Tiga sahabat sejak kecil. Azalea, Jenara, dan Mohan, memasuki dunia kampus dengan kisah masing-masing.
Azalea diam-diam mencintai Mohan, tapi harus rela melihat cowok itu mencintai orang lain.
Di tengah luka itu, Jenara—sahabat yang selalu ada, menjadi tempat Azalea bersandar. Namun siapa sangka, Jenara justru menyimpan cinta yang lebih dalam.
Ketika akhirnya Azalea membalas perasaan itu, masa lalu Jenara muncul dan menghancurkan segalanya. Lalu tragedi terjadi, menyeret nama Mohan dan membuat Jenara pergi tanpa pamit.
Bagaiman kehidupan Mohan dan Azalea setelah tragedi itu?
Apakah Jenara akan kembali menepati janjinya untuk selalu di sisi Azalea?
Mungkin hidup Azalea tak lagi sama. Lukanya masih ada, namun disimpan rapi dibalik senyum gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Faroca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dan Ternyata Mereka Sudah Jadian
Pagi hari yang cerah, setelah semalaman hujan turun tanpa henti. Azalea berjalan di koridor gedung psikologi dengan langkah ringan. Koridor kampus yang biasanya terasa bising dan penuh, kini semua terasa indah buat Azalea. Cahaya matahari menyelinap masuk lewat jendela panjang di sisi kiri koridor tersebut.
Azalea masih merasakan kehangatan yang terjalin bersama Jenara. Jantungnya masih berdegup kencang, ketika gadis itu mengingat kembali moment first kiss yang singkat semalam. Wajahnya saat ini mulai memanas dan senyum tipisnya mulai terukir indah di bibirnya.
"Woyyyy.... kesambet lo ya?" Fani mengagetkan Azalea, tiba-tiba saja gadis itu sudah berada disampingnya.
Azalea yang terkejut memegang dadanya. "Fani!!! Lo tuh niat bikin gue reinkarnasi dini apa gimana?! Sumpah gue kaget," omelnya kesal, bayangan indah tentang moment semalem buyar seketika.
"Eh nona absurd, gue tuh udah manggilin lo dari tadi. Tapi lo tetep nggak nengok, eh giliran gue lari buat ngejar lo... yang gue temuin malah orang stres yang lagi cengar-cengir sendiri," cerocosnya
"Eh sial lo, mana ada orang stres se-lucu dan se-imut gue!!! Ngarang lo," timpal Azalea tak terima. Fani malah menjulurkan lidahnya pada temannya itu
"Lagian lo kenapa si Za? Jalan sambil senyam-senyum gitu," tanya Fani ingin tahu.
Azalea tersenyum, "Gue lagi seneng aja, emang nggak boleh?" jawabnya nyebelin.
"Nggak jelas lo, mood lo cepet berubah tau nggak. Baru kemaren, gue liat lo lagi ada di mode Overthinking dan cemburu. Sekarang udah seneng aja," ucap Fani sok tau
"Eh kata siapa gue cemburu? Sok tau lo," elaknya.
"Nggak usah ngelak lo, gue sama Regi udah notice kali... Lo cemburu sama cewek yang namanya Nadine itu kan? Pake acara ngambek pulang sendirian, kalo gue sih malu... Minimal jadian dulu lah," ledek Fani telak.
Azalea melotot kesal ke arah Fani, tatapannya seakan ingin menelan Fani idup-idup.
"FANI...!!!! omongan lo, nusuk banget ke hati gue ya. awas lo ya.." teriak Azalea sambil ingin menyerang Fani, Fani yang melihat itu langsung lari sambil tertawa.
"Jangan lari lo Fan," ucapnya sambil mengejar Fani dengan gemas.
Fani terus berlari sampai memasuki kelas mereka, dibelakangnya Azalea masih mengejarnya sambil berteriak memanggil nama Fani. Regi yang sudah berada dikelas sejak tadi, bingung dengan tingkah kedua temannya. Hingga Fani berlindung dibelakang Regi.
"Eh ini kenapa sih, masih pagi udah kejar-kejaran. Kaya tom and Jerry aja kalian," ucap Regi bingung.
"Temen lo nih, pagi-pagi udah bikin emosi. Mood gue langsung ilang gara-gara dia nih," tunjuk Azalea kesal, sedangkan Fani masih cengar-cengir ngeledek Azalea.
"Lo ngapain Aza, Fani?" tanya Regi
"Lah gue cuma bilang, minimal jadian dulu lah baru boleh ngambek sama cemburu ke Jenara. Eh dia malah marah, kan gue bilang apa adanya!" Fani berucap sambil bermain mata ke arah Azalea. Sedangkan Regi malah terkekeh mendengar ucapan Fani.
"Kok lo ketawa sih Gi, lo ngeledek gue juga?" ucap Azalea sambil cemberut.
Regi menutup mulutnya, tapi kekehannya masih terdengar. "Ini sebenernya kenapa sih, kok malah bahas itu!" seru Regi setelah berhenti ketawa.
"Temen lo nih, lagi cosplay jadi orang gila." tunjuk Fani pada Azalea memakai dagunya.
"Cosplay jadi orang gila?kok bisa? Kita nggak lagi maen drama kan?" tanya Regi
"Tau tuh, Azalea! Katanya dia lagi seneng, makanya tadi cengar-cengir sendirian pas di koridor,"
"Wah... Ada berita apa nih? Kemaren ngambek sekarang seneng, cerita dong ke kita..." Regi menatap Azalea penuh paksaan.
