya lagi, Pak Arjuna," bisik Kirana, menatap mata Arjuna dengan tulus.

"Saya tidak tahu mengapa, tapi... saya mencintai Bapak." ucapnya terus terang.

Arjuna terdiam. Tatapannya yang tajam kini dipenuhi kelembutan, keterkejutan, dan juga... kelegaan.

"Kirana..." bisik Arjuna.

Ia tidak melanjutkan. Sebagai gantinya, ia menarik Kirana ke dalam pelukan yang erat dan dalam, menghapus semua jarak di antara mereka.

Ia mencium Kirana, bukan lagi ciuman posesif di depan umum, tetapi ciuman yang lambat, mendalam, dan penuh perasaan.

Kirana membalas ciuman itu dengan semua cinta yang ia pendam. Pada saat itu, kontrak mereka benar-benar berakhir.

.

.

Cerita Belum Selesai.....