"Kemaren Jenara ngejar lo kan? Pasti abis itu kalian ketemu, terus Jenara baik-baikin lo. Dan ngasih alesan kalo dia lagi capek butuh nge-recharge badannya. Terus kalian berakhir dengan pelukan deh," cerocos Regi sok tau. Yang diangguki oleh Fani dibelakangnya.
"Kalian apaan sih, ngeledekin gue terus." Lengking suara Azalea membuat beberapa temannya menatap.
"Buset... Itu suara apa layangan koang," protes Bima si tiang listrik.
"Berisik lo Bim, protes aja." omel Azalea. Bima hanya mengangkat bahunya dan kembali mengobrol dengan teman disampingnya.
"Tapi menurut gue ya Za, bener kata Fani. Minimal kalian jadian dulu deh... Baru boleh mesra-mesraan, ngambek-ngambekkan dan peluk-pelukan." Regi menyenggol bahu.
"Bener kan apa yang gue bilang, minimal kalian...."
Azalea memotong kalimat Fani, lalu berkata.
"Jadian dulu maksud lo? udah kali semalem" ucapnya reflek,
Azalea menutup mulutnya. Sedangkan Fani dan Regi menatapnya dengan penuh pertanyaan. Keduanya se-akan siap untuk mengintrogasi Azalea dengan berbagai pertanyaan ya ada dikepala mereka sekarang.
****
Jenara sedang asik meminum kopi hitam yang telah dipesannya di kantin utama, dihadapannya Mohan duduk dengan segelas es teh manis kesukaannya. Kecanggungan terbaca jelas dari tubuh Mohan, sahabat yang dari kecil bersamanya.. Kini harus menjadi asing gara-gara sebuah nama yaitu 'Cinta'.
Mohan sebenarnya tidak punya masalah dengan Jenara, hanya saja dirinya merasa malu pada sahabatnya itu karena telah menyakiti Azalea berkali-kali.
"Gimana keadaan Aza? Apa dia punya masalah," Mohan memulai percakapan.
"Tenang aja Moh, gue udah urus!!!" ucap Jenara datar.
"Kemaren gue liat kalo dia lagi nggak baik-baik Je, apa ada orang yang jahat sama dia?" tanyanya tak tenang.
"Lo nggak usah urusin masalah dia lagi Moh, masih ada gue disampingnya. Jangan pernah peduli lagi sama dia, karena kepedulian Lo malah nyeret dia ke lubang masalah." tegas Jenara.
Mohan mengepalkan tangannya, hatinya seakan tersentil oleh kata-kata Jenara. Cowok itu benar, dirinya hanya bisa menyakiti perasaan gadis kecilnya itu. Namun tidak bisa dipungkiri, bahwa saat ini—dia sangat merindukan sahabat kecilnya yang absurd itu. Rasanya meskipun ada Amara disampingnya, hidupnya seperti ada yang kurang tanpa hadirnya kedua sahabat yang disayanginya.
"Gue kangen sama Aza, sama lo... Gue kangen sama semua kebersamaan kita Je," ucapnya berat.
"Rumah gue tetep terbuka buat lo kok, kapan aja lo mau main atau ada yang pengen lo curhatin ke gue... Gue ada buat lo, tapi nggak buat Aza. Jangan pernah ngedeketin dia lagi, kalo lo sama Amara masih menjalin hubungan. Sekarang cuma gue yang dia punya, jadi gue nggak mau ngeliat dia tersakiti." ucap Jenara panjang lebar, membuat Mohan menarik nafas beratnya.
"Makasih lo udah selalu ada buat dia," bisik Mohan pelan.
"Dari dulu, dia emang prioritas utama gue. Jadi gue akan selalu buat dia nyaman di samping gue." kata Jenara yakin,
Mohan menatap tepat kemanik mata Jenara, ada makna lain dari kata-kata cowok itu.
"Lo nggak lagi bilang, kalo lo punya rasa selain persahabatan kan?" tebak Mohan.
"Ya.. Rasa persahabatan gue ke dia, berubah jadi rasa ingin memiliki, gue cinta sama dia Moh." Akunya tanpa ada yang ditutupi.
Mohan tersenyum senang, "Gue nggak nyangka, cowok sedingin lo malah jatuh cinta sama cewek absurd kaya Azalea." ucapnya "Semoga cinta lo terbalas Je, soalnya lo yang selalu bikin dia kesel sama kata-kata sarkas lo." sambung Mohan lagi, mengingat dulu Azalea yang super bete kalo Jenara sudah memprotesnya dengan sarkas.
Jenara tersenyum, "Karena lo sahabat gue, gue bakalan ngasih kabar baik buat lo." serunya membuat Mohan mengernyitkan dahinya.
"Gue udah jadian sama dia semalem," Bisik Jenara sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Mohan.
Mohan terkejut, wajahnya serius. "Lo nggak lagi Ngeprank kan?" ucapnya serius.
"Ngapain gue boong, gue nggak suka basa-basi..."
Mohan tersenyum senang, "Gercep banget lo Je, tapi gue seneng dengernya. Seenggaknya gadis kecil gue ada tempat pulang ternyaman,"
"Nggak ada ya 'gadis kecil gue', sekarang dia cuma milik gue... Jenara Yudistira," ucapnya bangga.
"posesif..." ucap Mohan mencibir
"I am" santai Jenara.
Lalu keduanya tertawa, kecanggungan yang sempat terjadi tadi kini telah mencair menjadi keakraban yang sudah lama tidak dirasakan oleh mereka berdua. Rasa rindu dari keduanya melebur diantara ejekan dan pengakuan singkat itu.